A. APA ITU BARCODE?
Barcode pada dasarnya merupakan satu kumpulan kode yang
direpresentasikan dalam bentuk geometris tertentu dan spasi. Lebih lanjut lagi,
kedua elemen tersebut mampu terdeteksi perangkat scanner khusus yang diteruskan
dan terbaca oleh mesin.
Salah satu cirinya adalah ketebalan yang berlainan
antarbentuknya. Tebal tipisnya inilah yang menyimpan informasi-informasi unik
sehingga membedakan suatu barang atau sistem satu sama lain. Selain itu, warna
yang digunakan adalah hitam dengan spasi di antaranya berwarna putih.
Kode ini biasanya banyak ditemukan pada produk-produk
konsumtif dan terletak pada sisi belakang kemasan. Akan tetapi, peruntukannya
kini meluas ke berbagai hal lain, seperti digital payment hingga verifikasi
akun. Versinya pun tidak hanya dalam bentuk cetak, tetapi juga tersedia dalam
versi digital.
B. FUNGSI BARCODE
Diciptakannya teknologi ini tentu bertujuan untuk memudahkan
pekerjaan manusia. Untuk itu, terdapat beberapa fungsi yang sangat membantu,
antara lain :
1. Menyimpan Informasi Suatu Produk
Telah dipahami bahwa barcode memiliki struktur khusus.
Struktur ini ditandai dengan ketebalan bar serta jarak antarbentuknya. Kedua
elemen tersebut mengandung informasi tentang karakteristik produk, baik kode
produksi, nomor identifikasi, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, di saat yang sama data detil juga tercatat
dan menjadikannya sebagai identitas objek tersebut
2. Membedakan Produk Melalui Kode Khusus
Selain menyimpan, membedakan produk juga merupakan salah
satu fungsinya. Fungsi ini tergambar dari ketebalan serta jarak antar bar yang
berbeda, pada produk yang berbeda pula.
Informasi-informasi yang termuat pada setiap produk pun
tentunya khas. Hal ini akan terlihat setelah label dibaca menggunakan perangkat
scanner yang mendukung.
3. Membantu Pencatatan/Pencarian Data
Akurat
Pencatatatan dan pengidentifikasian data secara manual
umumnya rentan terhadap kesalahan. Apalagi ketika produk memiliki kemiripan,
proses input data ganda akan sangat mungkin terjadi.
Kekurangan tersebut dapat dihindari menggunakan teknologi
barcode. Kode-kode di dalamnya telah terverifikasi dengan standar khusus
sehingga mampu menentukan produk secara tepat. Keakuratannya sendiri terbilang
tinggi, sehingga sangat meminimalisir kemungkinan kesalahan.
C. JENIS-JENIS BARCODE
Meskipun memiliki beragam model, barcode hanya menawarkan 2
jenis berdasarkan dimensinya, yaitu 1 dimensi dan 2 dimensi. Lebih jelasnya,
berikut adalah pembahasannya.
1.
Barcode 1 Dimensi (1D)
Jenis yang satu ini merupakan bentuk paling umum dan sejak
lama teraplikasi pada sebagian besar industri. Pada 1D, data produk terwakilkan
oleh deretan garis serta spasi yang bervariasi masing-masing
lebar/ketebalannya.
Secara teknis, ada lebih dari 7 model yang termasuk di
dalamnya. Setiap model pun memiliki karakter tersendiri dan rekomendasi
penggunaannya, yang antara lain:
·
UPC (Universal Product Code)
Seperti namanya, UPC menjadi standar bagi produk-produk yang
diperjualbelikan di seluruh negara. Terdapat 2 model turunan dari UPC, yaitu
UPC-A dan UPC-E.
Bila dibandingkan, jelas terlihat perbedaan dari segi
ukuran, maupun jumlah digit. UPC-A menggunakan standar total 12 digit (11 data
dan 1 check digit) yang membuat ukurannya lebih besar. Sementara, UPC-E
merupakan versi lebih kecil dengan hanya mengkodekan 6 digit karakter (5 data
dan 1 check digit).
Keduanya sama-sama menjadi kode produk-produk retail untuk
menjelaskan informasi produk saat dipindai perangkat scanner. Hanya saja,
penggunaan setiap modelnya dapat menyesuaikan ruang yang tersedia. Maka ketika
ukuran produk cukup kecil, model UPC-E adalah pilihan tepat.
·
EAN (European Articles Numbering)
Dari segi bentuknya, EAN terbilang cukup serupa dengan jenis
UPC. Namun, jenis ini tetap memiliki karakter tersendiri, terutama pada jumlah
digit berdasarkan modelnya.
Terdapat 2 model EAN, yaitu EAN-13 dan EAN-8. Pada EAN-13,
karakter dalam barcode berjumlah 13 (12 data dan 1 check digit). Sedangkan
untuk EAN-8 total digit adalah 8 (7 data dan 1 check digit).
Penyematan kode pada produk retail pun tak berbeda jauh
dengan model UPC, yang perlu menyesuaikan ruang kemasan tersedia. Perbedaan hanya
terletak pada pengaplikasian secara geografis, dimana model ini lebih banyak
sebagai label produk-produk negara Eropa.
·
Code 39
Model Code 39 merupakan label kode andalan bagi industri non-retail, seperti otomotif, kesehatan, logistik dan pemerintahan. Kepopulerannya pun cukup umum diaplikasikan oleh banyak negara, sehingga sudah menjadi suatu kode standar.
Barcode ini memuat 39 karakter, meski dalam perkembangannya kini telah mencapai total 43 digit. Maka tak heran jika deretan bar dan spasi model ini lebih panjang daripada dua model sebelumnya. Akan tetapi, cakupan Code 39 cukup terbatas dan kurang mengakomodir produk yang sangat kecil.·
Code 128
Kerapatan bar Code 128 mungkin tampak serupa seperti model sebelumnya. Namun, barcode ini sesungguhnya memiliki kerapatan lebih tinggi hingga mampu mengkodekan secara lengkap simbol ASCII.
Simbol ASCII sendiri berjumlah 128 karakter yang terdiri
dari kode numerik dan alfabet komplet. Atau dengan kata lain Code 128
mengandung kode campuran (alfanumerik) yang menyimpan data jauh lebih banyak
dibanding model-model sebelumnya.
Berkat alasan itulah model ini banyak menjadi pilihan,
terlebih oleh industri-industri yang bergerak di bidang logistik, transportasi,
serta distribusi
·
Code 93
Jenis Code 93 diciptakan sebagai model peningkatan dari Code 39. Pada jenis ini kepadatan informasi terbilang sangat tinggi meski dalam bentuk lebih ringkas. Tingkat keamanannya pun diklaim lebih tinggi berkat tingkat redundansi data.
Code 93 menggunakan simbol alfanumerik dan panjang variabel
untuk menyimpan informasi. Strukturnya sendiri menyesuaikan nama kode ini yang
mengkodekan setiap karakter dalam 9 modul. Lalu kemudian modul tersebut
tersusun ke dalam 3 bar.
·
ITF (Interleaved 2 of 5)
Selanjutnya, kode untuk menandai aktivitas distribusi logistik lainnya adalah ITF (Interleaved Two of Five). Model ini hanya mengkodekan karakter numerik dengan bar serta ciri khas 2 buah spasi besar dari 5 spasi yang ada. Di samping itu, total angka yang tertera pada label ini pun wajib dalam jumlah genap.
ITF menawarkan tingkat kepadatan data yang sangat tinggi
dalam bentuk cukup kecil dan rapat antar-bar-nya. Dibandingkan dengan model
lainnya, ITF juga lebih fleksibel dengan perubahan ukuran bar apabila ukuran
label dan total digit tetap sama.
·
Codabar
Karakteristik Codabar paling menonjol adalah adanya simbol numerik yang hanya mencapai 16 digit. Jumlah tersebut masih memerlukan tambahan karakter awalan serta akhiran dari alfabet A, B, C, atau D.
Dengan total karakter demikian, Codabar masih memiliki
ukuran cukup panjang dan kurang merangkum banyak informasi mengenai suatu
objek. Meski begitu, model kode ini biasanya dimanfaatkan untuk mengkodekan
paket logistik Fed-Ex, bank darah, dan inventaris perpustakaan.
·
Code 11
Code 11 menjadi jenis yang khusus untuk penggunaan industri telekomunikasi. Salah satu ciri khasnya adalah tanda pemisah (-) pada sisi tengah antara karakter.
Jenis karakter yang digunakan seluruhnya pun hanya numerik
dari digit 0-9. Sementara digit ke-12 ditandai dengan karakter “*” sebagai
awalan atau akhiran dari kode.
·
Industrial 2 of 5
Sesuai namanya, Industrial 2 of 5 menggambarkan susunan barcode ini sendiri. Yaitu pada setiap 5 bar yang mengkodekan 1 digit karakter, terdiri dari 2 bar tebal dan 3 bar tipis. Melalui struktur tersebut, Industrial 2 of 5 jelas hanya menggunakan komponen bar untuk mengkodekan informasi.
Simbol kode pada jenis ini adalah keseluruhan numerik antara
angka 0-9. Sementara untuk penggunaannya, Industrial 2 of 5 biasa menjadi label
kode dalam layanan tiket penerbangan, urusan pergudangan, dan kebutuhan dalam
studio foto.
·
MSI Plessey (Modified Plessey)
MSI Plessey termasuk salah satu barcode yang mendukung
bisnis retail untuk memanajemen inventaris barang. Jenis ini menawarkan
kemudahan dalam melakukan pelacakan barang inventaris Anda bisa menemukannya
terpasang pada rak-rak produk supermarket
Karakternya yang mampu mengkodekan cukup banyak data membuat
label kode ini fleksibel berapa pun panjang ukuran yang perlu dihasilkan.
Sedangkan ciri struktur MSI Plessey yang membedakannya dengan jenis lain
terlihat dari beberapa elemen. Seperti bar yang tebal dengan spasi sempit pada
sisi awal serta bar tipis-spasi luas-bar tipis pada sisi akhirnya. Kemudian,
check digit yang berjumlah satu atau dua digit, dan ciri khas lainnya.
2. Barcode 2 Dimensi (2D)
Perbedaan paling utama dari jenis 2D dengan 1D sebenarnya
terletak pada simbol dan bentuk yang digunakan. Ketika model 1D hanya
mengadopsi bar dan spasi, model ini mengkode lewat bentuk-bentuk geometris,
seperti titik, persegi, sampai heksagon.
Prinsip penyimpanan data pada dasarnya tidak begitu berbeda
dari jenis 1D. Hanya saja kode yang dimuat terhitung per satuan luas. Tentang
jumlah data, dalam satu luasan tertentu barcode ini mampu menyimbolkan total
ratusan karakter. Tentu ini membuatnya memiliki jauh lebih banyak informasi
daripada jenis 1D.
·
QR Code
Dari jenis 2D, QR Code menjadi model paling populer bagi
banyak kebutuhan. Mulai dari kartu nama, autentikasi akses aplikasi, sampai
sistem pembayaran digital. Maka tak heran jika mudah sekali dijumpai, karena
ukurannya begitu fleksibel menyesuaikan ruang yang tersedia.
QR Code juga sangat cocok untuk menerima berbagai karakter
kode, seperti numerik, alfanumerik, dan byte/biner. Dalam perkembangannya, kode
ini bahkan telah mampu mengkodekan karakter Kanji.
Meski karakter cukup beragam, memindainya tidak memerlukan
alat khusus. Perangkat apapun dengan fasilitas pemindaian QR Code cocok sebagai
scanner untuk segala jenis data pada simbol. Pembacaan karakter juga memiliki
toleransi kesalahan tingkat tinggi dan tetap mendukung keterbacaan secara
maksimal meskipun ada bagian yang rusak.
·
Datamatrix
Bila membandingkannya dengan QR Code, Datamatrix lebih
unggul dari segi ukuran. Label kodenya dapat dibentuk menjadi berbagai ukuran,
sampai sebesar 2,5mm sekalipun, tanpa mengubah informasi di dalamnya.
Pada saat yang sama, Datamatrix memungkinkan pengkodean data
berkapasitas sangat besar, seperti halnya barcode 2D. Sifat ketahanan tingkat
tinggi juga membuat jenis ini tetap menjaga keutuhan data serta keterbacaan
kode, meskipun kerusakan label cukup luas.
Dengan seluruh karakteristik tersebut, Datamatrix merupakan
label kode khas pada komponen elektronik, papan sirkuit, termasuk produk-produk
khusus dalam ruangan bertekanan tinggi.
·
PDF417
Menyandikan data dalam jumlah besar ialah kelebihan yang
sama-sama dimiliki PDF417. Penyimpanan mencapai lebih dari 1,1 kilobyte
membuatnya mampu menerima data-data berukuran besar seperti tanda tangan, sidik
jari, dan sejenisnya.
Karena itulah, PDF417 cocok sebagai label kode untuk
penggunaan bidang transportasi, seperti yang tertera pada boarding pass
penerbangan dan perkeretaapian. Karakter PDF 417 juga menjadikannya tepat untuk
penggunaan skala gudang hingga pemerintahan dengan ciri data yang kompleks.
·
Aztec
Terakhir, ada kode Aztec yang biasa terdapat pada tiket
penerbangan. Dalam bentuk cetak, kode ini memudahkan pemindaian berkat
toleransi kesalahan yang sangat baik. Ketika kualitas hasil cetak cukup buruk
sekalipun, kode Aztec tetap mengizinkan keterbacaan data masih dapat dilakukan.
Ukurannya yang cenderung padat dan ringkas membuatnya tidak
memerlukan ruang terlalu besar untuk menempatkan label. Sebaliknya, taraf
penyimpanan data luas untuk berbagai jenis data, meskipun Aztec tidak menerima
karakter kode selengkap QR Code.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar