Kekaisaran yang pernah ada sejak tahun 1721 – 1917.
Kekaisaran ini adalah penerus Ketsaran Rusia
dan Pendahulu Uni Soviet.
Kekaisaran Rusia adalah salah satu monarki terluas yang
pernah ada dalam sejarah dunia dengan luas daratan yang hanya bisa dilampaui
oleh Imperium Britania dan Kekaisaran
Mongolia. Pada Tahun 1886, wilayah kekaisaran Rusia membentang
dari Eropa Timur ke Asia hingga Amerika Utara. Pada awal abad ke-19, Rusia
adalah monarki terbesar di dunia yang membentang dari Samudra Arktik di utara
ke Laut Hitam di selatan dan dari Laut Baltik di barat hingga Samudra Pasifik
di timur. Dengan penduduk sebanyak 176,4 juta jiwa, kekaisaran ini memiliki
penduduk terbesar ketiga di dunia pada masanya setelah Dinasti Qing di
Tiongkok dan Imperium Britania.
Kekaisaran Russia di Perintah oleh seorang Kaisar dan menjadi salah satu monarki terakhir di eropa yang meninggalkan sistem monarki absolut.
A. PENDIRIAN KEKAISARAN
Meskipun kekaisaran secara resmi
didirikankan oleh Pyotr I menyusul Perjanjian
Nystad (1721). beberapa sejarawan berpendapat bahwa Kekaisaran Rusia
sudah dimulai ketika Ivan III menaklukkan Novgrod atau
Ketika Ivan IV menaklukan Kazan. Menurut beberapa pandangan, istilah
"ketsaran" yang digunakan untuk merujuk negara Rusia setelah penobatan
Ivan IV dipandang sejajar dengan istilah "kekaisaran"
dalam bahasa sekarang dan Pyotr hanya mengubah nama negara tersebut dengan
mengadopsi dari bahasa Latin yang memiliki makna yang sama.
Kaisar Pyotr I (1672 – 1725) memperkenalkan
sistem pemerintahan otokrasi di Rusia dan memaikan peran utama dalam
memperkenalkan negaranya ke sistem pemerintahan yang dianut negara-negara Eropa
umumnya. Namun, wilayah Rusia yang sangat luas ini hanya memiliki populasi
sekitar 14 juta jiwa. Sistem pertanian Rusia saat itu masih tertinggal jauh di
belakang sistem pertanian di Eropa Barat, padahal dalam kenyataannya hampir seluruh penduduk Rusia
saat itu adalah petani. Hanya sebagian kecil warganya yang hidup di kota-kota
Upaya
militer pertama Pyotr I diarahkan untuk mengimbangi kekuatan
Kesultanan Utsmaniyah di barat daya. Perhatiannya kemudian beralih ke utara. Peter
masih tidak memiliki pelabuhan di pesisir utara Rusia yang bebas es, hanya
Pelabuhan Archangel di Laut Putih, tetapi pelabuhan ini membeku selama sembilan
bulan dalam setahun. Akses ke Baltik juga diblokir oleh Swedia. Ambisi Pyotr
I untuk "membuka jendela ke laut" menuntunnya untuk
membuat aliansi rahasia dengan kaum Saxony (Pada Tahun 1699), Polandia –
Lithuania, dan Denmark untuk melawan Swedia, mengakibatkan terjadinya perang
yang dikenal dengan sebutan Perang Besar Utara. Perang berakhir pada 1721,
ketika Swedia menyerah dan mengadakan perjanjian damai dengan Rusia. Pyotr
I mengakuisisi empat provinsi di sebelah selatan dan timur Teluk
Finlandia. Di sana ia membangun ibu kota baru Rusia, Sankt-Peterburg,
untuk menggantikan Moskwa yang sudah lama menjadi pusat budaya
Rusia
Sepeninggal Kaisar Pyotr I, penguasa Rusia lain yang dipandang merupakan
penguasa Rusia paling berpengaruh selanjutnya adalah Maharani Yekaterina II
yang berkuasa pada 9 Juli 1762 – 6 November 1796. Ia adalah seorang putri
Jerman yang menikah dengan Kaisar Pyotr III, dan naik takhta setelah menggulingkan
suaminya yang baru enam bulan memerintah. Yekaterina memberi sumbangsih pada
kebangkitan kaum Bangsawan Rusia yang dimulai setelah kematian Pyotr I. Layanan
sosial negara dihapuskan, dan ia memerintahkan agar para bangsawan memainkan
peran penting dalam pemerintahan di provinsi-provinsi Rusia.
B.
PERKEMBANGAN
Paruh Pertama Abad ke-19
Meskipun Kekaisaran Rusia
akan memainkan peran diminasi politiknya pada abad berikutnya, dampak
kekalahannya dari Napoleon, Prancis menghalangi kemajuan ekonomi Rusia secara
signifikan. Seperti pertumbuhan ekonomi Eropa Barat yang meningkat pesat selama
Revolusi Industri yang telah dimulai pada paruh kedua abad
ke-18, Rusia dalam kenyataannya masih jauh tertinggal. Status ini menyebabkan
inefisiensi dari pemerintahnya, keterbelakangan masyarakatnya, dan
ketertinggalan ekonomi. Setelah kekalahan Rusia dari Napoleon, Aleksandr
I telah siap untuk membahas reformasi konstitusional, tetapi meskipun
telah dilaksanakan, reformasi tidak membawa dampak dan perubahan yang berarti
bagi Rusia.
Aleksandr I digantikan oleh adiknya, Kaisar Nikolai
I (1825-1855) yang pada awal pemerintahannya dihadapkan dengan berbagai
pemberontakan akibat banyaknya kalangan yang menuntut reformasi kekaisaran.
Namun pemberontakan-pemberontakan tersebut dengan mudah dipatahkan.
Setelah tentara Rusia
membebaskan sekutunya, Georgia dari Pendudukan Persia pada tahun 1802, mereka
juga terlibat konfrontasi dengan Persia akibat berebut pengaruh atas Azerbaijan
dan terlibat dalam Perang Kaukasia melawan sebuah pemerintahan Muslim bernama
Keimaman Kaukasia. Kaisar juga harus berurusan dengan dua pemberontakan di
dalam negeri: Pemberontakan
November tahun 1830 dan Pemberontakan Januari Tahun
1863.
Paruh Kedua Abad ke-19
Nikolai I meninggal secara misterius. Satu
tahun sebelumnya, Rusia telah terlibat dalam Perang
Krimea. Sejak memainkan
peran utama regional paska kekalahannya ketika Perang Napoleon, Rusia telah
dianggap sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer yang tak terkalahkan.
Ketika Aleksandr II
naik tahta pada tahun 1885, keinginan untuk reformasi tersebar luas di kalangan
rakyat. Sejumlah gerakan sosial-kemanusiaan berkembang. Pada tahun 1859,
ada lebih dari 23 juta budak hidup di bawah kondisi yang lebih buruk
dibandingkan dengan para petani dari Eropa Barat pada abad ke-16.
Aleksandr II memutuskan sendiri untuk menghapuskan perbudakan, daripada
menunggu bahaya adanya tindakan-tindakan revolusioner yang dapat menganggu
stabilitas dalam negeri Rusia. Aleksandr II menginvasi Manchuria Luar dari Kekaisaran
Qing Tiongkok antara 1858-1860 dan menjual wilayah Alaska yang kaya akan minyak ke Amerika Serikat pada
tahun 1867. Pada tahun 1870-an Rusia dan Kesultanan Utsmaniyah Kembali
berkonfrontasi di Kawasan Balkan. Dari tahun 1875-1877, krisis Balkan secara
intensif menjadi pemberontakan melawan kekuasaan Utsmaniyah oleh berbagai
bangsa Slavia, yang di kuasi oleh Turki
Utsmaniyah sejak abad ke-16. Adanya pandangan nasionalisme
Slavia menjadi factor domestic utama dalam dukungan Rusia untuk membebaskan
Balkan dari pemerintahan Muslim Utsmaniyah dan hal ini berdampak pada
kemerdekaan Bulgaria dan Serbia. Pada tahun 1877, Rusia melakukan intervensi
atas nama pasukan relawan Serbia dan Rusia ketika berperang melawan Utsmaniyah.
Dalam satu tahun, pasukan Rusia sudah mendekati Istanbul dan Utsmaniyah
menyerah. Diplomat nasionalis Rusia dan para jenderal membujuk Aleksandr II
untuk memaksa Utsmaniyah menandatangani Perjanjian San Stefano pada Maret 1978. Ketika Inggris mengancam akan menyatakan perang akibat merasa
keberatan dengan syarat-syarat yang tercantum dalam Perjanjian San Stefano, Rusia memilih mundur.
Setelah pembunuhan Aleksandr
II oleh Narodnaya Volya, salah seorang anggota organisasi
teroris Nihilist, pada tahun 1881, tahta diberikan kepada anaknya yaitu Aleksandr
III (1881-1894), seorang reaksioner yang berusaha menghidupkan kembali
maksim "Otokrasi, Ortodoks, dan Karakter Kebangsaan Nasional" yang
dicanangkan oleh Nikholai I. Sebagai seorang Slavophile, Aleksandr
III percaya bahwa Rusia bisa diselamatkan dari kekacauan hanya
dengan menutup diri dari pengaruh subversive.
Awal Abad ke-20
Pada tahun 1894, Aleksandr
III digantikan oleh putranya, Kasiar Nikholai II, yang
berkomitmen untuk mempertahankan sistem otorasi di Rusia. Revolusi Industri Rusia mulai
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Namun, Partai Sosialis-Revolusioner
justru menuntut dilakukannya distribusi tanah untuk para petani. Kelompok
radikal lain adalah Partai Tenaga Kerja Sosial-Demokrat, salah satu partai
Marxisme di Rusia. Sosial-Demokrat berbeda dari Sosialis-Revolusioner, bahwa
mereka percaya revolusi harus berawal dari para pekerja dan buruh di perkotaan,
bukan oleh kaum tani.
Kekalahan dalam Perang
Rusia-Jepang (1904-1905) adalah pukulan besar bagi rezim Nikolai II dan
semakin meningkatkan potensi kerusuhan dan pemberontakan di dalam negeri. Pada
Januari 1905, sebuah insiden yang dikenal sebagai "Minggu Berdarah"
terjadi ketika Pastor Gapon memimpin kerumunan massa di Istana Musim Dingin,
Sankt-Peterburg, untuk mengirimkan sebuah petisi kepada Kaisar. Ketika massa
mencapai istana, angkatan bersenjata menembaki kerumunan dan menewaskan ratusan
orang. Masyarakat Rusia begitu marah atas pembantaian tersebut. Hal ini
menandai awal dari Revolusi Rusia tahun 1905. Soviet (dewan
pekerja) muncul di kota-kota untuk mengarahkan aktivitas revolusioner. Rusia lumpuh, dan pemerintahan kekaisaran tak
berdaya mengahadapi gejolak-gejolak yang terjadi di seluruh negeri.
Pada tahun 1904,
Nikolai II dan istrinya, Pemaisuri
Aleksandra, akhirnya
memiliki seorang putra, Tsarevich
Aleksei Nikolaevich. Namun,
Alexei mewarisi penyakit genetik yang berasal dari keluarga ibunya, Aleksandra
(yang merupakan cucu Victoria, Ratu Inggris Raya), yaitu
Hemofilia penyakit yang telah menjangkit banyak bangsawan Eropa.
Nikolai II dan Rusia memasuki Perang Dunia I dengan semangat membela sesama kaum Ortodoks
Slavia di Eropa Timur dan Balkan. Pada bulan Agustus 1914, tentara
Rusia menyerbu Provinsi Prusia Timur milik Jerman dan
menduduki sebagian besar Austria. Namun control Jerman atas Laut Baltik dan
kontrol koalisi Jerman-Utsmaniyah atas Laut Hitam mengakibatkan Rusia terputus
dari sebagian besar pasokan bantuan asing dan pasar perdagangan yang potensial.
Pada 3 Maret 1917, pemogokan
massal terjadi pada sebuah pabrik di ibukota Sankt-Peterburg, dalam sepekan
hampir semua pekerja di kota melakukan pemogokan serupa, dan kerusuhan jalanan
pecah.
Pada akhir Revolusi Febuari yaitu
tanggal 2 Maret (Kalender Julian) atau 15 Maret (Kalender Gregorian) 1917,
Nikolai II memilih untuk turun takhta. Nikolai II menyusun rencana untuk
menobatkan Pangeran Mikhail sebagai kaisar berikutnya atas seluruh Rusia.
Mikhail menolak untuk naik takhta sampai ia diizinkan untuk memilih melalui
Majelis Konstituante untuk kelanjutan Rusia sebagai sebuah negara monarki atau
republik.
Pada bulan Agustus 1917,
Alexander Kerensky, yang menjabat sebagai perdana Menteri Pemerintahan
Sementara Rusia, mengevakuasi Nikolai II beserta istri dan anak-anaknya ke kota
Tobolsk di pegunungan Urai, diduga untuk melindungi mereka dari dampak meningkatnya
revolusi. Di sana mereka tinggal di bekas kediaman gubernur dalam kenyamanan
yang cukup. Pada bulan Oktober tahun 1917 kaum Bolshevik berhasil merebut
kekuasaan dari pemerintahan sementara pimpinan Kerensky.
Pada 1 Maret 1918, Nikolai II beserta keluarganya dipindahkan ke sebuah ransum tentara, dengan kondisi kehidupan yang jauh dari kemewahan. Pada 30 April 1918 mereka selanjutnya dipindahkan ke kota pengasingan terakhir mereka, Yekaterinburg, tempat mereka ditahan di sebuah rumah milik seorang insinyur militer bernama Nikolay Nikolayevich Ipatiev. Kaisar Nikolai II beserta seluruh keluarganya kemudian dieksekusi oleh kaum Bolshevik di rumah ini, dan menandai berakhirnya kekuasaan penuh Dinasti Romanov atas Rusia.
C. SISTEM PEMERINTAH
Sejak pendirian kekaisaran
sampai Revolusi 1905, Kekaisaran Rusia merupakan sebuah Monarki Absolut,
dibawah sistem otorasi kaisar. Setelah Revolusi 1905, Rusia mengembangkan
sistem pemerintahan baru yang sulit untuk didefinisikan secara resmi.
Hukum dasar Rusia menggambarkan kekuatan kaisar
sebagai penguasa "otokratis dan tidak terbatas." Setelah Oktober
1905, kekaisaran masih mempertahankan gelar "Kaisar dan Autokrat
seluruh Bangsa Rusia", namun hukum-hukum dasar kekaisaran dirombak.
Sementara kaisar mempertahankan hak-hak prerogatif lamanya,
termasuk hak veto mutlak atas semua undang-undang. Kaisar menyetujui
pembentukan parlemen. Namun, pembaruan dan perombakan hukum tersebut tidak
menjadikan Rusia sebagai sebuah yang sebenarnya.
"Otokrasi terbatas" dalam praktiknya sebenarnya merupakan
"otokrasi semi-terbatas." Dalam "Almanach de Gotha"
tahun 1910, Rusia digambarkan sebagai "monarki konstitusional
di bawah kekuasaan tsar yang otokratis".
§ KAISAR
Pyotr I mengubah gelarnya
pada tahun 1721 dari tsar menjadi imperator (Bahasa Rusia император; kaisar). Meski begitu, pemimpin Rusia kerap
disebut tsar atau tsaritsa oleh pihak non-Rusia sampai jatuhnya monarki tahun
1917. Sesuai Manifesto Oktober, seorang kaisar memerintah secara absolut.
Kaisar dan permaisurinya juga harus seorang penganut Ortodoks.
Pada 17 Oktober 1905, kaisar secara sukarela membatasi kekuasaan
legislatifnya dengan menerbitkan maklumat bahwa kaisar tidak dapat mengeluarkan
sebuah hukum tanpa persetujuan dari Duma, majelis legislatif Rusia. Meski
begitu, kaisar memiliki hak untuk membubarkan Duma yang baru dibentuk. Para
menteri hanya bertanggung jawab kepada kaisar semata, tanpa kepada Duma atau
pihak lain, yang bisa menanyai tapi tak dapat memberhentikan mereka.
Pengaruh kondisi geografis secara jetas terlihat dalam sejarah
Rusia Rusia Eropa berupa dataran tanpa putus yang sangat luas, diulir oleh
banyak sungai yang menjadi sarana transportasi ke setiap bagian negara,
Sementara bagian lain Eropa, dengan deretan pegunungan dan lautan yang menjorok
ke daratan, cenderung terbagi menjadi banyak negara terpisah, Rusia secara
alamiah menjadi sebuah negara tunggal. Penduduk Rusia utamanya adalah bangsa
Eastern Slavs, keturunan emigran Slavic dari lembah Danube dan Elbe selama awal
Abad Penengahan. Mereka terpisah, berabad-abad lalu, menjadi tiga kelompok.
Kelompok terbesar adalah kelompok Great Russian (Rusia Besar), yang menempati
wilayah pedalaman, utara, dan timur Rusia. Pusat sejarah mereka adalah Moskow
di Sungai Moskow, ibukota kerajaan Muscovy, Little Russian atau Rusia Kecil
(Ruthenians, Ukrainians) menempati wilayah selatan dan barat daya Rusia. Pusat
sejarah mereka adalah kota suci Kiev di Dnieper, dimana di tahun 988
bangsa-bangsa utara Skandinavia mengadopsi Kristen Timur dan Yunani untuk diri
mereka sendiri, dan untuk bangsa Slavs yang hidup di antara mereka, White
Russian, yang namanya berasal dari pakaian berwarna putih mereka, mendiami
wilayah barat, di wilayah-wilayah yang pernah dikuasai Lithuania.
Tiga bangsa Rusia ini berbicara dengan bahasa Slavic tetapi
dengan dialek berbeda, Perbedaan dialek ini cukup untuk mencegah seorang
Muscovite bisa memahami seorang Ukrainian dan mencegah keduanya untuk bisa
berkomunikasi dengan White Russian, Untuk tujuan kesusasteraan dan tujuan
resmi, dialek Moskow digunakan dimanamana, Alpabet yang digunakan berasal dari
Yunani, diperkaya dengan tanda-tanda khusus dari huruf-huruf Slavic. Tiga
bangsa Rusia ini juga bersatu dalam aliansi umum dengan Gereja Oftodoks. Gereja
Ortodoks adalah cikal bakal dari Gereja Yunani abad pedengahan, yang melahirkan
banyak doktrin dan ritual. Hingga Revolusi Rusia pada 191 7, tsar tetap menjadi
kepala gereja, dan memiliki kewenangan membuat dan membatalkan semua
penunjukkan untukjabatan eklesiastikal. Rusia, perlu diketahui, memiliki banyak
sekte yang berbeda pendapat, yang sebelumnya menghadapi persekusi oleh
pemerintah karena keyakinan dan praktik non-ododoks mereka.
Ekspansi laut Rusia di Eropa secara perlahan melibatkan banyak
Orang-orang non-Rusia di antara subyek-subyek tsar. Mereka utamanya ditemukan
di sepanjang perbatasan. Peter Agung menguasai beberapa Prcpinsi-propinsi
Baltik yang dihuni bangsa Estonia, Letts, dan Jerman, Catherine Il menguasai
sebagian besar wilayah Polandia, Crimea, dan pantai utara Laut Hitam. Di awal
abad kesembilan belas Alexander I mengambil alih Finlandia dari Swedia (1809),
merebut Bessarabia dari Turki (1812), menguasai sebagian wilayah Polandia
(1815), dan memulai penaklukan di Kaukasia. Wilayah Kaukasia dengan populasi
Campurannya (bangsa Georgia, Circassia, Armenia, dll) akhirnya tidak dimasukkan
ke dalam kekaisaran hingga setelah pertengahan abad keSembikan belas. Rusia
kemudian mencapai batas-batas teritorialnya di Eropa. Pecahnya Rusia sejak Perang
Dunia membuat sebagian besar bangsa-bangsa di perbatasan membentuk negara
independen.
Teritori buruh-tani dan bangsa-bangsa Babel yang membentuk
Kekaisaran Rusia di abad kesembilan belas diperintah oleh seorang tsar
autokratik, Dekritnya mengikat semua subyeknya, Hukum Rusia menyebut tsar
sebagai seorang ”raja independen dan absolut” dan nyatakan bahwa Tuhan
['memerintahkan manusia untuk menyerahkan kekuasaan superiornya, tidak hanya
dari rasa takut terhadap hukuman, tetapi sebagai tugas agama.” Banyak kaum
terpelajar Rusia, Yang sebagian besar mungkin tidak tertarik dengan hak
keilahian, mempertimbangkan pemerintahan autokratik sebagai kebutuhan praktis
untuk Rusia. Populasi yang besar dan majemuk, ketidakpedulian sebagian besar
penduduknya, dan ketiadaan keias menengah yang makmur dan progresif, yang bisa
ambil bagian dalam kehidupan politik, tampak menunjukkan bahwa kemenangan
demokrasi akan lama tertunda di wilayah kekuasaan tsar, Kepentingan utama
sejarah Rusia selama abad terakhir karenanya terletak dalam pengembangan
liberalisme, yang secara perlahan memperlemah sendi-sendi autokrasi, dan di
tahun revolusi 1917 menghancurkan kekaisaran Rusia.
Alexander l, cucu Catherine Il, naik tahta dengan
pandangan-pandangan tercerahkan. Di bawah pengaruh tutor Swiss-nya, ia menyerap
banyak ide demokrasi di periode revolusioner di Eropa, dan ia ingin menerapkan
ide-ide ini dalam praktik. Namun demikian, semangatnya untuk reformasi menjadi
dingin setelah ia berada di bawah pengaruh musuh liberalisme, Prince Metternich.
Tsar tidak hanya menandatangani Protocol of Troppau, tetapi juga bekerja sama
dengan kerajaan-kerajaan saudaranya untuk memadamkan pemberontakan liberal
pedama di Italia dan Spanyol. Tahun-tahun terakhir kehidupannya tsar menjadi
sangat reaksioner.
Nicholas l, tidak seperti saudaranya, tidak pernah merasakan
simpati sentimental dengan liberalisme. Untuk mencegah ide-ide liberal menyebar
di antara subyek-subyeknya, tsar menerapkan sensor ketat pada pers, membuat
regulasi paspor yang membuat sulit bagi siapa saja untuk memasuki Rusia atau
meninggalkan Rusia, membentuk pasukan mata-mata dan polisi rahasia yang dikenal
sebagai Third section, Kepala Third Section memiliki kekuasaan tidak terbatas
untuk menahan, memenjarakan, atau mendeportasi tersangka politik, tanpa surat
peringatan dan tanpa pengadilan, Selama tiga puluh tahun kekuasaan Nicholas l,
puluhan ribu pendukung liberalisme mendekam di dalam penjara atau dibuang ke
Siberia, Nicholas tidak kurang autokratik dalam kebijakan luar negerinya, Kita
telah mengetahui bagaimana ia secara kejam memadamkan pemberontakan rakyat
Polandia dan bagaimana ia membantu Francis Joseph I menghancurkan Republik
Hungaria Hanya sekali tsar mendukung sebuah gerakan revolusioner. Di 1828 ia
memihak Yunani yang bangkit melawan Turks, tetapi tujuannya tidak untuk
membebaskan Yunani tetapi untuk mengagung-agungkan Rusia. Setelah itu Nicholas
mengobarkan Perang Crimea, sebuah spekulasi yang membawa Nicholas terlibat
konflik dengan Inggris Raya, Prancis, dan Sardinia sebagai sekutu Turki. la
meninggal sebelum perang berakhir.
Alexander Il naik tahta sebagai raja yang penuh kebajikan.
Bagian awal pemerintahannya ditandai dengan reformasi yang terkemuka, terutama
reformasi yang membebaskan budak pertanian dan membentuk majelis propinsi
elektif untuk pemerintah lokal. Tetapi tsar tidak memiliki jiwa liberal, dan
para konselornya adalah orang-orang yang dilatih di sekolah Nicholas l. Mereka
telah meyakinkan Alexander l, bahwa liberalisme adalah kebaruan Barat, tidak
cocok untuk Rusia suci, dan pasti diikuti oleh revolusi dan meruntuhkan
autokrasi. Setelah pemberontakan Polandia di awal tahun "enam
puluhan" yang sangat menakutkan bagi tsar, reaksi tsar memiliki ayunan
penuh di Rusia.
Kekecawaan intens kelas terpelajar pada Alexender yang
menghidupkan kembali cara-cara tradisional raja-raja Rusia menimbulkan lisme.
Nihilisme mulai muncul sebagai doktrin akademik. Para pemikir radikal, dengan
menerapkan ajaran para filsuf Prancis di abad kedela_ pan betas, menetapkan
penalatan dan sains sebagai panduan ganda kehidupan. Mereka mendesak Rusia
menyingkirkan autokrasi, Gereja Ortodoks, dan institusi-institusi lain yang
berasal dari masa lalu yang tidak beralasan dan tidak ilmiah. Hanya ketika
landasan telah dibersihkan, maka dimungkinkan untuk membangun kembali sebuah
masyarakat baru dan lebih baik, Para nihilis mulai mencari orang-orang tobat di
antara massa. Di bawah samaran dokter, guru sekolah, pekerja pabfik, dan buruh
umum, mereka mengkhutbahkan kemerdekaan politik, sosial, dan ekonomi kepada
para artisan di kota dan petani di pedesaan, Pemerintah segera mendapat angin
gerakan revolusioner dan memenjarakan atau membuang mereka yang ambil bagian
dalam gerakan revoluisoner. Propaganda kata-kata para nihilis sekarang berubah
menjadi propaganda kata-kata. Karena pemerintahan dijalankan dengan teror, maka
harus dilawan dengan teror, Sebuah komite rahasia di St. Petersburg menghukum
mati sejumlah pejabat ternama, mata-mata, dan anggota Third Section, dan di
beberapa kasus berhasil membunuh mereka. Alexander Il sendiri dibunuh pada
1881.
Kekuasaan Alexander Ill sangat siginifan utamanya untuk
usahausaha sistematis yang di buat oleh pemerintah untuk memaksa semua orang
non-Rusia di kekaisaran Rusia untuk menggunakan bahasa Rusia, menerima adat
istiadat Rusia, dan beribadah menurut ritual Gereja Ortodoks. Kebijakan ini
menimbulkan perlakuan keras terhadap bangsa Finn (Finlandia), Estonia, Letts,
Lithuania, Polandia, Jerman, dan Yahudi. Persekusi terhadap bangsa Yunani
menimbulkan migrasi besar ke Amerika Serikat.
Naiknya Nicholas ll ke tahta tidak membawa perubahan dalam si
politik, Anak muda ini ramah dan memiliki maksud baik, tetapi ia memiliki sifat
seorang autokrat seperti para pendahulunya, Para reaksioner yang
mengelilinginya sekarang menggandakan usaha mereka untuk menjaga Rusia tetap
"beku," Para guru, pelajar, jurnalis, orangorang profesional, setiap
orang yang bersuara vokal akan mengalami penderitaan di bawah rezim besi. Tidak
ada orang yang selamat melawan penahanan, pemenjaraan, pembuangan, atau
eksekusi arbitraria Sementara itu, perlawanan terhadap autokrasi berkembang
cepat di Rusia, tidak hanya di antara kaum pekerja dan petani, tetapi juga di
antara kelas menengah dan anggota kebangsawanan yang tercerahkan, Kerusuhan
revolusioner akhirnya memaksa tsar mengeluarkan dekrit Pada 1905-1906, yang
menjamin hak warga negara dan membentuk majelis perwakilan (Duma). Duma beftemu
empat kali dan menetapkan sejumlah legislasi yang berguna. Namun demikian, Duma
tidak berhasil menciptakan kernerdekaan bagi rakyat Rusia. Ketika Perang Dunia
Pecah, autokrasi yang korup dan tidak efisien terlihat semakin kokoh di Rusia.
§ DEWAN MENTERI
Sesuai undang-undang tahun 18 Oktober 1905, untuk mendampingi kaisar, dibentuklah dewan menteri yang dipimpin oleh presiden menteri, setara dengan perdana menteri. Kementerian yang ada di Rusia yakni:
· Kementerian Dewan Kekaisaran
· Kementerian Luar Negeri
· Kementerian Perang
· Kementerian Angkatan Laut
· Kementerian Keuangan
· Kementerian Perdagangan dan Industri
· Kementerian Dalam Negeri
· Kementerian Pertanian dan Aset Negara
· Kementerian Komunikasi
· Kementerian Keadilan
· Kementerian Pencerahan Negara
D. DAFTAR KAISAR/MAHARANI RUSIA
· Pyotr I
Pyotr yang Agung Пётр Вели́кий |
Kaisar Pyotr yang Agung |
Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa
: 2 November 1721 - 8 Februari 1725 (3 tahun, 98 hari) Penerus
: Yekaterina I |
Tsar seluruh Rusia |
Berkuasa
: 7 Mei 1682 - 2 November 1721 (39 tahun, 179 hari) Penobatan
: 25 Juni 1682 Pendahulu
: Fyodor III Bersama
Ivan V (sampai 1696) |
Kelahiran
: 9 Juni 1672 Moskow Kematian
: 8 Februari 1725 (umur 52) Wangsa :
Romanov |
Nama
lengkap : Pyotr Alekseevich Romanov Ayah : Aleksey,
Tsar Rusia Ibu : Natalya
Naryshkina, Permaisuri Rusia Pasangan:
Yevdokiya Lopukhina & Yekaterina I, Maharani Rusia Anak: Ø Aleksei Petrovich Ø Aleksandr Petrovich Ø Anna Petrovna Ø Yelizaveta, Maharani Rusia Ø Natalia Petrovna Agama :Ortodoks Rusia |
Pyotr I (bahasa Rusia: Пётр I), juga dikenal dengan Pyotr yang Agung (bahasa
Rusia: Пётр Вели́кий, tr. Pyotr Velikiy) (9 Juni [K.J.: 30 Mei] 1672 – 8 Februari [K.J.: 28
Januari] 1725), adalah Tsar Rusia terakhir (berkuasa tahun 1682–1721) dan Kaisar Rusia
pertama (berkuasa tahun 1721–1724). Melalui berbagai keberhasilannya dalam perang,
dia menjadikan Ketsaran Rusia menjadi salah satu kekaisaran besar yang menjadi salah
satu kekuatan penting di Eropa. Dia memimpin perubahan budaya yang menggantikan
tatanan lama dan tradisional beserta sistem politiknya dengan tatanan baru yang lebih
modern, ilmiah, dan kebarat-baratan berdasarkan Pencerahan.
- Awal
Kehidupan
Pyotr Alekseyevich Romanov lahir pada 9 Juni
1672 di Moskwa pada masa perang ayahnya. Namanya diambil dari nama Simon
Petrus. Ayahnya adalah Aleksey, Tsar Rusia yang memerintah pada 1645 sampai
1676. Ibunya adalah Permaisuri Natalya Naryshkina, istri kedua Tsar Aleksey.
Saat Aleksey naik pangkat pada 1676, meninggal diwariskan kepada Fyodor III,
putra Aleksey dengan istri pertamanya, Permaisuri Maria Miloslavskaya. Pada
masa pemerintahan kakak tiri Pyotr yang sakit-sakitan ini, negara dipegang oleh
Artamon Matveev.
- Masa Kekuasaan
Keadaan berubah saat Fyodor mangkat pada 1682. Dikarenakan Fyodor tidak meninggalkan anak, terjadi perselisihan antara keluarga Miloslavsky (keluarga dari Maria Miloslavskaya) dan keluarga Naryshkin (keluarga dari Natalya Naryshkina) terkait pihak yang harusnya mewarisi takhta. Secara urutan, harusnya Pangeran Ivan, putra Aleksis dan Maria, yang harusnya menjadi tsar, tetapi dia memiliki penyakit parah dan lemah pikiran. Pada akhirnya, Dewan Bangsawan Rusia menetapkan Pyotr yang baru berusia sepuluh tahun menjadi tsar.
Namun kemudian, terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Putri Sofya Romanova, saudari kandung Ivan pada April-Mei 1682.
Pemberontakan ini menjadikan beberapa kerabat dan sahabat Pyotr tewas dan Pyotr
menyaksikan tindakan kekerasan politik ini. Sofya dan para pendukungnya
berhasil mendesak untuk menjadikan Pyotr dan Ivan sebagai penguasa dwitunggal
dengan Ivan berperan sebagai tsar senior. Sofya sendiri berperan sebagai wali
bagi dua tsar. Di ruang pembakaran, sebuah lubang dibuat di belakang dua
singgasana tsar dan menjadi tempat duduk Sofya dan mendengarkan saat Pyotr
berbicara dengan para bangsawan.
Pada musim panas 1689, Pyotr yang berusia 17
tahun berencana mengambil kendali pemerintahan sepenuhnya dari Sofya, terutama
setelah posisinya melemah karena dua kali kegagalannya dalam kampanye melawan
Krimea. Sofya yang mengetahui rencana itu merencanakan makar dengan pasukan
penjaga, tetapi mereka justru mengubah Pyotr akan menjadi rencana kakak tirinya
itu. Pyotr melarikan diri pada tengah malam dan mengumpulkan kekuatan dan
berhasil menggulingkan Sofya. Sofya dipaksa menjadi biarawati dan menyerahkan
gelar dan kedudukan istananya, sementara Pyotr dan Ivan melanjutkan peran
mereka sebagai tsar.
Meski Sofya telah digulingkan, Pyotr masih
belum bisa memegang kendali penuh negara karena kekuatan poros beralih ke Ibu
Suri Natalya. Setelah Natalya diangkat pada tahun 1694, barulah Pyotr yang
telah berusia 22 tahun menjadi penguasa yang benar-benar berdaulat. Meski
begitu, Ivan masih berkuasa bersama Pyotr secara resmi, meski sebenarnya Ivan
hanya berperan sebagai simbol belaka. Barulah saat Tsar Ivan V mangkat pada
tahun 1696, Pyotr sepenuhnya menjadi penguasa berdaulat tunggal Rusia.
Pyotr segera melakukan reformasi untuk
memodernisasi Rusia. Sangat dipengaruhi penasihatnya dari Eropa Barat, Pyotr
menata ulang angkatan bersenjata Rusia agar memiliki beban yang luar biasa. Dia
mendapat penentangan atas kebijakannya, tetapi secara tegas memberantas segala
pemberontakan yang berusaha menggoyangkan kemampuannya.
Untuk meningkatkan peran Rusia dalam masalah
cedera, Pyotr berusaha menguasai daerah pesisir. Wilayah pesisir yang dikuasai
Rusia saat itu hanyalah kawasan Laut Putih. Laut Baltik saat itu menguasai
Swedia, Laut Hitam dikuasai oleh kekaisaran Utsmaniyah, dan Laut Kaspia sebelah
selatan dikuasai oleh kekaisaran Safawiyah.
Untuk menguasai Laut Hitam, Pyotr berusaha
menyingkirkan Kekhanan Krimea, negara bawahan Utsmani yang berkuasa di kawasan
tersebut. Tujuan Pyotr adalah melindungi benteng Utsmani di Azov. Perang
dilangsungkan pada musim panas pada 1695, tetapi usaha ini menuai kegagalan.
Namun pada Juli setahun setelahnya, Azov berhasil menguasai Rusia setelah Pyotr
membentuk angkatan laut yang besar.
- Kunjungan
ke Luar Negeri
Mengetahui bahwa dia tidak dapat mengalahkan Utsmaniyah sendirian yang merupakan negara adidaya saat itu, Pyotr mulai melakukan perjalanan ke luar negeri pada tahun 1697. Hal ini dilakukan untuk mencari sekutu dari negara-negara di Eropa Barat demi membentuk aliansi anti-Utsmaniyah. Pyotr sendiri melakukan penyamaran sepanjang perjalanan agar tidak diketahui. Namun tingginya yang mencapai 203 cm membuat pemimpin Eropa lain dapat mengetahui jati dirinya yang sesungguhnya.
Usahanya untuk membentuk persekutuan
anti-Utsmaniyah nyatanya tidak berhasil. Prancis tidak bersedia karena biasanya
mereka sendiri menjalin persekutuan dengan Utsmaniyah. Austria lebih cenderung
mengadakan perdamaian dengan Utsmaniyah karena sedang marah di barat. Pyotr
sendiri mengambil waktu yang tidak tepat karena saat itu bangsa Eropa lebih
menaruh perhatian kepada pihak yang sekiranya akan menjadi penerus dari Carlos
II, Raja Spanyol daripada harus sibuk bertarung dengan Sultan Utsmaniyah.
Meski demikian, Pyotr tetap melanjutkan
kunjungannya, kali ini ke Republik Belanda. Dia belajar pembuatan kapal di
Zaandam dan Amsterdam. senyawa teknologi kehancuran menjadi suatu hal yang
penting demi mengembangkan armada laut Rusia. Kunjungan Pyotr ke Belanda
dianggap sebagai kunjungannya yang paling berpengaruh dibandingkan ke negara
lainnya. Tidak hanya dapat mempelajari berbagai masalah teknis, Pyotr juga
mempelajari cara hidup masyarakat Eropa Barat.
Pyotr kemudian mengunjungi Inggris Raya dan
bertemu Raja William III. Di sana Pyotr belajar mengenai tata kota yang
kemudian diterapkannya di Sankt-Peterburg. Setelah itu dia juga mengunjungi,
August II, Raja Polandia, dan Leopold I, Kaisar Romawi Suci.
Kunjungannya ke Eropa Barat saat mempengaruhi
Pyotr. Pyotr merasa bahwa budaya Eropa Barat lebih beradab dari Rusia, sehingga
dia mulai melakukan berbagai perubahan di negaranya. Pyotr menerapkan
pembaharuan sosial secara mutlak dengan memperkenalkan pakaian gaya Prancis dan
Eropa Barat ke istana. Para pejabat istana, pejabat negara, dan anggota
angkatan bersenjata untuk mencukur janggut mereka dan menerapkan gaya pakaian
yang baru. Salah satu cara menyukseskan program ini adalah dengan pengadaan
pajak janggut dan jubah panjang pada bulan September 1698.
Dalam urusan keluarga, Pyotr berusaha menghapus
praktik pernikahan yang diatur sebagaimana norma para bangsawan Rusia. Hal itu
dipandang sebagai sesuatu yang barbar dan dapat menyebabkan rasa benci di
antara pasangan.
Pada tahun 1699, Pyotr juga mengubah perayaan
tahun baru dari 1 September menjadi 1 Januari. Lebih lanjut, pada tahun 7207
penanggalan Rusia kuno, Pyotr mengumumkan pemberlakuan penanggalan Julian dan
tahunnya adalah 1700. Hal ini dilakukan agar sistem penanggalan Rusia dapat
lebih sejalan dengan yang diberlakukan di Eropa Barat.
- Perang
Utara Raya
Pyotr membuat perjanjian damai sementara dengan
Ahmed III, Sultan Utsmaniyah, yang memungkinkannya untuk tetap mempertahankan
benteng Azov dan memusatkan perhatian untuk meningkatkan pengaruh maritim
Rusia. Dia berusaha menguasai Laut Baltik yang telah menguasai Swedia setengah
abad sebelumnya. Pyotr menyatakan perang dengan Swedia yang saat itu dipimpin
oleh Raja Karl XII yang masih belia. Swedia saat itu juga berhadapan dengan
Denmark-Norwegia, Elektorat Sachsen, dan Persemakmuran Polandia-Lituania. Namun
persiapan Rusia yang buruk menjadikan mereka kalah dalam pertempuran melawan
Swedia dalam Perang Narva (1700). Daripada melakukan pengepungan yang dinilai
lambat, Karl XII segera melakukan penyerangan dengan memanfaatkan badai salju
yang membutakan sebagai peluang mereka. Karl XII kemudian mengarahkan timnya
untuk menyerang Polandia-Lituania setelah itu, membuat Rusia memiliki
kesempatan untuk menata ulang angkatan bersenjata mereka.
Peta kuno Sankt-Peterburg dan Kronstadt;
kota-kota yang dibangun Kaisar Pyotr.
Saat pertempuran antara Swedia dan Polandia
sedang berlangsung, Pyotr membangun sebuah kota baru pada tahun 1703 di Ingriya
(nama kawasan yang terletak di sebelah selatan Teluk Finlandia). Kota itu
dinamai Sankt-Peterburg, dinamai mengikuti nama santo pelindung Pyotr, Santo
Petrus. Kota ini kemudian menjadi ibu kota Rusia pada tahun 1713–1728 dan
1732–1918.
Setelah mengalami beberapa kali kekalahan,
August II, Raja Polandia dan Adipati Agung Lituania, turun tahta pada 1706.
Raja Karl segera kembali mengalihkan perhatiannya kepada Rusia dan melakukan
penyerangan pada 1708. Karl berhasil mengalahkan Pyotr dalam Perang Golovchin
pada bulan Juli. Dikabarkan bahwa ini adalah kemenangan yang paling disukai
Karl.[12] Pada Perang Lesnaya pada Oktober (K.J. September) 1708, Karl
mengalami kekalahan pertamanya setelah Pyotr menghancurkan pasukan bala bantuan
Swedia yang berada di Riga. Ketiadaan bantuan ini membuat Karl terpaksa
mengurungkan niatnya untuk menyerang Moskwa.
Karl menolak untuk menyerah kepada Polandia
atau kembali ke Swedia, sehingga dia kemudian menyerang Ukraina. Pyotr menarik
pasukannya ke selatan dan melakukan taktik bumi hangus untuk menghancurkan
segala sesuatu yang mungkin dapat digunakan pihak Swedia untuk memperkuat mereka.
Ketidakmampuannya untuk mengambil perbekalan dari kawasan setempat membuat
Swedia harus menahan serangan mereka pada musim dingin 1708–1709. Pada musim
panas 1709, Swedia kembali berusaha merebut Ukraina yang berpuncak pada
pertempuran Poltava pada 27 Juni. Perang ini merupakan kekalahan telak bagi
Swedia, mengakhiri usaha Karl untuk menduduki Ukraina dan memaksanya mencari
perlindungan di kehancuran Utsmaniyah. Kemenangan ini mengubah pandangan
orang-orang yang awalnya menganggap angkatan bersenjata Rusia tidak kompeten.
Di Polandia, August II diangkat kembali menjadi raja.
Pyotr I dalam Pertempuran Poltava. Mosaik oleh Mikhail Lomonosov.
Pyotr yang sangat percaya diri dengan dukungan
yang didapat dari sekutu Balkannya mulai melancarkan serangan kepada kekaisaran
Utsmaniyah pada 1710.[14] Namun perang ini justru menjadi bencana bagi pihak
Rusia dan diakhiri dengan Perjanjian Prut. Dalam perjanjian ini, Tsar Pyotr
harus menyerahkan pelabuhan di Laut Hitam yang dia kuasai sejak tahun 1697.[14]
Sebaliknya, Sultan Ahmed III akan mengusir Raja Karl XII dari negaranya.
Normalnya, Boyar Duma (Dewan Bangsawan Rusia)
yang memegang kendali negara saat tsar tidak berada di tempat. Namun Pyotr
tidak memercayai para bangsawannya yang membuatnya membubarkan Duma, membentuk
senat yang terdiri atas sepuluh anggota. Meski awalnya dibentuk untuk mengurus
negara saat ketiadaan tsar, badan ini menjadi permanen setelah mengembalikannya
Pyotr dari perang. Senat ini kemudian menjadi salah satu hal terpenting di
Rusia.
Pasukan utara Pyotr menduduki Livonia (kawasan
yang pada masa modern berada di Latvia bagian utara dan Estonia bagian
selatan), membuat pasukan Swedia menuju Finlandia. Pada tahun 1714, Rusia
menang dalam Perang Gangut dan menduduki sebagian besar wilayah Finlandia.
Meski begitu, Karl XII tetap menolak untuk
menyerah dan baru setelah gugurnya dalam perang, perjanjian damai dapat
terlaksana. Perjanjian Nystad ditandatangani pada 1721, mengakhiri apa yang
disebut dengan Perang Utara Raya. Dalam perjanjian itu, Rusia mendapatkan
Ingriya, Estonia, dan Livonia, juga sebagian besar Karelia. Sebagai gantinya,
Rusia membayar ganti kerugian sejumlah dua juta riksdaler dan menyerahkan
sebagian besar Finlandia. Tsar tetap mempertahankan sebagian wilayah Finlandia
yang dekat dengan Sankt-Peterburg
- Masa-masa
Akhir Kekuasaan
Pada 28 Februari 1714, Pyotr mengeluarkan
maklumat untuk mewajibkan mereka yang berusia sepuluh sampai lima belas tahun
dari putra-putra bangsawan, pegawai pemerintah, dan pejabat tingkat bawah untuk
mempelajari matematika dasar dan geometri, dan harus melakukan pengujian di
akhir masa belajar mereka.
Di sisi selatan, Kekaisaran Safawiyah mengalami
kemunduran besar-besaran. Kesempatan ini digunakan Pyotr untuk melancarkan
perang dengan Safawiyah pada tahun 1722–1723, yang meningkatkan dominasi Rusia
secara pesat untuk pertama kali di wilayah Kaukasus dan Laut Kaspia, juga guna
membendung agar Utsmaniyah tidak memperluas wilayahnya ke daerah ini setelah
kemunduran Safawiyah. Derbent, Shirvan, Mazandaran, Baku, dan Astrabad jatuh ke
tangan Rusia. Setelah itu, Safawiyah dan Rusia membentuk persekutuan melawan
Utsmaniyah yang dipandang sebagai musuh bersama.
- Agama
Pyotr merupakan sosok yang religius, dibesarkan
dalam iman Ortodoks Rusia. Namun meskipun religius, dia tidak menghargai Gereja
yang lebih tinggi. Ia selalu menjaga agar Gereja berada di bawah kendali
pemerintah. Secara adat, pemimpin gereja adalah Patriark Moskwa. Namun saat
posisi kosong pada 1700, Pyotr menolak untuk memilih pengganti. Pyotr tidak
menerima bila kekuatan patriark sampai membayang-bayangi tsar, sebagaimana yang
terjadi pada masa Patriark Filaret (menjadi pemimpin Rusia de facto pada masa
kekuasaan anak, Tsar Mikhail I) dan Patriark Nikon. Pada akhirnya, dia
membubarkan kepatriarkan dan membentuk Sinode Kudus yang berada di bawah
kendali pemerintah, dengan tsar (kemudian kaisar) yang menetapkan semua uskup.
Untuk kepemimpinan gereja, Pyotr cenderung
kepada Ukraina yang lebih terbuka terhadap pembaharuan, tetapi tidak disukai
oleh para pendeta Rusia. Pyotr juga mengeluarkan undang-undang yang melarang
para laki-laki Rusia menjadi biarawan bila usianya belum mencapai lima puluh
tahun. Dia melihat bahwa menjadi biarawan adalah suatu hal yang sia-sia,
terlebih karena para pemuda dapat bergabung dengan angkatan bersenjatanya yang
baru.
Bergelut menjadi bagian dari pemuka agama
bukanlah jalan yang dipilih oleh masyarakat kelas atas. Sebagian besar pendeta
paroki adalah anak-anak imam, umumnya berpendidikan rendah dan dibayar rendah.
Para biarawan memiliki kedudukan yang sedikit lebih tinggi dan tidak
diperkenankan untuk menikah. Semenjak masa Pyotr, gereja tidak memiliki
kekuasaan di ranah politik.
- Gelar
Terjadi kebingungan terkait penerjemahan gelar
tsar di Eropa Barat, apakah disepadankan dengan raja atau kaisar. Sebagai
catatan, kaisar berada di atas raja. Pada umumnya negara Eropa Barat tidak
menerjemahkan gelar tsar, sebagaimana mereka tidak menerjemahkan gelar sultan
atau syah. Demi memperjelas persenjataannya untuk menjadikan Rusia sebagai
salah satu kekuatan berpengaruh di Eropa, Pyotr mengubah gelarnya menjadi
imperator (император, diterjemahkan menjadi kaisar dalam bahasa Indonesia) pada
tahun 1721, yang diambil dari bahasa Latin. Kedudukan Pyotr sebagai kaisar yang
diakui oleh August II, Raja Polandia; Friedrich Wilhelm I, Raja Prusia; dan
Fredrik I, Raja Swedia, tetapi tidak diakui sebagai kepala monarki Eropa
lainnya. Mereka memandang bahwa pengakuan mereka akan berdampak pada klaim
Pyotr atas mereka, sebagaimana Kaisar Romawi Suci yang menyatakan
kepemimpinannya atas semua negara-negara Kristen.
Meski kepala monarki Rusia secara resmi telah
menggunakan imperator (imperatritsa untuk wanita) sejak tahun 1721 sampai
jatuhnya monarki pada tahun 1917, banyak pihak di luar Rusia yang masih
menyebut mereka dengan gelar tsar atau tsaritsa.
- Pernikahan
dan Keluarga
Pyotr memiliki dua orang permaisuri yang
melahirkan empat belas anak, tiga di antaranya hidup sampai usia dewasa.
Natalya memilihkan Yevdokiya Fyodorovna Lopukhina sebagai istri anak atas
nasihat para bangsawan. Hal ini sejalan dengan adat Romanov yang memilih calon
istri dari kalangan bangsawan rendah, untuk menghindari persaingan di antara
bangsawan tinggi, juga untuk memperkaya garis keturunan dalam istana keluarga.
Di samping istrinya, Pyotr juga menjalin asmara dengan seorang wanita Jerman
bernama Anna Mons. Meski begitu, Pyotr tidak bahagia dengan pernikahannya
dengan Yevdokiya, sehingga dia kemudian menceraikan sang permaisuri dan
memaksanya menjadi biarawati.
Dua istri Pyotr. Kiri: Yevdokiya Fyodorovna
Lopukhina sebagai biarawati. Kanan: Yekaterina Alekseevna
Kemudian Pyotr mengambil wanita dari kalangan
jelata bernama Martha Skavronskaya sebagai kekasihnya. Martha berpindah agama
menjadi Ortodoks dan mengambil nama baru, Yekaterina Alekseyevna. Meski tidak
ada catatan yang dapat dipertanggung jawabkan, Pyotr menyatakan telah menikahi
Yekaterina dalam sebuah pernikahan rahasia di Sankt-Peterburg antara 23 Oktober
sampai 1 Desember 1707. Pyotr kemudian menikahi Yekaterina secara resmi pada 9
Februari 1712 sehingga Yekaterina dapat secara resmi dinobatkan sebagai
permaisuri. Berbeda dengan pernikahan pertamanya, pernikahan Pyotr dan
Yekaterina terbilang termasuk pernikahan yang bahagia.
Putra tertuanya, Putra Mahkota Aleksei,
menentang melakukan pemberontakan melawan Pyotr sehingga dia ditangkap dan
mengaku di bawah penganiayaan pengadilan sekuler. Sebelum Pyotr memberikan izin
hukuman mati untuk anak itu, Aleksei meninggal terlebih dahulu akibat
penyiksaan yang diterimanya. Ibu Aleksei, Yevdokiya, juga diseret dari rumahnya
karena didakwa melakukan perzinaan.
- Mangkat
Pyotr mangkat pada tanggal 8 Februari 1725 pada
usia 52 tahun 7 bulan setelah memerintah Rusia selama 42 tahun. Sepeninggalnya,
Permaisuri Yekaterina diangkat menjadi maharani, menjadikan dirinya sebagai
wanita pertama yang secara resmi menjadi kepala monarki Rusia.
· Yekaterina I
Yekaterina I Екатерина I |
Maharani Yekaterina I yang Agung |
Maharani dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa : 8 Februari 1725 – 17 Mei 1727 Penobatan : 7 Mei 1724 Pendahulu : Pyotr I Penerus : Pyotr II |
Permaisuri Kaisar Rusia |
Periode : 2 November 1721 – 8 Februari 1725 |
Permaisuri Tsar Rusia |
Periode 9 Februari 1712 – 2 November 1721 |
Kelahiran : 15 April 1684[1] Kematian : 17 Mei 1727 (umur 43), Sankt-Peterburg,
kekaisaran Rusia Keluarga : Skowroński |
Nama lengkap : Ø bahasa Polski: Marta Helena Skowrońska Ø bahasa Rusia: Marfa Samuilovna Skavronskaya Ayah : Samuel Skowroński Ibu : Elisabeth Moritz Pasangan : Pyotr I, Kaisar Rusia Anak : Anna Petrovna & Yelizaveta, Maharani Rusia Agama : Ortodoks Timur, Lutheran sebelumnya |
Yekaterina I (bahasa Rusia: Екатерина I Алексеевна; Yekaterina I Alekseyevna, lahir bahasa Polski: Marta Helena Skowrońska, bahasa Latvia: Marta Elena Skavronska, kemudian dikenal dengan Marta Samuilovna Skavronskaya) (lahir 15 April [K.J.: 5 April] 1684 – meninggal 17 Mei [K.J.: 6 Mei] 1727) adalah Maharani (kaisar wanita) Rusia yang berkuasa dari tahun 1725 sampai 1727. Kepemimpinannya merupakan sesuatu yang sangat tidak lazim di Eropa karena Yekaterina berasal dari kalangan rakyat jelata, berbeda dengan kepala monarki Eropa lain yang selalu memiliki darah Bangsawan
-
Latar Belakang
Kehidupan Yekaterina merupakan sesuatu yang
tidak biasa. Tidak ada berkas mengenai asal-usulnya secara pasti. Nama aslinya
adalah Marta Helena Skowrońska dan dikatakan lahir tanggal 15 April 1684.
Ayahnya bernama Samuel Skowroński, petani Katolik dari Persemakmuran
Polandia-Lituania. Ibunya bernama Elizabeth Moritz, putri dari seorang wanita
Jerman Baltik dan pejabat Swedia, meski hal ini juga masih diperdebatkan.
Sedangkan beberapa biografi menyatakan bahwa ayah Marta adalah seorang penggali
kubur.
Orangtua Marta meninggal sekitar tahun 1689
karena pes dan meninggalkan lima orang anak. Menurut cerita populer, Marta
kemudian diasuh oleh bibinya saat berusia tiga tahun dan dikirim ke Marienburg
(sekarang bagian dari Latvia) yang kemudian dibesarkan oleh Johann Ernst Glück,
seorang pendeta Lutheran, dan menjadi pelayan rendah di rumahnya. Tidak ada
upaya untuk mengajarinya membaca dan menulis dan Marta adalah seorang buta
huruf sepanjang hidupnya.
Saat Rusia mengambil alih kepemimpinan
Marienburg, Pastur Glück menawarkan diri sebagai penerjemah dan Marsekal
Lapangan Boris Sheremetev membawanya ke Moskwa. Kemungkinan Marta juga kemudian
bekerja di rumah tangga Sheremetev sebagai pelayan atau bahkan bisa jadi
gundiknya. Marta kemudian ikut ke Rusia bersama dengan pasukan Sheremetev.
Setelah itu dia menjadi bagian dari rumah
tangga Pangeran Aleksandr Menshikov, sahabat karib Tsar Pyotr I. Tampak bahwa
Menshikov dan Marta telah membentuk persekutuan seumur hidup di antara mereka.
Saat Pyotr mengunjungi Menshikov di kediamannya, dia bertemu dengan Marta. Pada
tahun 1704, dia menjadi bagian dari rumah tangga Tsar dan menjadi gundiknya,
dan melahirkan seorang putra bernama Pyotr. Pada tahun 1705, dia berganti agama
menjadi Ortodoks dan mengambil nama baru, Yekaterina Alekseyevna.
-
Kehidupan dengan Pyotr
Meski tidak ada catatan resmi terkait hal ini,
dikatakan bahwa Pyor dan Yekaterina menikah secara rahasia antara 23 Oktober
sampai 1 Desember 1707 di Sankt Peterburg. Mereka memiliki dua belas anak, dua
putri di antaranya hidup sampai usia dewasa, yakni Anna Petrovna (lahir 1708)
dan Yelizaveta Petrovna (lahir 1709).
Pyotr memindahkan ibu kota Rusia ke Sankt
Peterburg pada tahun 1703. Saat kota berada dalam proses pembangunan, Pyotr
tinggal di sebuah rumah kayu kecil bersama Yekaterina. Di sana, mereka hidup
layaknya keluarga biasa. Yekaterina memasak dan merawat anak, sementara Pyotr
berkebun. Hubungannya dengan Yekaterina merupakan salah satu hal yang paling
berhasil dalam kehidupan Pyotr dan banyak sumber menuliskan tentang seberapa
kuat hubungan di antara mereka berdua. Yekaterina sendiri adalah seorang yang
selalu bersemangat, penyayang, luwes, dan selalu ceria. Dia mampu menenangkan
Pyotr saat marah dan mendampinginya saat suaminya terserang epilepsi.
Yekaterina juga turut serta serta Perang
Utsmani-Rusia di Sungai Prut pada tahun 1711. Dikatakan bahwa Yekaterina ikut
berperan dalam menyelamatkan Pyotr dan Rusia. Saat sudah terkepung pasukan
Utsmani, Yekaterina menyarankan agar perhiasannya dan perhiasan para wanita
dikumpulkan dan diserahkan kepada Baltacı Mehmed Pasya, Wazir Agung Utsmani,
sebagai sogokan agar pasukan Rusia diperbolehkan mundur. Pada akhirnya, Mehmed
membiarkan pasukan Rusia mundur, meski tidak tahu apakah karena sogokan
tersebut atau pertimbangan diplomasi.
Bagaimanapun, Pyotr memuji Yekaterina dan
kemudian menikahinya (kali ini secara resmi) di Katedral Santo Ishak pada 9
Februari 1712. Yekaterina kemudian dianugerahi gelar tsaritsa, gelar yang
biasanya disandang oleh permaisuri tsar. Saat Pyotr mengganti gelarnya menjadi
imperator (император, kaisar) pada tahun 1721, Yekaterina juga dianugerahi
gelar imperatritsa (императрица).
-
Masa Kekuasaan
Kaisar Pyotr I diangkat pada Februari 1725
tanpa pewarisan. Yekaterina yang sangat populer didukung oleh Menshikov dan
orang-orang di resimen penjaga kemudian menyatakan janda Pyotr tersebut sebagai
maharani (kaisar wanita). Meski begitu, kendali negara yang sebenarnya berada
di tangan Menshikov dan anggota Dewan Penasihat Agung Rusia. Di masa
pemerintahannya yang singkat, Yekaterina mengurangi pengeluaran militer karena
negara berada dalam keadaan damai.
Yekaterina adalah perempuan pertama yang
menjadi kepala monarki dari kekaisaran Rusia. Meski dirinya bukanlah pemimpin
yang berkuasa secara mandiri, Yekaterina telah membuka jalan resmi bagi para
wanita untuk memimpin dan mendominasi atas Rusia selama hampir seabad tersebut.
Tiga wanita yang menjadi Maharani Rusia sepeninggalnya: Anna Ivanovna,
Yelizaveta Petrovna, dan Yekaterina yang Agung; adalah pemimpin cakap yang
cenderung memiliki kekuasaan yang sangat besar di atas negara. Keempat maharani
ini semuanya berkuasa pada abad kedelapan belas.
Maharani Yekaterina I mangkat dua tahun setelah
suaminya, yakni pada 17 Mei 1727 pada usia 43 tahun karena tuberkulosis.
Sepeninggalnya, kematian diwariskan kepada Pyotr II yang merupakan anak dari
Putra Mahkota Alexei, putra Pyotr dan istri pertamanya, Yevdokiya.
·
Pyotr II
Pyotr II Пётр II |
Kaisar Pyotr II |
Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa
: 18 Mei 1727 – 30 Januari 1730 (2 tahun, 257 hari) Penobatan
: 25 Februari 1728 Pendahulu
: Yekaterina I Penerus
: Anna |
Kelahiran
: 23 Oktober 1715, Sankt Peterburg Kematian
: 30 Januari 1730 (umur 14) Moskow Pemakaman
: Katedral Malaikat Agung Wangsa :
Romanov |
Nama
lengkap : Pyotr Alekseevich Romanov Ayah : Alexei
Petrovich, Putra Mahkota Rusia Ibu : Charlotte
Christine Agama :
Ortodoks Timur |
Pyotr II (bahasa Rusia: Пётр II Алексеевич) (23
Oktober 1715 – 30 Januari 1730) adalah Kaisar Rusia dari tahun 1727 sampai
kematiannya pada tahun 1730. Dia adalah cucu dari Pyotr I dan merupakan
penguasa pria terakhir yang merupakan anggota Wangsa Romanov dari garis ayah .
Meski dipandang memiliki kecerdasan alamiah dan hati yang baik, Pyotr tidak
menaruh minat pada urusan pemerintahan, membuat dia gagal menjadi penguasa yang
cakap dalam masa kekuasaannya yang singkat.
- Masa
Kecil
Pyotr Alekseyevich lahir di Sankt Peterburg
pada 23 Oktober 1715. Ayahnya adalah Putra Mahkota Alexei Petrovich, putra
Kaisar Pyotr yang Agung dan istri pertamanya, Permaisuri Eudoxia Lopukhina.
Ibunya adalah Charlotte Christine dari Wangsa Welf. Charlotte meninggal saat
Pyotr dikenal sepuluh hari dan Alexei meninggal di tahanan pada tahun 1718
karena dugaan pemberontakan.
Meski Pyotr dan kakak perempuannya, Natalya,
menjadi yatim piatu, kakek mereka, Kaisar Pyotr, tidak tertarik untuk mengasuh
dan mendidik mereka. Kaisar Pyotr tidak menyukai ayah mereka bahkan nenek
mereka yang merupakan istri pertama Kaisar Pyotr sendiri karena dugaan
keterlibatan mereka dalam pemberontakan. Oleh karena itu, mereka berdua hidup
dalam pemingitan ketat sejak masih sangat belia.
Kaisar Pyotr yang Agung mangkat pada tahun 1725
dan istri keduanya, Yekaterina, naik tahta sebagai maharani (kaisar wanita).
Salah satu menteri pendukung Yekaterina, Aleksandr Menshikov, menjadikan Andrey
Ostermann sebagai guru bagi Pyotr muda. Ostermann mengajari Pangeran Pyotr
berbagai macam pelajaran, di antaranya matematika, sejarah, geografi, dan
beberapa bahasa asing. Namun Pyotr tidak begitu memberikan perhatian kepada
ilmu pengetahuan dan lebih suka berburu dan berpesta.
Pada masa pemerintahan Yekaterina, Pyotr
cenderung diabaikan, tetapi jelas bahwa dia adalah orang yang akan meneruskan
keturunan Rusia kelak karena dia adalah satu-satunya cucu Kaisar Pyotr dari
jalur ayah. Tiga perempat bangsawan memberi dukungan kepadanya, begitu pula
Karl VI, Kaisar Romawi Suci yang sekaligus paman dari pihak ibu. Atas usaha
Menshikov, Pyotr ditetapkan secara resmi sebagai pewaris Yekaterina, meskipun
sang maharani sendiri memiliki dua putri. Yekaterina sendiri memberikan
persetujuan perjanjian antara Pyotr dengan anak perempuan Menshikov, Maria
Aleksandrovna.
- Masa
Kekuasaan
Maharani Yekaterina mangkat pada tahun 1727 dan
Pyotr naik tahta sebagai Kaisar Pyotr II. Menshikov segera membawa sang kaisar
muda ke kediamannya di Pulau Vasilyevsky dan memegang kendali penuh atas segala
tindakannya. Meski begitu, Menshikov kemudian jatuh sakit. Atas pengaruh
Ostermann dan Dolgorukov, Pyotr yang sejak lama telah muak dengan perlakuan
Menshikov melucuti segala pangkat dan jabatannya dan kemudian diasingkan di
Siberia. Pyotr sendiri kemudian membatalkan perjanjiannya dengan Maria
Aleksandrovna.
Pyotr dikenal cerdas, tetapi juga keras kepala
dan cenderung tidak patuh seperti kakeknya. Terlepas dari kesamaan ini, Pyotr
tidak memiliki keinginan untuk memerintah, berbeda dengan Pyotr yang Agung. Dia
hampir tidak pernah hadir dalam rapat dengan anggota dewan. Sikapnya ini
membuat para bawahannya kesal karena mereka tidak berani bertanggung jawab atas
berbagai keputusan penting. Armada Rusia ditinggalkan dan Pyotr tidak berminat
untuk memperhatikan masalah tersebut.
Setelah Minshekov diasingkan, Pangeran Aleksey Dolgorukov dan anaknya, Ivan, yang menjadi orang kepercayaannya dan mereka memiliki pengaruh besar dalam berbagai kebijakan sang kaisar. Ivan memiliki gaya hidup boros yang kemudian memengaruhi Pyotr untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan pesta, bermain kartu, bermain wanita. Segera dia juga menjadi kecanduan alkohol.
Pengaruh keluarga Dolgorukov semakin menguat hingga berusaha menjodohkan anak perempuan Aleksey, Yekaterina Dolgorukov menjadi istri kaisar. Namun kemudian tampak bahwa Pyotr tampak tidak tertarik dengan pengantinnya, sangat mungkin karena pengaruh bibi Pyotr, Putri Yelizaveta, yang tidak menyukai Yekaterina. Meski begitu, pernikahan tetap direncanakan untuk dilangsungkan pada 30 Januari 1730.
- Mangkat
Di penghujung Desember 1729, Pyotr terserang
penyakit berbahaya dan keadaan semakin menurun terlebih setelah Hari Epifani
pada Januari 1730. Dokter mendiagnosisnya terkena cacar. Pada saat genting ini,
keluarga Dolgorukov berusaha membujuk Pyotr agar menetapkan Yekaterina
Dolgorukov sebagai pewarisnya. Mereka berusaha meniru Maharani Yekaterina I
yang naik ke atas sepeninggal suaminya, Kaisar Pyotr I untuk menguasai takhta,
tetapi mereka tidak diperkenankan bertemu dengan kaisar yang memudar.
Pada akhirnya, Kaisar Pyotr II mangkat di usia
empat belas tahun saat fajar tanggal 30 Januari 1730, hari yang telah
direncanakan sebagai waktu pernikahannya dengan Yekaterina. Sepeninggalnya,
Dewan Penasihat Agung Rusia menetapkan putri dari Tsar Ivan V (kakak Pyotr I),
Anna Ivanovna, sebagai Maharani Rusia.
· Anna
Anna Анна |
Maharani Anna |
Maharani dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa
: 30 Januari 1730 – 28 Oktober 1740 (10 tahun, 272 hari) Pendahulu
: Pyotr II Penerus
: Ivan VI |
Pemakaman
: Katedral Pyotr dan Pavel Wangsa
: Romanov Ayah : Ivan
V, Tsar Rusia Ibu : Praskovia,
Permaisuri Rusia Pasangan
: Friedrich Wilhelm, Adipati Kurlandia Agama :
Ortodoks Rusia |
Anna Ivanovna (bahasa Rusia: Анна Иоанновна, Anna Ioannovna) (7 Februari
K.J.:28 Januari] 1693, Moskow – 28 Oktober [K.J.: 17 Oktober] 1740) adalah Maharani
(kaisar wanita) Rusia dari tahun 1730 hingga tahun 1740. Sebelumnya dia berkuasa
sebagai wali di Kadipaten Kurlandia selama hampir dua puluh tahun setelah suaminya
meninggal.
- Latar
Belakang
Anna menyobek kertas perjanjian yang dirumuskan dewan penasihat
Anna lahir di Moskwa pada tahun 1693. Ayahnya
adalah Tsar Ivan V dan ibunya adalah Permaisuri Praskovia Saltykova. Meski Ivan
seorang tsar, adik tirinya, Pyotr, yang secara de facto memimpin negara karena
Ivan sendiri mengalami cacat mental. Dia memiliki kakak perempuan bernama
Yekaterina Ivanovna yang menikah dengan Karl Leopold, Adipati Mecklenburg, dan
seorang adik perempuan bernama Praskovya Ivanovna.
Ivan mangkat pada Februari 1696 saat Anna baru
berusia tiga tahun. Anna dan saudari-saudarinya dibesarkan dengan disiplin oleh
ibunya yang menjanda. Terlahir dalam keluarga yang relatif sederhana, Praskovia
telah menjadi istri teladan bagi pria yang mengalami cacat mental dan
mengharapkan putri-putrinya memiliki standar moral dan kebaikan yang tinggi.
Anna tumbuh di lingkungan yang sangat menghargai kebaikan dan sifat kewanitaan
di atas segalanya dan tekanan penghematan, amal, dan ibadah agama.
Pada masa pemerintahan pamannya, Pyotr I, Anna
disarankan untuk pindah dari Moskwa ke Sankt Peterburg. Perpindahan ini tidak
hanya membawa perubahan terkait tempat tinggal, tetapi lingkungan masyarakatnya
dan ini membawa perubahan besar pada Anna. Dia sangat menikmati kemegahan
istana di sana dan gaya hidup mewah masyarakatnya, sangat berkebalikan dengan
kesederhanaan yang lebih disukai ibunya.
- Pernikahan
Pada tahun 1710, Pyotr menikahkan Anna dengan
Friedrich Wilhelm, Adipati Kurlandia yang memiliki umur yang sama dengannya.
Kedua pasangan ini menikmati hidup di Rusia selama beberapa minggu sampai
kemudian mereka pindah ke Kurlandia yang jaraknya hanya dua puluh mil dari
Sankt Peterburg. Namun di tengah perjalanan, Friedrich meninggal karena sebab
yang belum pasti. Anna tetap melanjutkan perjalanan ke Kurlandia bersama
jenazah suaminya, dan di sana dia memimpin Kadipaten Kurlandia hampir selama
dua puluh tahun.
- Naik
Tahta
Pyotr mangkat dan meninggal diwariskan kepada
istri keduanya, Yekaterina. Saat Yekaterina mangkat pada 1727, meninggal
kemudian diwariskan kepada Pyotr II, cucu Pyotr I dari istri pertamanya. Pyotr
II diangkat pada Januari 1730 pada usia empat belas tahun tanpa meninggalkan
keturunan, sehingga ada lima calon penguasa Rusia selanjutnya, semuanya
perempuan, yakni tiga putri Ivan V: Yekaterina, Anna sendiri, dan Praskovya;
dan putri Pyotr I dengan Yekaterina: Anna dan Yelizaveta.
Ivan adalah kakak Pyotr sehingga dipandang
bahwa keturunannya yang lebih berhak duduk di tahta. Namun sebagian berpendapat
bahwa penguasa selanjutnya harus dipilih dari yang memiliki hubungan keluarga
paling dekat dengan penguasa sebelumnya sehingga dalam sudut pandang ini,
putri-putri Pyotr lebih memenuhi syarat. Namun status anak-anak Pyotr terganjal
dengan dua hal: kelahiran mereka yang berada di luar pernikahan resmi (meski
dikatakan bahwa Pyotr dan Yekaterina sudah menikah secara rahasia sebelumnya)
dan kedudukan ibu mereka, Yekaterina, yang sebelum menjadi permaisuri, hanyalah
pelayan istana biasa. Hal ini berbeda dengan Praskovia Saltykova, ibu dari tiga
putri Ivan, yang jelas berasal dari keluarga bangsawan. Terlebih Praskovia yang
dipandang memiliki kebaikan yang tinggi dan terkenal akan kegiatan amalnya,
menambah berat nilai putri Ivan.
Pada akhirnya, Dewan Penasihat Agung Rusia
memutuskan untuk menunjuk Anna sebagai penguasa Rusia yang baru, meski Anna
masih memiliki kakak yang tinggal di Rusia dan Anna sendiri masih berada di
Kurlandia. Pertimbangan yang diambil adalah bahwa status Anna yang janda dan
tidak memiliki anak justru dapat mencegah masuknya pengaruh asing yang tidak
diinginkan di Rusia, berbeda dengan kakaknya, Yekaterina, yang bersuamikan
orang asing dan telah memiliki seorang putri. Selain itu, Anna yang telah
menguasai Kadipaten Kurlandia lebih dipandang memiliki pengalaman politik.
Dengan penunjukan ini, diharapkan pula bahwa Anna akan merasa berutang budi
kepada para bangsawan dan merasa terikat dengan mereka. Untuk memastikan hal
tersebut, Anna meminta persetujuan persetujuan bahwa dia akan memerintah
berdasarkan arahan anggota dewan dan dia tidak dapat menyatakan perang atau
perjanjian damai, membuat pajak baru tanpa persetujuan mereka. Anna juga tidak
dapat menghukum seorang bangsawan tanpa pengadilan, tidak dapat memberikan
tanah kepemilikan, membangun seorang pejabat tinggi dan mengasingkan seseorang
tanpa persetujuan anggota dewan.
Anna menyembunyikan berkas perjanjian itu pada
18 Januari 1730 di Jelgava, ibu kota Kurlandia. Pada tanggal 20 Februari 1730,
segera setelah kedatangannya di Rusia, sang maharani yang baru menggunakan hak
prerogatifnya untuk membubarkan anggota dewan penasihat. Dewan Penasihat Agung
yang membuat perjanjian dengan Anna kebanyakan anggotanya terdiri dari keluarga
Dolgorouki dan Galitzin. Beberapa hari berikutnya, faksi lain menyatakan
penentangannya terhadap dominasi dari keluarga tersebut. Pada tanggal 7 Maret
1730, beberapa orang dari faksi ini (antara 150 sampai 800 orang, tergantung
sumber) tiba di istana dan mengajukan petisi agar Maharani Anna membatalkan
perjanjian yang telah dimintakan kepada dewan penasihat. Yekaterina, kakak
Anna, merupakan salah satu orang yang mendukung keputusan ini. Anna kemudian
membatalkan perjanjian tersebut dan mengatur beberapa perjanjian perjanjian itu
ke Siberia, yang secara otomatis menjadikan Anna sebagai kepala monarki absolut
sebagaimana para pendahulunya. Pada malam saat Anna membatalkan perjanjian
tersebut, muncul aurora borealis di langit, membuat cakrawala terlihat seperti
darah, yang kemudian dipandang sebagai gambaran bagi masa kekuatan Anna di masa
mendatang.
- Masa
Kekuasaan
Pada masa pemerintahannya, Anna melanjutkan
untuk memajukan arsitektur mewah di Sankt Peterburg. Anna juga mendaftar untuk
mendaftar Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia yang didirikan sejak masa pamannya,
Pyotr yang Agung. Tujuan sikap akademi ini adalah untuk memajukan ilmu
pengetahuan di Rusia yang tertinggal jauh bila dibandingkan dengan
negara-negara Eropa Barat. Beberapa ilmu yang dipelajari di sini adalah
matematika, astronomi, dan botani. Akademi ini juga bertanggung jawab atas
beberapa penjelajahan, khususnya di Laut Bering. Di masanya pula, akademi ini
mulai memasukkan program seni dalam pengajarannya, begitu juga teater,
arsitektur, dan jurnalisme.
Anna juga mendirikan ulang Kantor Penyidik Rahasia untuk menghukum mereka yang melakukan kejahatan politik. Hukuman yang diberikan seringnya sangat menyakitkan dan menjijikkan. Seperti mereka yang didakwa melawan negara akan dikoyak hidungnya dan dipukuli dengan cambukan.
Westernisasi juga dilakukan pada masa pemerintahannya,
seperti dalam Akademi Ilmu Pengetahuan, pendidikan pasukan kadet, dan juga
masalah kebudayaan seperti teater dan opera. Tidak seperti penguasa Rusia yang
lain, istananya dipenuhi orang asing, kebanyakan dari Jerman. Anna sering
memberi orang-orang Jerman posisi penting. Ini karena ketidakpercayaannya
dengan orang-orang Rusia sendiri. Pengaruh Jerman yang sangat mengakar kuat ini
menimbulkan kebencian dari orang-orang Rusia terhadap mereka.
Dalam masa pemerintahannya, Rusia terlibat
dengan dua masalah besar: Perang Pewaris Polandia dan Perang Rusia-Utsmani.
Rusia dan Austria bersama mendukung August II dan melawan pencalonan Stanisław
Leszczyński sebagai Raja Polandia, karena Satnislaw bergantung dengan Prancis
dan bersahabat dengan Utsmaniyah dan Swedia. Pada 1732, Nader Syah, Syah (raja)
Persia untuk wilayah utara Persia yang telah direbut pada Perang Rusia-Persia
pada masa Pyotr yang Agung. Kemudian penandatangananlah Perjanjian Rasyt yang
merupakan kesepakatan antara Rusia dan Persia untuk melawan Utsmaniyah.
·
Ivan VI
Ivan VI Иван VI |
Kaisar Ivan Antonovich |
Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa
: 28 Oktober 1740 – 6 Desember 1741 (1 tahun, 39 hari) Penobatan
: 28 Oktober 1740 Pendahulu
: Anna Penerus
: Yelizaveta Wali
Anna : Leopoldovna |
Kelahiran
: 23 Agustus 1740, Sankt Peterburg Kematian
: 16 Juli 1764 (umur 23), Shlisselburg Pemakaman
: Kholmogory atau Shlisselburg Wangsa :
Brunswick-Bevern Nama
lengkap : Ivan Antonovich Ayah : Anton Ulrich, Adipati Brunswick Ibu : Anna Leopoldovna Agama :
Ortodoks Timur |
Ivan VI (bahasa Rusia: Иван VI; 23 Agustus
[K.J.: 12 Agustus] 1740 – meninggal 16 Juli [K.J.: 5 Juli] 1764), adalah Kaisar
Rusia dari Oktober 1740 sampai Desember 1741. Ivan masih lahir berusia dua
bulan saat dinobatkan sebagai kaisar, sehingga ibunya ditunjuk sebagai wali
kaisar yang memerintah negara atas namanya. Namun sang kaisar muda kemudian
digulingkan oleh Yelizaveta, putri Pyotr I, pada tahun 1741. Ivan menghabiskan
sisa hidupnya sebagai penahanan dan pembunuhan oleh penjaga saat ada upaya
untuk membebaskan dirinya.
- Latar
Belakang
Ivan Antonovich lahir di Sankt Peterburg pada
23 Agustus 1740 di penghujung masa kekuasaan Anna, Maharani Rusia yang berkuasa
dari tahun 1730 - 1740. Ayahnya adalah Anton Ulrich dari keluarga
Brunswick-Lüneburg, sebuah cabang keluarga dari Wangsa Welfen (Guelf), sebuah
keluarga bangsawan yang menurunkan banyak penguasa Eropa. Ibunya adalah Anna
Leopoldovna. Dari jalur ayah, Anna adalah anggota keluarga Mecklenburg. Meski
begitu, Anna Leopoldovna sendiri memiliki darah Wangsa Romanov karena ibunya
adalah Yekaterina Ivanovna, putri Tsar Ivan V dan kakak perempuan Maharani
Anna.
- Kaisar
Rusia
Demi menjaga agar takhta Rusia selalu dikuasai keturunan Ivan V,
Maharani Anna mengadopsi Ivan yang merupakan cucu kakaknya itu saat berusia
delapan pekan dan menyatakan bahwa dia adalah pewarisnya pada tanggal 5 Oktober
1740. Maharani Anna juga menobatkan kekasihnya, Ernst Johann von Biron, sebagai
wali bagi Ivan bila dia naik takhta. Keinginan agar kekasihnya tetap memegang
kekuasaan di istana yang mendorong Maharani Anna lebih memilih Ivan yang masih
bayi sebagai penerusnya daripada memilih Anna Leopoldovna yang lebih dekat
dengan Wangsa Romanov secara silsilah.
Maharani Anna Ivanovna mangkat pada 28 Oktober 1740 dan Ivan
ditetapkan sebagai Kaisar Rusia yang baru. Namun orang tua Ivan dan kebanyakan
bangsawan tidak menerima bila Biron yang bertindak sebagai wali dari kaisar
muda, karena dia telah membuat banyak musuh selama kekuasaan Maharani Anna.
Biron ditangkap di tempat tidurnya dan kemudian dibuang di Siberia. Ibu Ivan,
Anna Leopoldovna, ditetapkan sebagai wali kaisar, meski sebenarnya Andrei
Osterman, menteri luar negeri Rusia, yang memegang kendali pemerintahan.
- Penggulingan
Masa Ivan menjadi kaisar hanya berlangsung
sampai akhir tahun 1741 karena kudeta yang dilancarkan Yelizaveta, putri dari
Kaisar Pyotr I. Pyotr sendiri adalah adik dari Tsar Ivan V. Ivan digulingkan
dan ditahan di Benteng Dünamünde. Pada Juni 1744, Ivan dikirim ke Kholmogory di
Laut Putih, terpisah dari keluarganya. Dia ditahan selama dua belas tahun dan
kemudian dipindahkan secara rahasia di Shlisselburg. Para penjaga sendiri
bahkan tidak diberitahu mengenai jati diri Ivan yang sebenarnya. Pada masa
pemerintahan Yelizaveta, semua berkas, koin, dan segala pengumuman yang
menyebutkan nama Ivan dimusnahkan. Keadaan Ivan cukup membaik saat masa
kekuasaan Kaisar Pyotr III yang bersimpati dengannya.
- Kematian
Kondisi Ivan kembali memburuk saat Pyotr
digulingkan dari naik dan Yekaterina II naik naik sebagai maharani. Perintah
baru diberikan kepada penjaga untuk memborgol bahkan mencambuknya. Dalam
keadaan apapun, dia tidak diperkenankan untuk dikirim kepada siapapun juga
tanpa persetujuan tertulis dari Yekaterina. Dalam keadaan seperti ini, Ivan
mengalami gangguan mental, meski tidak sepenuhnya gila. Meski begitu, Ivan
mengetahui asal-usulnya dan menyebut dirinya sendiri sebagai Gosudar
(penguasa). Perintah diberikan agar dia tidak mendapat pendidikan.
Namun Vasily Mirovich, letnan dari Resimen
Smolensk mengetahui jati diri Ivan dan berusaha membebaskannya, untuk kemudian
diangkat menjadi kaisar. Namun saat serangan di benteng dilakukan untuk
membebaskan Ivan, salah satu penjaga bermarga Chekin segera membunuh Ivan
sesuai dengan perintah rahasia yang telah diberikan kepada para penjaga.
Mirovich kemudian ditahan dan dihukum mati segera setelahnya. Kematian Ivan
mengamankan kedudukan Yekaterina di kematian. Saudara-saudara Ivan yang lahir
pada masa tahanan dibebaskan atas permintaan bibi Ivan dari pihak ayah, Juliane
Marie, Permaisuri Denmark, pada 30 Juni 1780. Mereka kemudian hidup dalam
perlindungan Juliane dan mendapat dukungan keuangan dari Yekaterina.
·
Yelizaveta
Yelizaveta |
Maharani Yelizaveta
|
Maharani dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa : 6 Desember 1741 – 5 Januari 1762 (20 tahun, 30 hari) Penobatan : 6 Maret 1742 Pendahulu : Ivan VI Penerus : Pyotr III |
Kelahiran : 29 Desember 1709, Kolomenskoye, Moskwa Kematian : 5 Januari 1762 (umur 52), Sankt Peterburg Pemakaman : 3 Februari 1762, Katedral Pyotr dan Pavel Wangsa : Romanov Nama
lengkap : Yelizaveta Petrovna Romanova Ayah : Pyotr I, Kaisar Rusia Ibu : Yekaterina I, Maharani Rusia Pasangan : Aleksey Razumovsky Agama : Ortodoks Timur |
Yelizaveta (Yelisavet) Petrovna (bahasa Rusia:
Елизаве́та (Елисаве́та) Петро́вна, bahasa Inggris: Elizabeth) (29 Desember 1709
– 5 Januari 1762) adalah Maharani (kaisar wanita) Rusia yang memerintah pada
tahun 1741 sampai 1762. Di masanya, Yelizaveta membawa Rusia ke dalam dua
tantangan besar di Eropa saat itu: Perang Pewaris Austria (1740 – 1748) dan
Perang Tujuh Tahun (1756 – 1763). Yelizaveta adalah penguasa Rusia terakhir
yang merupakan anggota Wangsa Romanov dari jalur ayah.
Politik dalam negerinya mengizinkan para
bangsawan untuk mendominasi pemerintahan lokal dengan memperpendek masa
pelayanan mereka untuk negara. Ia mendorong sikap Universitas Moskwa oleh
Mikhail Lomonosov dan kapabilitas Akademi Seni kekaisaran oleh Ivan Shuvalov di
Sankt Peterburg. Ia juga menghabiskan banyak uang untuk proyek agung barok dari
arsitek favoritnya, Bartolomeo Rastrelli, terutama di Istana Peterhof dan
Tsarskoye Selo. Istana Musim Dingin dan Katedral Smolny merupakan peninggalan
utama dari masa pemerintahannya di Sankt Petersburg. Ia merupakan salah satu
penguasa Rusia yang paling dicintai rakyatnya karena perlawanannya yang kuat
terhadap kebijakan Prusia dan keputusannya untuk tidak menghukum mati seorangpun
pada masa kekuasaannya.
- Latar
Belakang
Yelizaveta lahir di Kolomenskoye, dekat Moskwa,
pada 29 Desember 1709 (kalender Julius: 18 Desember). Ayahnya adalah Pyotr,
Tsar Rusia terakhir dan Kaisar Rusia pertama. Ibunya adalah Yekaterina, seorang
pelayan yang menjadi istri kedua Pyotr, dan kemudian naik tahta sebagai
maharani sepeninggal suaminya.
Dari dua belas anak Pyotr dan Yekaterina, hanya
dua orang putri yang hidup sampai usia dewasa, yakni Anna (lahir 1708) dan
Yelizaveta sendiri. Mereka memiliki kakak laki-laki yang lahir dari istri
pertama ayah mereka, Putra Mahkota Aleksei.
Sejak belia, Yelizaveta sudah menjadi
kesayangan ayahnya. Dia mirip dengan ayahnya, baik dari pertarungan maupun
temperamennya. Meski sangat mengembalikan bayinya, Pyotr tidak memberi
perhatian pada pendidikannya. Dia sudah memiliki putra dan cucu laki-laki dari
istri pertamanya yang seorang bangsawan, dan tidak pernah memikirkan
kemungkinan anak laki-laki naik tahta, karena memang belum pernah ada perempuan
yang menjadi penguasa Rusia saat itu.
- Pernikahan
Terdapat kesulitan saat Pyotr berusaha
menjodohkan putri-putrinya yang merupakan anak dari Yekaterina. Hal ini karena
kedudukan ibunya yang sebelumnya hanya sebatas pelayan di istana. Saat Pyotr
berusaha menjodohkannya dengan pangeran Prancis, pihak Prancis menyatakan bahwa
asal muasal ibunya terlihat terlalu kabur dan tidak bisa diterima.
Pada tahun 1724, Pyotr menjodohkan kedua
putrinya dengan sepupu mereka. Anna ditunangkan dengan Karl Friedrich, Adipati
Holstein-Gottorp, yang saat itu tinggal di Rusia menjadi tamu Pyotr setelah
gagal membantu paman dari ibunya menjadi Raja Swedia. Yelizaveta sendiri
ditunangkan dengan sepupu Karl Friedrich, Karl August.[5] Pernikahan Anna
digelar pada tahun 1725 sesuai rencana, meski Pyotr mangkat terlebih dahulu
sebelum upacara pernikahan berlangsung. Dalam kasus Yelizaveta, tunangannya
meninggal pada 31 Mei 1727 dan ibunya yang naik tahta sepeninggal Pyotr mangkat
dua pekan sebelum meninggalnya Karl August. Dengan meninggalnya tunangan dan
kedua orangtuanya, juga naiknya keponakan tirinya menjadi Kaisar Rusia dengan
nama Pyotr II, menjadikan nilai jualnya dalam pernikahan jatuh. Keadaan ini
tidak berubah saat sepupunya, Anna, naik naik menjadi maharani. Tidak ada
bangsawan atau pangeran asing yang melamarnya. Yelizaveta juga tidak bisa
menikah dengan orang biasa karena selain mempertaruhkan kedudukan dan gelar
istananya, tetapi juga haknya atas keturunan
- Naik
Tahta
Ivan VI naik tahta setelah bibinya, Maharani
Anna, diangkat pada tahun 1740. Namun dia baru dua bulan saat naik tahta,
sehingga ibunya bertindak sebagai wali. Masa ini dikenal dengan pajak yang
tinggi dan berbagai permasalahan ekonomi. Sebagai putri dari Pyotr yang Agung,
Yelizaveta mendapat dukungan dari resimen pasukan penjaga. Yelizaveta kerap
mengunjungi resimen penjaga, mengadakan beberapa acara khusus untuk para
pejabat, dan bertindak sebagai ibu baptis bagi anak-anak mereka.
Para penjaga membalas kebaikannya ketika pada
malam 25 November 1741, Yelizaveta mengambil alih kekuasaan dengan bantuan dari
Resimen Preobrazhensky. Dia kaisar menahan muda bersama orangtuanya dan
berhasil melakukan kudeta tanpa pertumpahan darah. Yelizaveta bersumpah bahwa
setelah naik darah, dia tidak akan setuju dengan persetujuan hukuman mati, sebuah
janji luar biasa yang dia pegang sampai mati.
- Kebijakan
Di usianya yang ketiga puluh tiga, dengan
pengalaman politik yang relatif sedikit, Yelizaveta mendapati dirinya sebagai
pemimpin dari kekaisaran besar yang berada di salah satu masa paling genting.
Rusia berada dalam pengaruh kuat penasihat Jerman dan pada masa Yelizaveta,
banyak yang dari mereka kemudian diasingkan.
Yelizaveta menghapus dewan kabinet yang
digunakan pada masa pemerintahan Anna dan membentuk ulang senat sebagaimana
pada masa Pyotr yang Agung dengan pimpinan dari tiap departemen (tidak ada
orang Jerman di dalamnya) hadir. Urusan pertama yang dia selesaikan adalah
menangani masalah perang dengan Swedia. Perjanjian Abo ditandatangani tanggal 7
Agustus 1743. Swedia menyerahkan Finlandia selatan sebelah timur sungai Kymmene
ke Rusia yang menjadi batas bagi kedua negara. Perjanjian ini juga memberikan
Rusia Benteng Villmanstrand dan Fredrikshamn.
Kejadian besar berikutnya yang terjadi pada
masa pemerintahan Yelizaveta adalah Perang Tujuh Tahun. Dia menyepakati
Perjanjian Versailles untuk melakukan persekutuan dengan Prancis dan Austria
untuk melawan Prusia. Dia ingin mendesak tapal batas Prusia sehingga negara itu
tidak lagi dapat membahayakan kekaisaran Rusia.
Dikarenakan kemungkinan akan terjadinya
pemberontakan dari pendukung mantan kaisar sebelumnya, Ivan, Yelizaveta
memusnahkan semua kertas, koin, dan berkas yang memuat tentang Ivan.
- Pemilihan
Pewaris
Sebagai seorang maharani yang tidak memiliki anak, sangat penting bagi Yelizaveta untuk memilih pewaris. Untuk itu dia memilih putra dari kakak kandung perempuannya, Pyotr, untuk menjadi pewaris. Pyotr yang yatim piatu diundangkan di Sankt Peterburg dan diterima sebagai anggota Gereja Ortodoks dan ditetapkan sebagai putra mahkota pada 7 November 1742. Pyotr kemudian dinikahkan dengan Sophie yang kemudian diberi nama baru Yekaterina setelah menjadi bagian dari Gereja Ortodoks. Pernikahan mereka dilangsungkan pada 21 Agustus 1745. Sembilan tahun setelahnya, Yekaterina melahirkan seorang anak laki-laki bernama Pavel. Namun ada kebaikan bahwa ayah Pavel bukanlah Pyotr, melainkan salah satu kekasih Yekaterina bernama Serge Saltykov.
Yekaterina mengambil alih pengasuhan Pavel dan
dia sendiri bertindak sebagai ibunya, dan bukan Yekaterina. Yekaterina tidak
dapat melihat anak-anaknya pada bulan berikutnya sampai pertemuan singkat
mereka saat upacara gereja. Yelizaveta memperbolehkan Yekaterina untuk melihat
anak-anaknya lagi enam bulan kemudian. Pavel muda tidak lagi dipandang hanya
sebatas milik kedua orangtuanya, tetapi juga milik negara, yang kemudian
diambil dan dirawat Yelizaveta sebagaimana keyakinannya bahwa dia adalah
pewaris warisan yang sejati dan cicit dari ayahnya, Pyotr yang Agung.
- Istana
Rusia
Dibandingkan dengan negara-negara Eropa
lainnya, Istana Rusia termasuk yang paling megah. Yelizaveta sendiri dikabarkan
meiliki 15.000 pakaian dan ribuan pasang sepatu. Dia tidak pernah memakai
sebuah pakaian lebih dari sekali dan dapat berganti pakaian mulai dua sampai
enam kali sehari. Aturan ini juga ditetapkan kepada orang-orang di istana dan
pejabatnya juga. Untuk memastikan agar mereka tidak memakai pakaian yang sama
untuk beberapa kali acara pesta dansa dan pertemuan resmi, sang maharani
memerintahkan para penjaga untuk memberi pakaian mereka tinta khusus. Kemegahan
Yelizaveta juga ditampilkan dalam makanan yang dihidangkan. Meski begitu, gaya
hidup sang maharani yang membawa manfaat besar bagi infrastruktur negara.
Jalan-jalan dimodernisasi agar dapat mengangkut barang-barang yang dikehendaki
Yelizaveta dengan lancar.
Sebagai wanita muda, Yelizaveta dikenal sangat
menarik dan dia menginginkan selalu menjadi pribadi yang tampil paling menarik.
Untuk memastikan hal tersebut, sebuah maklumat dibuat untuk melarang siapa pun untuk
memiliki gaya rambut, memakai pakaian dan aksesori yang dipakai sang maharani.
Seorang wanita, Natalya Lopukhina, secara tidak sengaja mengenakan barang yang
sama dengan yang dikenakan Yelizaveta dan dia mendapat cambukan di wajah atas
pelanggarannya.
Yelizaveta juga disebutkan telah mengubah
istananya menjadi pusat permusikan negara. Yelizaveta mengundang banyak sekali
musisi dari Jerman, Italia, dan Prancis. Sang maharani juga memerintahkan
berbagai pembangunan atas kecintaannya terhadap arsitektur. Biara Smolny,
dibangun ketika Yelizaveta dianggap akan menjadi biarawati, merupakan satu dari
banyak bangunan keagamaan yang dibangun atas perintahnya menggunakan dana
negara. Seperti penuturan Robert Nisbet Bain tentang Yelizaveta, "tidak
ada penguasa Rusia lain yang membangun begitu banyak gereja."
- Kehidupan
Pribadi
Dikarenakan sulitnya untuk menjalin ikatan
pernikahan setelah kedua orangtuanya meninggal dan sebelum menjadi maharani,
Yelizaveta kemudian mengambil kekasih bernama Aleksis Shubin, seorang sersan
tampan dari pasukan penjaga kekaisaran kekaisaran. Saat Maharani Anna yang saat
itu masih berkuasa mengetahui hubungan mereka, dia memerintahkan agar lidah
Shubin dipotong dan dia diasingkan ke Siberia. Yelizaveta menghibur dirinya
dengan menjalin hubungan dengan seorang kusir tampan yang dia jadikan
pelayannya untuk menikmati seksualnya. Pada akhirnya dia menjalin hubungan
jangka panjang dengan Aleksis Razumovsky, seorang pemuda tampan yang merupakan
rakyat jelata Ukraina yang memiliki suara bass yang bagus. Razumovsky dibawa ke
Sankt Peterburg dari desanya oleh tuannya yang seorang bangsawan untuk menjadi
penyanyi gereja dan Yelizaveta membeli dari tuannya untuk paduan suara
pribadinya. Razumovsky sendiri adalah seorang lelaki yang membisikkan sederhana
yang tidak pernah berambisi untuk masalah pemerintahan dan dia terus bersama
Yelizaveta sejak hari-harinya yang penuh pembebasan sampai naik menjadi
maharani. Timbal baliknya, Yelizaveta juga setia kepadanya dan percaya bahwa
mereka telah menjalin ikatan pernikahan secara rahasia. Razumovsky sendiri
kemudian dikenal sebagai "Kaisar Malam".
Tidak hanya status pernikahannya dengan
Razumovsky, tetapi keberadaan anak-anak mereka juga menjadi pertanyaan. Ada
yang menyatakan bahwa mereka memiliki dua putri. Pertama adalah Augusta
Tarakanova yang kemudian menjadi biarawati dengan nama Dosifeya dan meninggal
pada tahun 1810. Anak kedua bernama Yelizaveta Tarakanova yang ditahan di
Benteng Pyotr dan Pavel dan meninggal di sana karena tuberkulosis.
- Mangkat
Yelizaveta meninggal pada tanggal 5 Januari
1762 dan dimakamkan di Katedral Pyotr dan Pavel pada 6 Februari 1762.
Yelizaveta adalah penguasa Rusia terakhir yang merupakan anggota Wangsa Romanov
dari jalur ayah. Meski begitu, Pyotr dan penerusnya tetap menggunakan nama
'Romanov' atas keterkaitannya dengan Wangsa Romanov melalui ibunda Pyotr III,
Anna, yang sekaligus kakak Yelizaveta, meski secara garis ayah harusnya nama
keluarga mereka adalah Holstein-Gottorp. Atau dalam beberapa kesempatan, wangsa
mereka kerap disebut "Holstein-Gottorp-Romanov."
·
Pyotr III
Pyotr III Пётр III |
Kaisar Pyotr III, 1762 |
Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa
: 5 Januari 1762 – 9 Juli 1762 (185 hari) Pendahulu
: Yelizaveta Penerus
: Yekaterina II |
Kelahiran
: 21 Februari 1728, Kiel Kematian
: 17 Juli 1762 (umur 34), Ropsha, Rusia Pemakaman
: Katedral Pyotr dan Pavel Wangsa :
Holstein-Gottorp (jalur ayah), Romanov (resmi) Nama
lengkap : Karl Peter Ulrich (nama lahir) & Pyotr Fyodorovich (nama Rusia) Ayah : Karl
Friedrich, Adipati Holstein-Gottorp Ibu : Anna
Petrovna Pasangan
: Yekaterina II, Maharani Rusia Anak : Pavel
I, Kaisar Rusia Agama :
Ortodoks Timur |
Pyotr III (bahasa Rusia: Пётр III Фëдорович,
Pyotr III Fyodorovich, bahasa Inggris: Peter III; 21 Februari 1728 – 17 Juli
1762) adalah Kaisar Rusia pada tahun 1762. Kebijakannya yang sangat pro-Prusia
membuat Pyotr menjadi pemimpin yang tidak disukai oleh para bangsawan. Masa
kekuasaan Pyotr yang hanya berlangsung selama enam bulan berakhir dengan
penggulingannya yang dipimpin oleh istrinya sendiri, Yekaterina, yang naik
tahta sepeninggalnya.
- Latar
Belakang
Pyotr lahir di Kiel, Kadipaten
Holstein-Gottorp, pada 1728 dengan nama Karl Peter Ulrich. Ayahnya adalah Karl
Friedrich, Adipati Holstein-Gottorp. Ibunya adalah Anna Petrovna, putri Kaisar
Pyotr I dan Maharani Yekaterina I. Anna meninggal saat Pyotr berusia tiga
bulan. Tahun 1739, Karl Friedrich juga meninggal, menjadikan Pyotr diangkat
sebagai Adipati Holstein-Gottorp yang baru pada usia sebelas tahun.
Saat adik Anna Petrovna, Yelizaveta, menjadi
Maharani Rusia, dia membawa Karl Peter ke Rusia dan dinobatkan sebagai putra
mahkota pada musim gugur 1742. Sebelumnya, Karl Peter didaulat sebagai Raja
Finlandia pada Perang Russo-Swedia (1741-1743) sedang berlangsung saat pasukan
Rusia memasuki wilayah Finlandia. Pada Oktober 1742, Karl Peter juga dinyatakan
oleh Parlemen Swedia sebagai pewaris takhta Swedia, tanpa menyadari bahwa Peter
sudah dinobatkan sebagai putra mahkota Rusia. Saat utusan Swedia tiba di
Sankt-Peterburg pada bulan November, semuanya sudah terlambat. Swedia menarik
kembali pernyataan mereka dan Peter sendiri berpindah agama menjadi Ortodoks
Rusia dan mengambil nama baru, Pyotr Fyodorovich.
Maharani Yelizaveta kemudian menjodohkan Pyotr
dengan Sophie Friederike. Sophie kemudian masuk Ortodoks dan berganti nama
menjadi Yekaterina Alekseyevna. Mereka menikah pada 21 Agustus 1745. Pernikahan
mereka sendiri bukanlah pernikahan yang bahagia. Pyotr menjalin hubungan asmara
dengan Yelizaveta Vorontsova dan Yekaterina sendiri juga menjalin asmara dengan
beberapa pria. Mereka dikaruniai dua orang anak, Pavel Petrovich (lahir 1
Oktober 1754) dan Anna Petrovna (lahir 20 Desember 1757). Meski begitu,
Yekaterina menyatakan bahwa Pavel bukanlah anaknya dengan Pyotr, tetapi dengan
salah satu kekasihnya.
- Masa
Kekuasaan
Maharani Yelizaveta mangkat pada 5 Januari 1762
(K.J. 25 Desember 1761) dan Pyotr naik tahta sebagai Kaisar Rusia yang baru.
Sangat berbeda dengan bibinya, Pyotr sangat mendukung kebijakan pro-Prusia. Dia
langsung menarik pasukan Rusia dari Perang Tujuh Tahun dan membuat perdamaian
dengan Prusia pada 5 Mei (K.J. 24 April) 1762. Setelah menjadikan Prusia
sebagai sekutu, pasukan Rusia yang telah ditarik dari Berlin segera dikerahkan
untuk menyerang Austria. Friedrich II, Raja Prusia menduduki Silesia pada
Oktober 1762 dan memaksa Austria untuk duduk di meja diselesaikan.
Monogram istana
Sebagai Adipati Holstein-Gottorp, Pyotr
berencana menyatakan perang dengan Denmark untuk Schleswig sebagai bagian dari
wilayah kadipatennya. Dia membuat kesepakatan damai dengan Swedia dan Inggris
Raya untuk memastikan agar kedua negara tersebut tidak berdiri di pihak
Denmark. Khawatir dengan keberadaan pasukan Rusia di wilayah perbatasan mereka
dan kekurangan dana untuk perang, pemerintah Denmark mengancam untuk menduduki
Hamburg di Jerman Utara. Pyotr menganggap upaya Denmark sebagai casus belli dan
bersiap melakukan peperangan terbuka dengan Denmark.
- Kebijakan
Dalam Negeri
Pada setengah tahun masa kekuasaannya, Pyotr
menerbitkan 220 hukum baru yang telah dikembangkannya sejak masih menjadi putra
mahkota. Elena Palmer menyatakan bahwa reformasi yang dikembangkan Pyotr
bersifat demokratis. Dia juga menyatakan kebebasan beragama, suatu hal yang
bahkan belum ada di Eropa Barat. Dia juga berusaha memberantas korupsi di
pemerintahan, membentuk pengadilan terbuka, dan membubarkan lembaga rahasia
polisi Lebih jauh, Pyotr juga membuka sekolah teknik untuk anak-anak dari
kalangan masyarakat menengah dan bawah. Pyotr juga melakukan pembaharuan di
angkatan bersenjata Rusia. Di masa Pyotr pulalah pertama kali penjatuhan
hukuman bagi tuan tanah yang membunuh budaknya.
- Penggulingan
Berbagai perubahan yang dilakukan Pyotr
menjadikannya tidak populer di kalangan bangsawan Rusia. Kebijakannya untuk
menjadikan Prusia sebagai sekutu dipandang sebagai bentuk pengkhianatan
terhadap negara. Pembaharuan yang dia lakukan dipandang sebagai bentuk
pengucilan Gereja Ortodoks dan para bangsawan. Hal ini membuat para
penentangnya merapat ke sisi istrinya, Permaisuri Yekaterina. Hubungan pribadi
atara Yekaterina dan Pyotr sendiri terbilang buruk dan sang permaisuri sendiri
percaya bahwa dirinya akan diceraikan suaminya.
Pada Juli 1762, Pyotr berlibur bersama beberapa
pejabat di Oranienbaum dan meninggalkan Yekaterina di Sankt-Peterburg. Pada
malam 8 Juli, Yekaterina mendapat kabar bahwa salah satu konspiratornya ditahan
oleh Pyotr. Yekaterina segera meninggalkan istana menuju Resimen Izmaylovski
dan meminta para prajurit untuk melindunginya dari suaminya. Yekaterina
kemudian bergerak bersama resimen menuju Barak Semenovsky dan pendeta menunggu
di sana, bersiaplah untuk menahbiskan Yekaterina sebagai penguasa yang baru.
Yekaterina menahan Pyotr dan memaksa suaminya untuk menahan surat kesediaan
untuk turun tahta. 17 Juli 1762, delapan hari setelah kudeta, Pyotr ditemukan
tewas di Ropsha oleh Alexei Orlov. Para pelaku sejarah tidak menemukan
keterlibatan langsung Yekaterina dalam masalah ini. Setelah Kaisar Pyotr III
digulingkan, Permaisuri Yekaterina naik tahta sebagai maharani.
- Watak
Pandangan
lama tentang sifat dan watak Pyotr utamanya diambil dari memoar istri dan
penerusnya. Yekaterina sendiri menyebutnya sebagai "bodoh",
"pemabuk dari Holstein", dan semacamnya. Meski begitu, ada beberapa
upaya untuk mengimbangi pendapat-pendapat lama tersebut. Sejarawan Jerman Elena
Palmer menyatakan bahwa Pyotr III adalah kaisar yang berbudaya dan berpikiran
terbuka yang mencoba mengenalkan berbagai perubahan berani dan bahkan
demokratis di Rusia pada abad kedelapan belas.
·
Yekaterina II
Yekaterina yang Agung Екатерина Великая |
Velikaya (yang Agung) |
Maharani dan Autokrat seluruh Rusia |
Permaisuri Kaisar Rusia |
Periode
5 Januari 1762 – 9 Juli 1762 |
Nama
Lengkap : Sophie Friederike Auguste von Anhalt-Zerbst-Domburg Kelahiran
: 2 Mei 1729, Stettin, Pomerania, Prusia Kematian
: 17 November 1796 (umur 67), Istana Musim Dingin, Sankt-Peterburg Pemakaman
Katedral Pyotr dan Pavel, Sankt-Peterburg Wangsa :
Askania (lahir) Ayah
Christian : August, Pangeran Anhalt-Zerbst Ibu : Johanna-Elisabeth
dari Holstein-Gottorp Pasangan
: Pyotr III, Kaisar Rusia Anak : Pavel
I, Kaisar Rusia, Anna Petrovna, Aleksei, Yelizaveta Agama :
Ortodoks Rusia, |
Yekaterina II (bahasa Rusia: Екатерина II,
bahasa Inggris: Catherine II; 2 Mei [K.J.: 21 April] 1729 – 17 November [K.J.:
6 November] 1796), juga dikenal dengan Yekaterina yang Agung (bahasa Rusia:
Екатерина Великая, Yekaterina Velikaya, bahasa Inggris: Catherine the Great)
adalah seorang Maharani (kaisar wanita) Rusia yang memerintah selama 34 tahun,
yakni dari tahun 1762 sampai mangkatnya karena stroke pada tahun 1796. Sebelum
duduk di takhta, dia adalah seorang permaisuri sebagai istri dari Kaisar Pyotr
III .
Masa pemerintahan Yekaterina dikenal sebagai
masa keemasan kekaisaran dan bangsawan Rusia. Dia membangun banyak kota dan
melanjutkan memodernisasi Rusia sejalan dengan Eropa Barat. Pada masa
kekuasaannya pula, wilayah Rusia meluas berkali-kali lipat karena penaklukan
dan diplomasi. Kekhanan Krimea berhasil ditaklukan disusul dengan kemenangan
Rusia dalam peperangan melawan kekaisaran Utsmaniyah. Di barat, Yekaterina
menjadikan Persemakmuran Polandia-Lituania sebagai negara satelit Rusia dan
mengangkat kekasihnya, Stanisław August Poniatowski, sebagai raja di negara
tersebut. Di timur, Rusia juga menduduki Alaska.
-
Masa Kecil
Yekaterina lahir di Szczecin, Pommern, Kerajaan
Prusia dengan nama Sophie Friederike Auguste von Anhalt-Zerbst-Domburg. Ayahnya
adalah Christian August, pangeran Jerman dari wangsa Askania yang memerintah
Kepangeranan Anhalt-Dornburg dari tahun 1742 sampai 1747. Ibunya adalah Johanna
Elisabeth dari wangsa Holstein-Gottorp. Keluarganya adalah bangsawan papa, dan
masa kecilnya Sophie harus bergantung pada hubungan dan keluarga jauh dari sang
ibu untuk pendidikan serta masa depannya.
-
Pernikahan
Pilihan untuk menjadikan Sophie sebagai istri
dari Pyotr merupakan hasil dari hubungan perubahan antara Jean Armand
(petualang Prancis yang memiliki pengaruh besar pada politik luar negeri Rusia
pada saat itu), Maharani Yelizaveta (bibi Pyotr dan penguasa Rusia), dan Raja
Friedrich II (penguasa Prusia ). Sophie dan Pyotr pertama kali bertemu saat
berusia sepuluh tahun. Dalam catatannya, dia tidak menyukai Pyotr yang sudah
kecanduan alkohol sejak masih muda. Pyotr juga masih memainkan mainan
tentara-tantaraan. Sophie kemudian menuliskan bahwa dia tinggal di satu kastil,
sementara Pyotr tinggal di kastel yang lain.
Rencana ini sempat gagal karena ibu Sophie,
Johanna, ikut campur dalam urusan ini. Dalam catatan sejarah, Johanna
digambarkan sebagai wanita yang dingin dan suka bergunjing, juga haus akan
perluasan karena peluang putrinya untuk menjadi Permaisuri Rusia. Hal ini
membuat Yelizaveta tidak senang dan kemudian melarang Johanna untuk masuk ke
Rusia karena dilarang sebagai mata-mata Friedrich II. Meski begitu, Yelizaveta
sudah memiliki ketertarikan sendiri dengan Sophie yang datang ke Rusia tahun
1744 atas usahanya yang tidak hanya berusaha mengambil hati sang maharani,
tetapi juga orang-orang Rusia. Sophie sendiri berusaha belajar bahasa Rusia
dengan penuh semangat.
Meski menjadi ayah Sophie yang seorang Kristen
Lutheran yang taat pada anaknya membela agama, Gereja Ortodok Rusia menerima
Sophie sebagai anggota baru mereka pada 28 Juni 1744 dan memberinya nama baru,
Yekaterina, dan nama patronimik buatan, Alekseyevna, yang berarti putri
Aleksey. Pertunangan mereka berdua diadakan keesokan harinya. Pernikahan secara
resmi dilangsungkan pada 21 Agustus 1745 di Sankt-Peterburg saat Yekaterina
berusia 16 tahun. Ayahnya tidak hadir dalam pernikahannya.
Hubungan Pyotr dan Yekaterina tidak berjalan
dengan harmonis. Pyotr memiliki kekasih bernama Elizaveta Vorontsova yang menurut
kabar hendak dijadikan istri setelah Yekaterina akan diceraikan. Yekaterina
sendiri juga memiliki beberapa kekasih, yaitu Serge Saltykov, Grigory
Grigoryevich Orlov (1734–1783), Aleksandr Vasilchikov, Grigory Potemkin,
Stanisław August Poniatowski, dan lainnya. Yekaterina juga berteman dekat
dengan Putri Yekaterina Vorontsova, saudari Elizaveta Vorontsova, yang kemudian
mengenalkan Yekaterina kepada para politikus dan pejabat yang melawan suami.
-
Naik Tahta
Setelah mangkatnya Maharani Yelizaveta pada 5 Januari
1762 (kalender lama: 25 Januari 1761), Pyotr dinobatkan sebagai Kaisar Rusia
dengan nama kerajaan Pyotr III dan Yekaterina menjadi Permaisuri Rusia. Mereka
kemudian pindah ke Istana Musim Dingin yang baru di Sankt-Peterburg. Kaisar
yang baru segera menarik pasukan Rusia dari Perang Tujuh Tahun dan mengatur
perjanjian damai dengan Prusia pada 5 Mei 1762, menjadikan Rusia yang semula
menjadi musuh Prusia berubah menjadi sekutu. Langkah ini dipandang sebagai
pengkhianatan kepada negara yang sudah mengorbankan banyak hal selama perang.
-
Masa Pemerintahan
Dalam
masa pemerintahannya, Pyotr juga melakukan berbagai pembaharuan, seperti
kebebasan beragama, penghapusan lembaga polisi rahasia, dan pelarangan tuan
tanah untuk membunuh hamba sahayanya. Pembaharuan yang dia lakukan dipandang
sebagai bentuk pengucilan Gereja Ortodoks dan para bangsawan. Kepribadian dan
kebijakannya yang sulit ditebak membuat pihak penentangnya meminta bantuan
Yekaterina untuk melancarkan perlawanan. Yekaterina sendiri percaya bahwa Pyotr
sendiri akan menceraikannya.
-
Pemberontakan
Pada Juli 1762, Pyotr berlibur bersama beberapa
pejabat di Oranienbaum dan meninggalkan Yekaterina di Sankt-Peterburg. Pada
malam 8 Juli, Yekaterina mendapat kabar bahwa salah satu konspiratornya ditahan
oleh Pyotr. Yekaterina segera meninggalkan istana menuju Resimen Izmaylovski
dan meminta para prajurit untuk melindunginya dari suaminya. Yekaterina
kemudian bergerak bersama resimen menuju Barak Semenovsky dan pendeta menunggu
di sana, bersiaplah untuk menahbiskan Yekaterina sebagai penguasa yang baru.
Yekaterina menahan Pyotr dan memaksa suaminya untuk menahan surat kesediaan
untuk turun tahta. 17 Juli 1762, delapan hari setelah kudeta, Pyotr ditemukan
tewas di Ropsha oleh Aleksei Orlov. Para pelaku sejarah tidak menemukan
keterlibatan langsung Yekaterina dalam masalah ini.
Atas dukungan kekasihnya, Gregori Orlov,
Yekaterina mengumpulkan pasukan untuk mendukungnya dan menyatakan dirinya
sebagai Yekaterina II, penguasa Rusia yang baru, dan menetapkan putra
sulungnya, Pavel, sebagai pewaris, meskipun Yekaterina sama sekali bukan
keturunan dari penguasa Rusia sebelumnya dari wangsa Romanov. Yekaterina
dinobatkan secara resmi sebagai maharani (kaisar wanita) pada pemahkotaannya di
Katedral Dormisi, Moskwa. Dia adalah maharani kedua yang naik tahta
menggantikan suaminya. Maharani pertama yang melakukannya adalah Yekaterina I.
-
Politik Luar Negeri
Pada masa kekuasaannya, Yekaterina memperluas
tapal batas Rusia di selatan dan barat dengan menguasai Novorossiya (Rusia
baru), Krimea, Kaukasus Utara, tepi kanan Ukraina, Belarusia, Lituania, dan
Kurzeme. Dia menambahkan wilayah seluas 520.000 km persegi ke dalam wilayah
Rusia.
Monogram istana
-
Ekonomi dan Keuangan
Yekaterina menjadikan Rusia sebagai kekuatan
dominan di Eropa tenggara setelah perang pertamanya dengan kekaisaran
Utsmaniyah pada tahun 1768-1764. Kemenangan ini membuat Rusia memiliki akses ke
Laut Hitam. Rusia juga kemudian menjadi penjaga Kristen Ortodoks di Utsmaniyah.
Rusia juga menduduki Kekhanan Krimea pada 1783 setelah negara itu melepaskan
diri dari Utsmaniyah sembilan tahun sebelumnya.
Yekaterina yang Agung
Yekaterina juga melancarkan peperangan dengan
Persia pada tahun 1796 saat mereka, di bawah kepemimpinan Mohammad Khan Qajar,
kembali menduduki Georgia pada tahun 1795. Tujuan utama pemerintah Rusia adalah
untuk menggulingkan syah (raja) yang sedang berkuasa dan menggantinya dengan
saudara tirinya, Morteza Qoli Khan, yang memiliki pandangan politik pro-Rusia.
Pada tahun 1746, Yekaterina menempatkan mantan
kekasihnya, Stanislawa August Poniatowski, ke Inggris. Tahun 1768, Yekaterina
secara resmi dinobatkan sebagai pelindung dari Persemakmuran Polandia-Lituania
yang mengakibatkan munculnya pemberontakan anti-Rusia. Setelah pemberontakan
berhasil dipadamkan, Yekaterina membentuk Rzeczpospolita yang merupakan sistem
pemerintahan yang sepenuhnya dikendalikan oleh kekaisaran Rusia.
-
Seni dan Pendidikan
Yekaterina dikenal akan pelindung seni, sastra,
dan pendidikan. Tahun 1764, dia mendirikan Institut Smolny yang merupakan
tempat pendidikan untuk putri bangsawan. Yekaterina percaya bahwa pendidikan
dapat mengubah hati dan pikiran masyarakat Rusia dan dapat bangkit dari
keterbelakangan. Ini berarti pengembangan individu, baik secara moral maupun
ilmu, dapat memberi mereka pengetahuan dan keterampilan, dan mendorong rasa
tanggung jawab bernegara.
-
Keagamaan
Yekaterina melakukan beberapa pendekatan
berbeda dengan Islam pada masa kekuasaannya. Umat Muslim ditekan untuk pindah
keyakinan menjadi Ortodoks, baik melalui bantuan keuangan maupun pemberian
keringanan untuk bantuan. Meski begitu, Komisi Legislatif tahun 1767 menawarkan
beberapa kursi kepada umat Muslim dan Menjanjikan untuk memberikan perlindungan
terhadap hak-hak beragama mereka. Masyarakat Ortodoks yang terancam dengan
perubahan ini membakar masjid-masjid sebagai bentuk perlawanan. Yekaterina
lebih memilih mengasimilasi umat Muslim daripada mengucilkan mereka. Setelah
maklumat mengenai toleransi terhadap semua kepercayaan tahun 1773 dikeluarkan,
umat muslim diperbolehkan membangun beberapa masjid dan melakukan ibadah haji
yang sebelumnya dilarang. Yekaterina juga menyetujui pemberian bantuan untuk
pembangunan masjid-masjid dan kota-kota baru untuk kaum Muslim. Dengan ini,
sang maharani berharap dapat mendorong masyarakat pengembara di kawasan selatan
untuk menetap. Dengan demikian, pemerintah Rusia dapat mengendalikan lebih
banyak orang, terlebih bagi mereka yang sebelumnya tidak termasuk dalam
yurisdiksi hukum Rusia.
Sedangkan bagi umat Yahudi, pemerintah
menganggap mereka sebagai kesatuan yang terpisah, yang memiliki sistem birokrat
dan hukum yang terpisah. Yekaterina membebankan umat Yahudi pajak dua kali
lebih besar daripada umat Kristen Ortodoks dan pajak tersebut akan dihilangkan
jika mereka berpindah keyakinan menjadi Ortodoks. Demi mengasimilasi Yahudi ke
dalam ekonomi Rusia, Yekaterina memasukkan hak dan undang-undang mereka ke
dalam Piagam Kota 1782. Banyak kaum Ortodks Rusia yang tidak menyukai
keterlibatan Yahudi, terutama karena masalah ekonomi, dan Yekaterina tetap
menjaga agar umat Yahudi agar tetap jauh dari beberapa bidang ekonomi tertentu.
Pada tahun 1785, Yekaterina menyatakan umat Yahudi sebagai warga asing yang
diberi perlakuan layaknya warga asing lainnya.
Pada masa kekuasaan Yekaterina, terjadi
pengambilalihan lahan gereja. Anggaran biara dan keuskupan diatur oleh
pemerintah. Dia menutup 569 dari 954 biara dan hanya 161 yang mendapat
tunjangan pemerintah. Saat umat agama lain mendapat kursi di legislatif, pemuka
agama Ortodoks tidak mendapat hak serupa. Pendidikan agama juga ditinjau ulang
dengan ketat. Yekaterina juga meniadakan semua agama dan pendidikan rohani dari
pendidikan umum.[28]
-
Kehidupan Pribadi
Semasa hidupnya, Yekaterina memiliki 22 kekasih
dan sering dari mereka diberikan kedudukan tinggi. Dia membawa kekasih yang
berusia muda, meski saat Yekaterina sudah berusia senja. perilaku seksualnya
ini memicu berbagai rumor dan beberapa menyebut Yekaterina dengan
"Messalina dari Newa". Messalina sendiri adalah nama permaisuri
Kaisar Romawi yang dikenal memiliki hubungan dengan beberapa lelaki.
- Anak
§ Pavel (1754 - 1801). Beberapa saat menjelang mangkatnya, Yekaterina berencana untuk mengeluarkan Pavel dari daftar pewaris. Karakter Pavel memunculkan rasa ketidakpercayaan politik Yekaterina terhadap putranya tersebut dan dia semi-menahan Pavel di Gatchina dan Pavlovks, dan tidak mengizinkan Pavel untuk berbagi kekuasaan dengannya. Meski begitu, Pavel kemudian naik takhta sepeninggal ibunya dan dinobatkan sebagai Pavel I.
§ Anna Petrovna (1757 -1759), kemungkinan anak Yekaterina dengan Stanisław Poniatowski.
§ Aleksei Grigorievich Bobrinsky (1762 - 1813), ayahnya adalah Grigory Grigoryevich Orlov.
§ Yelizaveta Grigoryevna Temkina (1775 - 1854)
·
Pavel I
Pavel I Па́вел I |
Kaisar Pavel I yang Agung |
Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa
: 17 November 1796 – 23 Maret 1801 (4 tahun, 126 hari) Penobatan
: 5 April 1797 Pendahulu
: Yekaterina II Penerus
: Aleksandr I |
Adipati Holstein-Gottorp |
Berkuasa
: 17 Juli 1762 – 1 Juli 1773 Pendahulu
: Karl Peter Ulrich Penerus
: Christian VII |
Kelahiran
: 1 Oktober [K.J.: 20 September] 1754, Sankt-Peterburg Kematian
: 23 Maret 1801 (umur 46), Katel Santo Michael Pemakaman
: Katedral Pyotr dan Pavel Wangsa :
Holstein-Gottorp (jalur ayah), Romanov (resmi) |
Nama
lengkap : Pavel Petrovich Romanov Ayah : Pyotr
III, Kaisar Rusia Ibu : Yekaterina
II, Maharani Rusia Pasangan
: Natalia Alekseevna & Maria Fyodorovna Anak : Aleksandr
I, Kaisar Rusia, Konstantin Pavlovich, Aleksandra Pavlovna, Elena Pavlovna, Maria
Pavlovna, Yekaterina, Permaisuri Raja Württemberg, Olga Pavlovna, Anna,
Permaisuri Raja Belanda, Nikolai I, Kaisar Rusia, Mikhail Pavlovich Agama :
Ortodoks Timur |
Pavel I (bahasa Rusia: Па́вел I Петро́вич,
Pavel Petrovich; bahasa Inggris: Paul I) (lahir 1 Oktober [K.J.: 20 September]
1754 – meninggal 23 Maret [K.J.: 11 Maret] 1801) adalah Kaisar Rusia yang
berkuasa dari tahun 1796 hingga 1801. Berbeda dengan pendahulunya, Pavel lebih
menyukai melakukan perjanjian damai dan menjaga keseimbangan kekuatan di Eropa,
daripada harus memperluas tapal batas negaranya. Dia juga mendukung autokrasi
dan sistem pemerintahan monarki saat gerakan kaum pendukung republik mulai
bangkit di Eropa. Pavel juga mendukung nilai-nilai kekesatriaan abad
pertengahan dan berusaha menerapkannya atas bangsawan Rusia yang dipandang
terlalu korup, membuatnya dipandang sebagai gangguan bagi para bangsawan yang
menghantarkan pada pembunuhannya pada tahun 1801.
-
Latar Belakang
Pavel Petrovich Romanov lahir pada 1 Oktober
(K.J.: 20 September) 1754 di Sankt-Peterburg. Ibunya adalah Yekaterina II,
Maharani Rusia yang berkuasa selama tiga puluh empat tahun sebelum masa
kekuasaan Pavel. Terjadi perbedaan pendapat mengenai status ayah Pavel.
Yekaterina menyatakan bahwa ayah Pavel adalah salah satu kekasihnya, Sergei
Saltykov. Meski begitu, watak dan penampilan Pavel sangat menyerupai Kaisar
Pyotr III, suami Yekaterina.
Setelah kelahirannya, Maharani Yelizaveta
langsung mengambil Pavel dari kedua orangtuanya dan diasuh di bawah pengawasan
sang maharani. Orangtuanya hanya dapat melihatnya sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
-
Keluarga Pavel
Demi melangsungkan garis keturunan, Yekaterina
menjodohkan anak dengan Putri Wilhelmina Louisa. Dia adalah putri dari Ludwig
IX, Landgraf Hesse-Darmstadt. Mereka menikah pada tahun 1773. Wilhelmina
sendiri sebelumnya berganti agama menjadi Ortodoks dan menerima nama baru,
Natalya Alekseyevna. Namun Natalya meninggal saat persalinan yang berat pada
tahun 1776.
Setelah kematian Natalya, Yekaterina
menjodohkan Pavel dengan Sophie Marie Dorothea, putri Friedrich II, Adipati
Württemberg atas saran Friedrich II, Raja Prusia. Sesuai hukum, Sophie juga
pindah agama menjadi Ortodoks dan menerima nama baru, Maria Fyodorovna. Maria
tetap mendampingi Pavel sampai suaminya naik takhta sebagai kaisar kelak.
-
Hubungan Pavel dengan Yekaterina
Hubungan Pavel dan ibunya, Yekaterina tidak
begitu dekat dan bahkan bisa dikatakan buruk. Semenjak kelahirannya, Pavel
langsung diambil dari ibunya untuk dirawat di bawah pengawasan Maharani
Yelizaveta. Setelah Yelizaveta mangkat-pun, hubungan ibu dan anak ini tetap
tidak mendapat kemajuan berarti. Pavel sering merasa cemburu dengan perhatian
ibunya yang lebih ditujukan kepada kekasihnya dan dia sendiri jauhkan dari
permasalahan politik. Saat Maria Fyodorovna melahirkan seorang putra, Pangeran
Aleksandr, Yekaterina merasa bahwa dia menemukan calon pewaris tahta yang lebih
pantas. Dia mengambil pengasuhan Aleksandr dari kedua orangtuanya, sebagaimana
Yelizaveta mengambil pengasuhan Pavel dari orangtuanya dulu.
Dalam urusan kenegaraan pun Pavel dan Yekaterina
tidak sepaham. Pavel dengan tegas memprotes ibunya kebijakan dan menulis kritik
melalui sebuah tulisannya terkait pembaharuan dalam angkatan bersenjata.[3]
Yekaterina menganggap kritik sang putra sebagai ancaman atas kewenangan
mutlaknya. Para pejabat yang secara terbuka mendukung atau menunjukkan
kedekatan pada Pavel, terlebih setelah Pavel menyampaikan kritik tersebut,
dianggap sebagai tindakan bunuh diri.
Semakin tua, Yekaterina justru semakin tidak
memedulikan pentingnya kehadiran Pavel di dewan dan lebih memusatkan perhatian
pada Aleksandr. Tahun 1787, Yekaterina mungkin berusaha mengeluarkan Pavel dari
daftar pewaris tahta. Dia bertemu secara rahasia dengan guru Aleksandr,
Frédéric-César, tentang kemungkinan muridnya naik tahta. Sang Maharani juga
berusaha membujuk ibu Aleksandr, Maria, untuk mendukung keinginannya. Namun
semua usaha itu tidak membuahkan hasil. Meskipun setuju dengan nasihat sang
nenek, Aleksandr sendiri menghormati kedudukan ayahnya sebagai pewaris
selanjutnya.
-
Kenaikan Tahta
Maharani Yekaterina mangkat pada 17 November
1796 karena pukulan, mengakhiri 34 tahun masa kekuatannya. Tidak sesuai dengan
wasiat Yekaterina, Pavel naik tahta sebagai Kaisar Rusia yang baru. Kebijakan
pertama yang dikeluarkannya adalah menghancurkan ibunya yang meminta agar
penyerahan diserahkan kepada Aleksandr. Masalah ini yang mungkin mendorong
Pavel merumuskan hukum pewarisan pewarisan Rusia pada tahun 1797, yang
mensyaratkan bahwa pewarisan harus dilakukan kepada putra dari kaisar atau
maharani yang memerintah. Hukum yang membentuk Pavel menghapus hukum pewarisan
yang membentuk Kaisar Pyotr I yang menyetujui kaisar atau maharani untuk
memilih pewarisnya.
Monogram istana
Pasukan yang ditugaskan untuk menyerang Persia
juga dipanggil ke ibu kota setelah sebulan meninggalnya Pavel. Mendiang
ayahnya, Kaisar Pyotr III, dimakamkan ulang dengan megah dan dikebumikan di
Katedral Pyotr dan Pavel. Aleksey Orlov yang terlibat dalam pembunuhan Pyotr 35
tahun disuruh membawa mahkota kekaisaran di belakang peti mati sepanjang
perjalanan.
-
Masa Kekuasaan
Pada tahun pertama masa kekuasaannya, Pavel
membatalkan beberapa kebijakan ibunya yang dinilai kejam. Dia memanggil kembali
tokoh-tokoh yang dibuang di pengasingan atau di penjara. Pavel memandang bahwa
bangsawan Rusia sudah terlalu korup, sehingga dia berusaha membuat mereka
menjadi kelompok yang disiplin, setia, dan berprinsip sesuai dengan nilai-nilai
kekesatriaan Abad Pertengahan. Pihak-pihak yang sejalan dengannya akan
memberikan lebih banyak budak selama lima tahun masa pemerintahannya
dibandingkan dengan memberikan Yekaterina kepada para kekasihnya selama tiga
puluh empat tahun masa kekuasaan Yekaterina.
Pavel juga mengenalkan beberapa pembaharuan
yang cenderung tidak populer di angkatan bersenjata. Pada masa kekuasaan
Yekaterina, Grigori Potemkin memperkenalkan lambang yang murah, nyaman,
praktis, dan didesain sesuai gaya Rusia. Pavel memutuskan untuk memenuhi
keinginan Pyotr III untuk memperkenalkan konvensi Prusia. Seragam ini dipandang
tidak praktis dan membutuhkan usaha untuk menyesuaikan diri dengannya.
Kesukaannya akan berparade dan upacara juga tidak begitu disukai bawahannya.
Dia memerintahkan pengadaan parade setiap pagi di lapangan latihan istana,
tanpa memedulikan cuaca. Dia akan mencambuk pasukan yang melakukan kesalahan.
Pernah suatu ketika pasukan penjaga melakukan kesalahan saat bermanuver dan
Pavel memerintahkan mereka untuk pergi ke Siberia, meski kemudian Pavel
mengurungkan niatnya setelah mereka berjalan sejauh 16 km.
Kaisar Pavel juga memerintahkan makam Grigori
Potemkin, salah satu kekasih ibunya, untuk dibongkar.
-
Urusan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri awal Pavel dipandang
sebagai perlawanan dari kebijakan Yekaterina. Dia tidak menyepakati
perang-perang yang ditujukan untuk memperluas wilayah negara dan berusaha lebih
memilih jalan damai dan diplomasi. Pavel memerintahkan penarikan kembali semua
pasukan yang berada di luar tapal batas Rusia, seperti pasukan yang dikirim
untuk menaklukan Persia melalui Kaukasus dan 60.000 orang yang Yekaterina
janjikan kepada Inggris Raya dan Austria untuk membantu mereka melawan Prancis.
Pavel sendiri sebenarnya tidak menyukai Prancis, apalagi setelah revolusi dan
menyebarkan pandangan anti-agama di sana. Meski perluasan wilayah yang
dilakukan Prancis akan merugikan kepentingan Rusia, dia tetap menarik kembali
pasukannya karena tidak menyukai perang untuk memperluas wilayah. Pavel percaya
bahwa saat Rusia lebih membutuhkan pemerintahan yang baik dan pembaharuan
angkatan bersenjata untuk menghindari ambruknya ekonomi dan revolusi, sebelum
akhirnya Rusia dapat memainkannya di negara asing.
Pavel menawarkan untuk menengahi Austria dan
Prancis melalui Prusia dan mendorong Austria untuk berdamai, tetapi kedua
negara tersebut mengadakan perjanjian damai, Perjanjian Campoformio, pada
Oktober 1797 tanpa pendampingannya. Perjanjian ini mengesahkan Prancis untuk
mengendalikan kepulauan di Laut Tengah dan membagi Republik Venesia. Hal ini
membuat Pavel tidak senang karena memandang kesepakatan ini justru menciptakan
gonjang-ganjing di kawasan tersebut, juga menyuratkan ambisi Prancis untuk
menguasai wilayah Laut Tengah. Sebagai tanggapan, Pavel memberikan suaka kepada
Raja Louis XVIII.
-
Perang Melawan Prancis
Pada masa itu, Republik Prancis sudah menguasai
Italia, Belanda, dan Swiss. Dengan semakin menguatnya Prancis, Pavel mulai
merasa bahwa Rusia harus berperan aktif menumbangkan republik dan mengembalikan
pemerintahan monarki lama. Rusia mulai membentuk persekutuan dengan Austria,
kemudian Inggris Raya dan Utsmaniyah juga bergabung dengan mereka. Kekuatan
besar Eropa yang tidak bergabung dalam aliansi anti-Prancis Pavel hanyalah
Prusia yang tidak percaya dengan Austria. Keamanan yang mereka dapatkan karena
pertempuran dengan Prancis juga mencegah Prusia bergabung dengan aliansi
tersebut. Pavel menjanjikan bantuan sebanyak 60.000 pasukan untuk membantu
Austria dan Italia dan 45.000 orang untuk membantu Inggris Raya di Jerman Utara
dan Belanda.
Meskipun begitu, persekutuan yang terbentuk
tidak berjalan mulus. Selain menderita kekalahan besar melawan Prancis,
terdapat perbedaan tujuan dari masing-masing pihak. Pihak Rusia ingin
memerdekakan Italia dan mengembalikan kembali pemerintahan monarki, sedangkan
pihak Austria ingin menjadikan Italia sebagai bagian wilayah mereka. Ketidakkompakan
ini membuat mereka menderita kekalahan besar di Swiss, dan berujung pada saling
menyalahkan. Pada akhirnya, aliansi Austria dan Rusia resmi dibatalkan pada
Oktober 1799.
-
Hubungan Rusia dengan Inggris Raya
Meski persekutuan dengan Austria telah putus,
Pavel masih bekerja sama dengan Inggris Raya dan bersama menyerang Prancis.
Tidak seperti Austria, baik Inggris Raya maupun Rusia tampak tidak memiliki
keinginan terselubung untuk memperluas wilayah. Pihak kedua hanya bersepakat
untuk menjatuhkan Prancis.[20] Penyerangan Anglo-Rusia di Holandia berjalan
baik, dengan kemenangan Inggris Raya pada pertempuran Callantsoog (Agustus
1799). Namun saat pasukan Rusia tiba pada bulan September, tim menghadapi cuaca
buruk dan perlawanan keras yang tak terduga dari pihak Prancis, dan membuat
mereka menguap begitu saja. Suasana cuaca semakin memburuk dan pihak sekutu
semakin menderita kekalahan yang mendorong mereka untuk gencatan senjata pada
Oktober 1799. Pada akhirnya aliansi Rusia dengan Inggris Raya juga putus, meski
penyebabnya tidak begitu jelas sebagaimana dengan Austria sebelumnya, tetapi
beberapa kejadian yang terjadi menunjukkan kemungkinan kemungkinan cedera.
Bonaparte membebaskan 70.000 tawanan Rusia, tetapi Inggris Raya menolak untuk
membayar tebusannya. Hubungan Pavel semakin dekat dengan negara-negara
Skandinavia yang berimbas pada mengalahkannya pihak Inggris Raya. Inggris Raya
menarik dutanya di Sankt-Peterburg pada 1800 dan tidak menunjuk pengganti.
Inggris Raya sendiri yang membutuhkan sekutunya, pada akhirnya memilih Austria
yang jelas akan melawan Prancis sampai akhir.
-
Pembunuhan
Kebijakan Pavel yang berusaha menekan para bangsawan untuk
mengambil nilai-nilai kekesatriaan membuatnya tidak disukai para bangsawan.
Selain itu, banyak kebijakan Pavel lain yang dipandang sebagai gangguan besar
bagi para bangsawan, membuat mereka merencanakan makar untuk menggulingkan
Pavel.
Para pemakar masuk ke kamarnya pada malam 23 Maret (K.J.: 11
Maret) 1801 dan memaksanya untuk turun tahta. Sang Kaisar memberikan perlawanan
yang menyebabkan dirinya ditusuk pedang, lalu dicekik dan diinjak-injak sampai
mati. Salah satu orang yang bersekongkol dalam pembunuhan Pavel adalah Nikita
Petrovich Panin, keponakan dari Nikita Ivanovich Panin, guru dari Pavel. Sepeninggalnya,
putra tertua Pavel, Aleksandr, dinobatkan sebagai kaisar yang baru. Para
pemakar itu tidak dikutuk oleh Kaisar Aleksandr dan tabib istana menyatakan
apopleksi sebagai penyebab resmi kematian Pavel.
-
Galeri
Keluarga Pavel, oleh Gerhard von Kügelgen |
Pavel Petrovich semasa kanak-kanak (1761),
oleh Fyodor Rokotov |
Ruangan di Istana Gatchina tempat Pavel
menghabiskan masa mudanya |
Lambang negara di bawah kepemimpinan Kaisar
Pavel, 1799 |
·
Aleksandr I
Alexander I Александр I |
Kaisar Aleksandr I |
Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa
: 23 Maret 1801 – 1 Desember 1825 (24 tahun, 253 hari) Penobatan
: 15 September 1801 Pendahulu
: Pavel I Penerus
: Nikolai I |
Pemakaman
: Katedral Pyotr dan Pavel Wangsa :
Holstein-Gottorp (jalur ayah), Romanov (resmi) Ayah : Pavel
I, Kaisar Rusia Ibu : Maria
Fyodorovna, Permaisuri Rusia Pasangan
: Yelizaveta Alekseyevna Agama :
Ortodoks Rusia |
Aleksandr I (bahasa Rusia: Александр I) (23 Desember 1777 – 1 Desember 1825) adalah Kaisar Rusia yang berkuasa pada 23 Maret 1801 sampai 1 Desember 1825. Dia juga orang Rusia pertama yang menjadi Raja Polandia dan berkuasa pada 1815–1825.
Dalam urusan dalam negeri, Aleksadr juga melakukan berbagai pembaharuan sosial dan dalam pendidikan, dengan sistem pendidikan yang lebih berorientasi agama. Dalam masalah luar negeri, Aleksandr menguasai Rusia pada masa Peperangan Napoleon berkobar. Hubungannya sendiri dengan Prancis sendiri berubah-ubah, dari netral, musuh, hingga sekutu. Dia juga membentuk Aliansi Suci guna menekan gerakan revolusi yang mengancam kedudukan kepala monarki Kristen yang sah.
-
Latar Belakang
Aleksandr lahir pada masa kekuatan neneknya, Maharani Yekaterina II. Ayahnya adalah Pavel, putra Yekaterina. Ibunya adalah Sophie Marie Dorothea, putri Adipati Württemberg, yang kemudian berganti nama menjadi Maria Fyodorovna setelah masuk agama Ortodoks Rusia.
Dia dan adiknya, Konstantin, dibesarkan dalam asuhan nenek mereka dan beberapa sumber menyatakan bahwa Aleksandr hendak dijadikan pewaris Yekaterina sepeninggalnya, dengan mengeluarkan Pavel dari daftar pewaris tahta.
Pada usia lima belas tahun, Aleksandr menikah
dengan Louise Maria yang masih berusia empat belas tahun. Louise berganti nama
menjadi Yelizaveta Alekseyevna setelah menganut agama Ortodoks.
Maharani Yekaterina II mangkat pada November
1796 sebelum sempat menyatakan Aleksandr sebagai pewarisnya. Pavel Naik menggantikan
ibunya dan memerintah hanya dalam waktu kurang dari lima tahun karena
pembunuhan oleh para bangsawan yang merasa terancam dengan berbagai kebijakan
yang ditetapkannya. Aleksandr yang juga berada di istana saat pembunuhan
ayahnya terjadi kemudian dinobatkan sebagai Kaisar Rusia yang baru oleh salah
satu pembunuh ayahnya. Sejarawan berdebat mengenai peran Aleksandr dalam
kematian ayahnya. Pendapat paling umum menyatakan bahwa Aleksandr membiarkan
para pemakar itu masuk ke kamar Pavel tetapi dengan syarat agar tidak membunuh
pada awalnya. Terlepas dari kebenarannya, Aleksandr naik kematian melalui
kejahatan yang harus dibayar dengan nyawa ayahnya yang membuatnya terbebani
dengan rasa berdosa dan bersalah.
-
Masa Kekuasaan
Penobatan
Aleksandr dan Yelizaveta sebagai Kaisar dan Permaisuri Rusia secara resmi
dilangsungkan di Kremlin pada 15 September 1801. Sang Kaisar muda bertekad
untuk memperbaharui sistem pemerintahan terpusat Rusia yang tidak efisien.
Aleksandr membentuk Dewan Penasihat yang terdiri dari kawan-kawannya yang
bertujuan untuk mengubah Rusia menjadi monarki konstitusional.
-
Kebijakan Dalam Negeri
Aleksandr juga berusaha menyelesaikan satu
masalah penting, yakni mengenai status para petani budak. Secara hati-hati, dia
memperpanjang hak untuk memiliki tanah kepada hampir semua kelas masyarakat.
Pada 1803, muncullah kelas sosial baru, petani bebas, yakni petani budak yang
dibebaskan oleh tuan mereka. Meski begitu, masih banyak juga petani budak yang
statusnya tidak berubah. Pada masa kekuasaan Aleksandr, ada sekitar 0,5% petani
budak yang dibebaskan.
Ketika masa kekuasaan Aleksandr dimulai, Rusia
memiliki tiga universitas, yakni di Moskwa, Vilnius, dan Dorpat. Aleksandr
kemudian mendirikan tiga universitas lain di Sankt-Peterburg, Kharkov, dan
Kazan. Lembaga literasi dan keilmuan dibentuk, dan keilmuan dan seni disokong
oleh Kaisar dan bangsawan kaya. Aleksandr kemudian mengusir para pelajar asing.
-
Kebijakan Luar Negeri
Setelah menjadi kaisar, Aleksandr mengamankan
kebijakan Pavel, membubarkan Liga Blok-Netral Bersenjata dan melakukan
perjanjian damai dengan Inggris Raya pada April 1801. Pada saat yang sama, dia
juga membuka pembayaran dengan Franz, Kaisar Romawi Suci. Segera dia juga
menjalin hubungan dekat dengan Kerajaan Prusia atas dasar rasa kekesatriaan dan
pertemanan dengan Raja Friedrich Wilhelm III dan istrinya, Permaisuri Luise
Auguste.
-
Rusia dan Prancis
Di sisi lain, Napoleon Bonaparte tidak menyerah
untuk memisahkan Aleksandr dari persekutuannya dengan Prusia, Inggris Raya, dan
negara lain, dan berargumen bahwa mereka adalah "sekutu
geografis"[10] dan tidak ada konflik kepentingan di antara mereka. Meski
begitu, Aleksandr sendiri lebih memilih kembali bersekutu dengan Prusia. Meski
tetap ingin menjalin persekutuan dengan Rusia, Prancis menghasut Polandia,
Utsmaniyah, dan Iran untuk memecah kekeraskepalaan Aleksandr. Saudara Kaisar
sendiri, Pangeran Konstantin, mendesak untuk mengadakan perdamaian, tetapi
Kaisar Aleksandr tidak menginginkan aliansi dan menarik Rusia ke dalam perang suci
melawan Napoleon yang dipandang sebagai musuh agama Ortodoks. Hasil dari
tindakan ini adalah pertempuran Friedland pada 13/14 Juni 1807 yang berujung
pada kemenangan telak Prancis.
Aleksandr I menyetujui konstitusi Finlandia dan
menjadikan wilayah Keharyapatihan otonom
Dua kaisar bertemu di Tilsit pada 25 Juni 1807. Napoleon menjanjikan untuk membagi kekaisaran dunia kepada Aleksandr. Sebagai langkah awal, Napoleon merebut kepemilikan Kepangeranan-kepangeranan Donau dan memberikan kebebasan kepada Aleksandr untuk mengurus Finlandia. Lebih lanjut, Napoleon juga merencanakan untuk mengusir Utsmaniyah dari daratan Eropa dan bersama-sama menjemur Asia untuk menaklukan India. Rencana dan persenjataan Napoleon dibuat dalam benak Aleksandr dan membuatnya seolah-olah melupakan kepentingan Eropa sama sekali.
Meskipun demikian, rancangan brilian Napoleon
tidak membutakan Aleksandr atas kewajiban pertemanannya. Dia menolak untuk
menguasai Kepangeranan Donau karena akan membuat Prusia jauh lebih tertekan.
Prancis menetap di Prusia dan Rusia menetap di Donau, dan kedua belah pihak
saling menggugat. Meski begitu, hubungan pribadi antara Napoleon dan Aleksandr
cukup baik. Pertemuan pada Oktober 1808 di Erfurt menghasilkan persekutuan
antara dua negara. Meski mendukung Napoleon pada perang tahun 1809, Aleksandr
dengan tegas tidak mengizinkan larangan untuk menghancurkan kehancuran Austria.
Namun keadaan memanas pada tahun 1811 dan Aleksandr mendapat tekanan dari para bangsawan Rusia untuk membubarkan persekutuan dengan Prancis. Keadaan ini mendorong Napoleon untuk mengancam Aleksandr secara serius jika dia berani membentuk persekutuan dengan Inggris Raya.
Bila Aleksandr mencurigai niatan Napoleon,
begitu pula sebaliknya. Untuk menolak ketulusannya, Napoleon yang telah menduda
meminta untuk dinikahkan dengan adik Aleksandr, Anna Pavlovna. Namun Aleksandr
menolak permintaan tersebut dengan alasan usia Anna yang masih terlalu muda,
juga menentang Ibu Suri Maria Fyodorovna atas rencana tersebut. Sebagai
gantinya, Napoleon kemudian menikahi Marie Louise, putri Franz, Kaisar Austria.
Pernikahan ini menjadi jalan persekutuan antara Prancis dan Austria dan itu
membuat hubungan antara Napoleon dan Aleksandr merenggang. Pendudukan Kadipaten
Oldenburg (yang dipimpin oleh paman Aleksandr, Peter) oleh Prancis pada
Desember 1810 memperparah hubungan antara Aleksandr dan Napoleon. Aleksandr
sendiri tetap berusaha membawa Rusia senetral mungkin saat perang antara
Prancis dan Inggris Raya berlangsung. Rusia sendiri tetap melanjutkan
perdagangan dengan Inggris Raya secara rahasia dan tidak melakukan blokade
sebagaimana tuntutan Sistem Kontinental. Pada tahun 1810, Aleksandr menarik
Rusia dari Sistem Kontinental, membuat perdagangan antara Rusia dan Inggris
Raya tumbuh.
Hubungan Prancis dan Rusia semakin memburuk
setelah tahun 1810. Pada tahun 1811, jelas bahwa Napoleon tidak menjalankan
Perjanjian Tilsit yang berisikan untuk membantu Rusia dalam perang melawan
kekaisaran Utsmaniyah. Ketika perang mulai berlangsung, Prancis tidak
memberikan dukungan apapun terhadap Rusia. Pada April 1812, Rusia dan Swedia
membuat perjanjian pertahanan bersama. Sebulan kemudian, Aleksandr mengamankan
perbatasan selatan melalui Perjanjian Bukares yang secara resmi mengakhiri
perang antara Rusia dan Utsmaniyah.
Aleksandr I menyetujui konstitusi Finlandia
dan menjadikannya wilayah Keharyapatihan otonom
·
Nikholai I
Nikolai I Николай I Павлович, |
Kaisar Nikolai I |
Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia |
Berkuasa
: 1 Desember 1825 – 2 Maret 1855 Penobatan
: 3 September 1826 Pendahulu
: Alexander I Penerus
: Alexander II |
Kelahiran
: 6 Juli 1796, Gatchina, Kekaisaran Rusia Kematian
: 2 Maret 1855 (umur 58), Saint Petersburg, Kekaisaran Rusia Pemakaman
: Katedral Peter dan Paul Wangsa :
Holstein-Gottorp-Romanov |
Nicholas I [pron 1] (6 Juli [O.S. 25 Juni] 1796
– 2 Maret [O.S. 18 Februari] 1855) adalah Kaisar Rusia, Raja Kongres Polandia
dan Adipati Agung Finlandia. Dia adalah putra ketiga dari Paul I dan adik
laki-laki dari pendahulunya, Alexander I. Nicholas mewarisi tahta saudara
laki-lakinya meskipun pemberontakan Desembris gagal melawannya. Dia dikenang
terutama dalam sejarah sebagai seorang reaksioner yang pemerintahan
kontroversialnya ditandai dengan ekspansi geografis, pertumbuhan ekonomi, dan
industrialisasi besar-besaran di satu sisi, dan sentralisasi kebijakan
administratif dan represi perbedaan pendapat di sisi lain. Nicholas memiliki
pernikahan yang bahagia yang menghasilkan keluarga besar; ketujuh anak mereka
semuanya selamat dari masa kanak-kanak.
Penulis biografi Nicholas Nicholas V. Riasanovsky mengatakan bahwa dia menunjukkan tekad, tujuan tunggal, dan kemauan yang kuat, bersama dengan rasa tanggung jawab yang kuat dan dedikasi untuk kerja keras. Dia melihat dirinya sebagai seorang prajurit — seorang perwira junior yang benar-benar termakan oleh ludah dan polesan. Seorang pria tampan, dia sangat gugup dan agresif. Dilatih sebagai seorang insinyur, dia sangat teliti terhadap detail kecil. Dalam persona publiknya, kata Riasanovsky, "Nicholas I datang untuk mewakili otokrasi yang dipersonifikasikan: sangat agung, teguh dan kuat, sekeras batu, dan tak kenal lelah seperti takdir."
Nicholas I berperan penting dalam membantu
menciptakan negara Yunani merdeka, dan melanjutkan penaklukan Rusia atas Kaukasus
dengan merebut Provinsi Iğdır dan sisa Armenia dan Azerbaijan modern dari Qajar
Persia selama Perang Rusia-Persia tahun 1826–1828. Dia mengakhiri Perang
Rusia-Turki (1828–29) dengan sukses juga. Namun kemudian, dia memimpin Rusia ke
dalam Perang Krimea (1853–1856), dengan hasil yang menghancurkan. Sejarawan
menekankan bahwa manajemen mikro pasukannya menghalangi para jenderalnya,
begitu pula strateginya yang salah arah. William C. Fuller mencatat bahwa para
sejarawan sering menyimpulkan bahwa "pemerintahan Nikolay I merupakan
kegagalan besar baik dalam kebijakan dalam negeri maupun luar negeri."
Menjelang kematiannya, Kekaisaran Rusia mencapai puncak geografisnya,
membentang lebih dari 20 juta kilometer persegi (7,7 juta mil persegi), tetapi
sangat membutuhkan reformasi.
- Kehidupan
awal dan jalan menuju kekuasaan
Nicholas lahir di Istana Gatchina di Gatchina,
anak kesembilan Adipati Agung Paul, pewaris takhta Rusia, dan Adipati Agung
Maria Feodorovna dari Rusia (née Sophie Dorothea dari Württemberg). Dia
memiliki enam kakak perempuan dan dua kakak laki-laki, yaitu calon Kaisar
Alexander I dari Rusia dan Adipati Agung Constantine Pavlovich dari Rusia.
Portrait of Grand Duke Nicholas Pavlovich (c. 1808), by anonymous painter after Johann
Friedrich August Tischbein, located
in the Russian Museum, Saint Petersburg
Lima bulan setelah kelahiran Nicholas,
neneknya, Catherine yang Agung, meninggal dan orang tuanya menjadi Kaisar dan
Permaisuri Rusia. Pada tahun 1800, pada usia empat tahun, Nicholas dinobatkan
sebagai Grand Prior of Russia dan berhak memakai salib Malta. Nicholas tumbuh
menjadi pemuda yang baik. Riasanovsky berkata tentang dia bahwa dia adalah
"pria paling tampan di Eropa, tetapi juga seorang pemikat yang menikmati
kebersamaan dengan wanita dan sering kali berada dalam kondisi terbaiknya
dengan para pria."
Pada 13 Juli 1817, Nicholas menikah dengan
Putri Charlotte dari Prusia (1798–1860), yang mengambil nama Alexandra
Feodorovna ketika dia masuk Ortodoksi. Orang tua Charlotte adalah Frederick
William III dari Prusia dan Louise dari Mecklenburg-Strelitz. Nicholas dan
Charlotte adalah sepupu ketiga, karena mereka berdua adalah cicit dari
Frederick William I dari Prusia.
Dengan dua kakak laki-laki, pada awalnya
tampaknya tidak mungkin Nicholas akan menjadi Tsar. Lambat laun, karena
Aleksander dan Konstantin sama-sama gagal menghasilkan anak laki-laki yang sah,
Nikolaus pertama kali diperhatikan karena kemungkinan besar akan memerintah
suatu hari nanti, atau setidaknya anak-anaknya mungkin berhasil. Pada tahun
1825, ketika Alexander I meninggal mendadak karena tifus, Nicholas terjebak
antara bersumpah setia kepada Constantine dan menerima tahta untuk dirinya
sendiri. Interregnum berlangsung sampai Konstantinus, yang saat itu berada di
Warsawa, membenarkan penolakannya. Selain itu, pada tanggal 25 (13 Gaya Lama)
Desember, Nicholas mengeluarkan manifesto yang menyatakan naik takhta.
Manifesto itu secara surut bernama 1 Desember (Gaya Lama 19 November), tanggal
kematian Alexander I, sebagai awal pemerintahannya. Selama kebingungan ini,
sebuah rencana dibuat oleh beberapa anggota militer untuk menggulingkan
Nicholas dan merebut kekuasaan. Hal ini menyebabkan Pemberontakan Desembris
pada tanggal 26 (14 Gaya Lama) Desember 1825, sebuah pemberontakan yang
berhasil ditumpas oleh Nicholas dengan cepat.
- Kaisar
dan prinsip
Nicholas sama sekali tidak memiliki keluasan
spiritual dan intelektual saudaranya; dia melihat perannya hanya sebagai
seorang otokrat paternal yang memerintah rakyatnya dengan cara apa pun yang
diperlukan.
- Pemerintahan
awal
Nicholas I memulai pemerintahannya pada tanggal
14 Desember 1825 (gaya lama), yang jatuh pada hari Senin; Takhayul Rusia
menyatakan bahwa hari Senin adalah hari sial. Hari senin ini terasa sangat dingin,
dengan suhu −8 derajat Celcius. Ini dianggap oleh orang Rusia sebagai pertanda
buruk untuk pemerintahan yang akan datang. Aksesi Nicholas I dirusak oleh
demonstrasi 3000 perwira muda Angkatan Darat Kekaisaran dan warga negara
liberal lainnya. Demonstrasi ini merupakan upaya untuk memaksa pemerintah
menerima konstitusi dan bentuk pemerintahan perwakilan. Nicholas memerintahkan
tentara keluar untuk menghancurkan demonstrasi. "Pemberontakan"
dengan cepat dipadamkan dan dikenal sebagai Pemberontakan Desembris. Setelah
mengalami trauma Pemberontakan Desembris pada hari pertama pemerintahannya,
Nicholas I bertekad untuk mengekang masyarakat Rusia. Bagian Ketiga Kanselir
Kekaisaran menjalankan jaringan besar mata-mata dan informan dengan bantuan
Gendarmes. Pemerintah melakukan sensor dan bentuk kontrol lainnya atas
pendidikan, penerbitan, dan semua manifestasi kehidupan publik. Dia menunjuk
Alexander Benckendorff untuk memimpin Kanselir ini. Benckendorff mempekerjakan
300 polisi dan 16 staf di kantornya. Dia mulai mengumpulkan informan dan
mencegat surat dengan kecepatan tinggi. Segera, karena Benckendorff, pepatah
bahwa tidak mungkin bersin di rumah seseorang sebelum dilaporkan kepada kaisar,
menjadi kredo Benckendorff.
- Kebijakan
local
Tsar Nicholas menghapus beberapa bidang otonomi
lokal. Otonomi Bessarabia dihapus pada tahun 1828, Polandia pada tahun 1830 dan
Qahal Yahudi dihapuskan pada tahun 1843. Sebagai pengecualian dari tren ini,
Finlandia dapat mempertahankan otonominya sebagian karena partisipasi setia
tentara Finlandia dalam menumpas Pemberontakan November di Polandia.
Rel kereta api pertama Rusia dibuka pada tahun
1837, jalur sepanjang 26 km (16 mil) antara St. Petersburg dan kediaman
pinggiran kota Tsarskoye Selo. Yang kedua adalah Kereta Api Saint Petersburg –
Moskow, dibangun pada tahun 1842–51. Namun demikian, pada tahun 1855 hanya ada
920 km (570 mil) rel kereta api Rusia.
Nicholas I "Family Ruble" (1836)
menggambarkan Tsar di depan dan keluarganya di belakang: Tsarina Alexandra
Feodorovna (tengah) dikelilingi oleh Alexander II sebagai Tsarevich, Maria,
Olga, Nicholas, Michael, Konstantin, dan Alexandra
Pada tahun 1833, Kementerian Pendidikan
Nasional, Sergey Uvarov, menyusun program "Ortodoksi, Otokrasi, dan
Kebangsaan" sebagai prinsip panduan rezim. Itu adalah kebijakan reaksioner
berdasarkan ortodoksi dalam agama, otokrasi dalam pemerintahan, dan peran
pendiri negara atas kewarganegaraan Rusia dan hak warga negara yang sama untuk
semua orang yang mendiami Rusia, dengan pengecualian orang Yahudi. Orang-orang
harus menunjukkan kesetiaan kepada otoritas tsar yang tidak terbatas, pada
tradisi Gereja Ortodoks Rusia, dan pada bahasa Rusia. Prinsip-prinsip romantis
dan konservatif yang digariskan oleh Uvarov ini juga dianut oleh Vasily Zhukovsky,
salah satu tutor Grand Duke Alexander. Hasil dari prinsip-prinsip Slavophile
ini, secara umum, mengarah pada peningkatan represi terhadap semua kelas,
sensor yang berlebihan, dan pengawasan terhadap intelektual berpikiran
independen seperti Pushkin dan Lermontov dan penganiayaan terhadap bahasa
non-Rusia dan agama non-Ortodoks. Taras Shevchenko, yang kemudian dikenal
sebagai penyair nasional Ukraina, diasingkan ke Siberia atas perintah langsung
dari Tsar Nicholas setelah membuat puisi yang mengejek Tsar, istrinya, dan
kebijakan dalam negerinya. Atas perintah Tsar, Shevchenko diawasi ketat dan
dilarang menulis atau melukis.
Sejak tahun 1839, Tsar Nicholas juga
menggunakan mantan pendeta Katolik Bizantium bernama Joseph Semashko sebagai
agennya untuk memaksakan Ortodoksi kepada umat Katolik Ritus Timur di Ukraina,
Belarus, dan Lituania. Hal ini menyebabkan Tsar Nicholas dikutuk oleh penerus
Paus Roma, Marquis de Custine, Charles Dickens, dan banyak pemerintah Barat.
Lihat juga Kantonis.
Nicholas tidak menyukai perbudakan dan
bermain-main dengan gagasan untuk menghapusnya di Rusia, tetapi menolak
melakukannya karena alasan negara. Dia takut pada aristokrasi dan percaya
mereka akan berbalik melawannya jika dia menghapus perbudakan. Namun, dia
melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan jumlah Budak Mahkota (budak milik
pemerintah) dengan bantuan menterinya Pavel Kiselyov. Selama sebagian besar
masa pemerintahannya, dia mencoba untuk meningkatkan kendalinya atas pemilik
tanah dan kelompok berpengaruh lainnya di Rusia. Pada tahun 1831, Nicholas
membatasi suara di Majelis Mulia kepada mereka yang memiliki lebih dari 100
budak, menyisakan 21.916 pemilih. Pada tahun 1841, bangsawan yang tidak
memiliki tanah dilarang menjual budak yang terpisah dari tanahnya. Sejak tahun
1845, pencapaian peringkat tertinggi ke-5 (dari 14) dalam Tabel Pangkat harus
dimuliakan, sebelumnya peringkat ke-8.
- Raja
Polandia
Nicholas dimahkotai sebagai Raja Polandia di
Warsawa pada tanggal 12 (24) Mei 1829, sesuai dengan Konstitusi Polandia,
sebuah dokumen yang tidak akan dia hormati setelahnya. Dia adalah satu-satunya
raja Rusia yang pernah dinobatkan sebagai Raja Polandia meskipun bukan
satu-satunya yang dianugerahi gelar tersebut.
- Budaya
Penekanan resmi pada nasionalisme Rusia memicu
perdebatan tentang tempat Rusia di dunia, arti sejarah Rusia, dan masa depan
Rusia. lebih banyak lagi Eropanisasi. Kelompok lain, Slavophiles, dengan
antusias menyukai orang Slavia dan budaya serta adat istiadat mereka, dan tidak
menyukai orang Barat serta budaya dan adat istiadat mereka.
Nicholas I dengan Alexander II di studio
Bogdan Willewalde di Saint Petersburg pada tahun 1854, cat minyak di atas
kanvas, Museum Negara Rusia
Slavophiles memandang filsafat Slavia sebagai
sumber keutuhan di Rusia dan skeptis terhadap rasionalisme dan materialisme
Barat. Beberapa dari mereka percaya bahwa komune petani Rusia, atau Mir,
menawarkan alternatif yang menarik bagi kapitalisme Barat dan dapat menjadikan
Rusia sebagai penyelamat sosial dan moral yang potensial, sehingga mewakili
suatu bentuk mesianisme Rusia. Namun kementrian pendidikan mempunyai kebijakan
menutup fakultas filsafat karena kemungkinan dampak yang merugikan.
Setelah pemberontakan Desembris, tsar bergerak
untuk melindungi status quo dengan memusatkan sistem pendidikan. Dia ingin
menetralkan ancaman ide-ide asing dan apa yang dia ejek sebagai
"pengetahuan semu". Namun, menteri pendidikannya, Sergei Uvarov,
diam-diam mempromosikan kebebasan dan otonomi akademik, meningkatkan standar
akademik, memperbaiki fasilitas, dan membuka pendidikan tinggi untuk kelas
menengah. Pada tahun 1848 tsar, karena takut akan pergolakan politik di Barat
dapat menginspirasi pemberontakan serupa di Rusia, mengakhiri inovasi Uvarov.
Universitas-universitas itu kecil dan diawasi dengan ketat, terutama departemen
filsafat yang berpotensi berbahaya. Misi utama mereka adalah untuk melatih
birokrasi senior yang setia, atletis, maskulin yang menghindari kewanitaan
pekerjaan kantor.
Akademi Seni Rupa Kekaisaran di St. Petersburg
semakin penting dengan pengakuan dan dukungannya terhadap seniman. Nicholas I
memutuskan untuk mengendalikannya secara pribadi. Dia menolaknya terkait
pemberian peringkat kepada artis. Dia menegur dan mempermalukan seniman yang
karya-karyanya menurutnya tidak menyenangkan. Hasilnya bukanlah seni yang lebih
baik, tetapi justru sebaliknya, yang diperparah oleh ketakutan dan
ketidakamanan di antara anggota komunitas seni.
Terlepas dari represi periode ini, Rusia di
luar kendali resmi menghasilkan sastra dan seni yang berkembang pesat. Melalui
karya Aleksandr Pushkin, Nikolai Gogol, Ivan Turgenev, dan banyak lainnya,
sastra Rusia memperoleh status dan pengakuan internasional. Balet berakar di
Rusia setelah diimpor dari Prancis, dan musik klasik menjadi mapan dengan
komposisi Mikhail Glinka (1804–1857).
Menteri Keuangan Georg von Cancrin membujuk
kaisar tentang manfaat mengundang ilmuwan Prusia Alexander von Humboldt ke
Rusia untuk menyelidiki wilayah yang dapat menghasilkan kekayaan mineral.
Pemerintah Rusia membayar biaya Humboldt untuk ekspedisi delapan bulannya
melalui Rusia pada tahun 1829, yang menghasilkan penemuan berlian di pegunungan
Ural. Humboldt menerbitkan banyak volume tentang ekspedisi Rusia-nya, yang dia
dedikasikan untuk tsar meskipun ketidaksetujuannya terhadap kebijakan tsar
semakin meningkat.
- Perlakuan
orang Yahudi
Pada tahun 1851 populasi Yahudi berjumlah 2,4
juta dengan 212.000 di antaranya tinggal di wilayah Polandia yang dikuasai
Rusia.[28] Ini menjadikan mereka salah satu minoritas inorodtsy terbesar di
Kekaisaran Rusia.
Pada tanggal 26 Agustus 1827 dekrit wajib
militer ("Ustav rekrutskoi povinnosti") diperkenalkan, yang
mengharuskan anak laki-laki Yahudi untuk bertugas di militer Rusia selama 25
tahun sejak usia 18 tahun. usia 12 tahun, saat menjadi Kantonis tidak dihitung
dalam waktu dinas militer. Mereka dikirim jauh dari keluarga mereka untuk
bertugas di militer sehingga mereka akan kesulitan mempraktikkan Yudaisme dan
dengan demikian menjadi Russified. Orang Yahudi desa yang lebih miskin, orang
Yahudi tanpa keluarga dan orang Yahudi yang belum menikah menjadi sasaran
khusus untuk dinas militer. Antara tahun 1827 dan 1854 diperkirakan ada 70.000
orang Yahudi yang wajib militer. Beberapa orang Yahudi yang secara paksa wajib
militer menjadi militer Rusia, karena tidak ada hubungan dengan keluarga atau
komunitas mereka, dipaksa untuk masuk Kristen.
Di bawah Nicholas I, kolonisasi pertanian
Yahudi di Ukraina berlanjut dengan pemindahan orang Yahudi Siberia ke Ukraina.
Di Ukraina, orang Yahudi diberi tanah, tetapi harus membayarnya, yang
menyisakan sangat sedikit untuk menghidupi keluarga mereka. Di sisi lain,
orang-orang Yahudi ini dibebaskan dari wajib militer paksa.
Di bawah Nicholas I ada upaya untuk mereformasi
pendidikan orang Yahudi dengan objek Rusifikasi. Studi Talmud tidak disetujui
karena dianggap sebagai teks yang mendorong pemisahan Yahudi dari masyarakat
Rusia. Nicholas I semakin memperketat penyensoran buku-buku Yahudi dalam bahasa
Yiddish dan Ibrani dengan mengizinkannya dicetak hanya di Zhitomir dan Vilna.
- Kebijakan
militer dan luar negeri
Kebijakan luar negeri Nicolas yang agresif
melibatkan banyak perang yang mahal, berdampak buruk pada keuangan kekaisaran.
[rujukan?] Nicholas mencurahkan perhatian pada pasukannya yang sangat besar;
dari populasi 60–70 juta orang, tentara menghitung satu juta orang. Mereka
memiliki peralatan dan taktik yang sudah ketinggalan zaman, tetapi tsar, yang
berpakaian seperti tentara dan dikelilingi oleh para perwira, bermegah atas
kemenangan atas Napoleon pada tahun 1812 dan sangat bangga dengan kecerdasannya
dalam parade. Kuda-kuda kavaleri, misalnya, hanya dilatih dalam formasi parade,
dan tampil buruk dalam pertempuran. Gemerlap dan kepang menutupi kelemahan
mendalam yang tidak dia lihat. Dia menempatkan para jenderal untuk bertanggung
jawab atas sebagian besar lembaga sipilnya terlepas dari kualifikasi mereka.
Seorang agnostik yang mendapatkan ketenaran dalam pasukan kavaleri diangkat
menjadi pengawas urusan Gereja. Angkatan Darat menjadi kendaraan mobilitas
sosial ke atas bagi pemuda bangsawan dari daerah non-Rusia, seperti Polandia,
Baltik, Finlandia, dan Georgia. Di sisi lain, banyak penjahat, penjahat kecil,
dan orang yang tidak diinginkan dihukum oleh pejabat lokal dengan mendaftar
seumur hidup di Angkatan Darat. Sistem wajib militer sangat tidak populer di
kalangan masyarakat, seperti praktik memaksa petani untuk menampung tentara
selama enam bulan dalam setahun. Curtiss menemukan bahwa "Pedantry sistem
militer Nicholas, yang menekankan kepatuhan tanpa berpikir dan evolusi lapangan
parade daripada pelatihan tempur, menghasilkan komandan yang tidak efektif pada
saat perang." Komandannya dalam Perang Krimea sudah tua dan tidak
kompeten, begitu pula senapannya karena para kolonel menjual peralatan terbaik
dan makanan terbaik.
Untuk sebagian besar pemerintahan Nicholas, Rusia dipandang sebagai kekuatan militer besar, dengan kekuatan yang cukup besar. Perang Krimea, yang terjadi tak lama sebelum kematian Nicholas, menunjukkan kepada Rusia dan dunia apa yang sebelumnya disadari oleh sedikit orang: Rusia lemah secara militer, terbelakang secara teknologi, dan tidak kompeten secara administratif. Terlepas dari ambisi besarnya ke selatan dan Turki, Rusia belum membangun jaringan kereta api ke arah itu, dan komunikasi buruk. Birokrasi tidak siap menghadapi perang yang penuh dengan korupsi, korupsi, dan inefisiensi. Angkatan Laut memiliki sedikit perwira yang kompeten, jajarannya kurang terlatih dan yang terpenting kapalnya sudah ketinggalan zaman; Angkatan Darat, meskipun sangat besar, hanya bagus untuk parade, menderita karena kolonel yang mengantongi gaji anak buahnya, moral yang buruk, dan bahkan lebih jauh dari teknologi terbaru yang dikembangkan oleh Inggris dan Prancis. Menjelang akhir perang, para pemimpin Rusia bertekad untuk mereformasi militer dan masyarakat mereka. Seperti yang dicatat Fuller, "Rusia telah dipukuli di semenanjung Krimea, dan militer khawatir bahwa Rusia pasti akan dipukuli lagi kecuali diambil langkah-langkah untuk mengatasi kelemahan militernya."
Ibu kota Perusahaan Rusia-Amerika di New
Archangel (sekarang Sitka, Alaska) pada tahun 1837
Seorang pria yang sangat militeristik, Nicholas
menganggap Angkatan Darat sebagai institusi terbaik dan terhebat di Rusia dan
sebagai model bagi masyarakat, dengan mengatakan:
"Di sini [di Angkatan Darat] ada
keteraturan. ... Semua hal mengalir secara logis satu sama lain. Tidak seorang
pun di sini memerintah tanpa terlebih dahulu belajar untuk patuh. Tidak seorang
pun naik di atas orang lain kecuali melalui sistem yang jelas. Semuanya tunduk
pada a satu tujuan yang ditentukan dan semuanya memiliki peruntukannya yang
tepat. Itulah sebabnya saya akan selalu memegang gelar prajurit dengan
penghargaan tertinggi. Saya menganggap kehidupan manusia sebagai pelayanan
karena setiap orang harus mengabdi."
Nicholas sering jengkel dengan lambatnya
birokrasi Rusia dan memiliki preferensi yang jelas untuk menunjuk jenderal dan
laksamana ke peringkat pemerintahan yang tinggi karena dianggap efisiensi,
mengabaikan atau mengabaikan apakah mereka benar-benar memenuhi syarat untuk
peran tersebut atau tidak. Dari pria yang menjabat sebagai menteri Nicholas,
61% sebelumnya menjabat sebagai jenderal atau laksamana. Nicholas suka menunjuk
jenderal yang pernah melihat pertempuran, dan setidaknya 30 orang yang menjabat
sebagai menteri di bawahnya telah melihat aksi dalam perang melawan Prancis,
Kekaisaran Ottoman, dan Swedia. Hal ini terbukti menjadi cacat dalam arti bahwa
sifat-sifat yang dapat membuat seseorang menonjol di medan perang seperti
keberanian tidak serta merta membuat seseorang mampu menjalankan pelayanan.
Kasus yang paling terkenal adalah Pangeran Alexander Sergeyevich Menshikov,
seorang komandan brigade yang kompeten di Angkatan Darat Kekaisaran yang
membuktikan dirinya sebagai menteri Angkatan Laut. Dari para menteri Kaisar,
78% adalah etnis Rusia, 9,6% adalah orang Jerman Baltik sedangkan sisanya
adalah orang asing yang bertugas di Rusia. Dari orang-orang yang menjabat sebagai
menteri di bawah Nicholas, 14 telah lulus dari universitas sementara 14 lainnya
telah lulus dari sekolah menengah atau gimnasium, sisanya dididik oleh tutor
pribadi.
- Eropa
Dalam kebijakan luar negeri, Nicholas I bertindak sebagai pelindung legitimisme yang berkuasa dan sebagai pelindung terhadap revolusi. Sering dicatat bahwa kebijakan semacam itu dikaitkan dengan sistem kontra-revolusioner Metternich melalui duta besar Austria Count Karl Ludwig von Ficquelmont. Tawaran Nicholas untuk menekan revolusi di benua Eropa, mencoba mengikuti pola yang ditetapkan oleh kakak tertuanya, Alexander I, membuatnya mendapatkan label "gendarme of Europe".
Segera setelah suksesi, Nicholas mulai
membatasi kebebasan yang ada di bawah monarki konstitusional di Kongres
Polandia. Nicholas sangat marah ketika mengetahui pemberontakan Belgia melawan
Belanda pada tahun 1830 dan memerintahkan Angkatan Darat Rusia untuk melakukan
mobilisasi. Nicholas kemudian mengajukan petisi kepada duta besar Prusia agar
pasukan Rusia diberikan hak transit untuk berbaris melintasi Eropa dan
memulihkan hegemoni Belanda atas Belgia. Tetapi pada saat yang sama, wabah
kolera menghancurkan Angkatan Darat Rusia dan pemberontakan di Polandia
mengikat tentara Rusia yang mungkin dikerahkan untuk melawan Belgia. Tampaknya
sikap hawkish Nicholas bukanlah awal yang tulus menuju invasi ke Negara Rendah,
melainkan upaya untuk menekan kekuatan Eropa lainnya. Nicholas menjelaskan
bahwa dia hanya akan bertindak jika Prusia dan Inggris juga berpartisipasi
karena dia takut invasi Rusia ke Belgia akan menyebabkan perang dengan Prancis.
Bahkan sebelum Polandia bangkit, Nicholas telah membatalkan rencananya untuk
menyerang Belgia karena menjadi jelas bahwa baik Inggris maupun Prusia tidak akan
bergabung sementara Prancis secara terbuka mengancam perang jika Nicholas
berbaris. Pada tahun 1815, Nicholas tiba di Prancis, di mana dia tinggal
bersama duc d'Orleans, yang segera menjadi salah satu sahabatnya, dengan sang
grand duke terkesan dengan kehangatan, kecerdasan, sopan santun, dan keanggunan
pribadi duc. Bagi Nicholas, karakter terburuk adalah bangsawan yang mendukung
liberalisme, dan ketika duc d'Orleans menjadi raja Prancis sebagai Louis
Philippe I dalam revolusi Juli 1830, Nicholas menganggap ini sebagai
pengkhianatan pribadi, percaya bahwa temannya telah pergi. lebih karena dia
melihatnya ke sisi gelap revolusi dan liberalisme. Nicholas membenci
Louis-Philippe, yang menyebut dirinya Le roi citoyen ("Raja Rakyat")
sebagai seorang bangsawan pemberontak dan "perampas kekuasaan", dan
kebijakan luar negerinya mulai tahun 1830 terutama anti-Prancis, berdasarkan
pada menghidupkan kembali koalisi yang telah ada selama Era Napoleon Rusia,
Prusia, Austria dan Inggris, untuk mengisolasi Prancis.Nicholas membenci
Louis-Philippe sampai-sampai dia menolak untuk menggunakan namanya, menyebut
dia hanya sebagai "perampas".Inggris tidak mau bergabung dengan
koalisi anti-Prancis, tetapi Nicholas berhasil memperkuat hubungan dekat yang
ada dengan Austria dan Prusia dan tiga negara kekaisaran secara teratur
mengadakan tinjauan militer bersama selama ini. [51] Untuk sebagian besar tahun
1830-an, semacam "perang dingin" terjadi antara "blok
barat" liberal Prancis dan Inggris vs. "blok timur" reaksioner
Austria, Prusia, dan Rusia.
Setelah Pemberontakan November pecah, pada tahun 1831 parlemen Polandia menggulingkan Nicholas sebagai raja Polandia sebagai tanggapan atas pembatasan berulang kali atas hak konstitusionalnya. Nicholas bereaksi dengan mengirim pasukan Rusia ke Polandia dan secara brutal menumpas pemberontakan. Nicholas kemudian melanjutkan untuk membatalkan konstitusi Polandia secara keseluruhan dan mereduksi Polandia menjadi status provinsi yang disebut Tanah Vistula. Segera setelah itu, Nicholas memulai kebijakan untuk menindas budaya Polandia yang dimulai dengan menindas Gereja Katolik Polandia. Pada tahun 1840-an, Nicholas mengurangi 64.000 bangsawan Polandia menjadi rakyat jelata.
Pada tahun 1848, ketika serangkaian revolusi
mengguncang Eropa, Nicholas berada di garis depan reaksionisme. Pada tahun
1849, dia membantu Habsburg menekan revolusi di Hongaria, dan dia juga mendesak
Prusia untuk tidak mengadopsi konstitusi liberal.
- Kekaisaran
Ottoman dan Persia
Sementara Nicholas berusaha mempertahankan
status quo di Eropa, dia mengikuti kebijakan yang agak lebih agresif terhadap
kerajaan tetangga di selatan, Kekaisaran Ottoman dan Persia. Nicholas dipercaya
secara luas pada saat itu mengikuti kebijakan tradisional Rusia untuk
menyelesaikan apa yang disebut Pertanyaan Timur dengan berusaha membagi
Kekaisaran Ottoman dan mendirikan protektorat atas penduduk Ortodoks di Balkan,
yang sebagian besar masih berada di bawah kendali Ottoman pada tahun 1820-an.
Faktanya, Nicholas sangat berkomitmen untuk menegakkan status quo di Eropa dan
takut setiap upaya untuk melahap Kekaisaran Ottoman yang membusuk akan
mengecewakan sekutunya Austria, yang juga memiliki kepentingan di Balkan, dan
menghasilkan koalisi Inggris-Prancis untuk mempertahankan Ottoman. Selanjutnya,
dalam perang tahun 1828–29, Rusia mengalahkan Ottoman dalam setiap pertempuran
yang terjadi di lapangan dan maju jauh ke Balkan, tetapi Rusia menemukan bahwa
mereka tidak memiliki kekuatan logistik yang diperlukan untuk merebut
Konstantinopel.
Pertempuran Navarino, pada bulan Oktober
1827, menandai berakhirnya pemerintahan Utsmaniyah di Yunani.
Kebijakan Nicholas terhadap Kesultanan
Utsmaniyah adalah menggunakan Perjanjian Küçük Kaynarca tahun 1774 yang memberi
Rusia hak samar-samar sebagai pelindung masyarakat Ortodoks di Balkan, sebagai
cara menempatkan Kesultanan Utsmaniyah ke dalam lingkup pengaruh Rusia, yang
dirasakan menjadi tujuan yang lebih dapat dicapai daripada menaklukkan seluruh
Kekaisaran Ottoman. Nicholas sebenarnya ingin mempertahankan Kesultanan Utsmaniyah
sebagai negara yang stabil namun lemah yang tidak akan mampu melawan Rusia yang
dirasa melayani kepentingan Rusia. Nicholas selalu menganggap Rusia sebagai
kekuatan Eropa pertama dan terutama dan menganggap Eropa lebih penting daripada
Timur Tengah. Menteri Luar Negeri Rusia Karl Nesselrode menulis surat kepada
duta besarnya di Konstantinopel Nikolai Muravyov bahwa kemenangan Muhammad Ali
dari Mesir atas Mahmud II akan mengarah pada dinasti baru yang memerintah
Kekaisaran Ottoman. Nesselrode melanjutkan bahwa jika Muhammad Ali yang mampu
menjadi sultan maka "dapat, dengan pengangkatan tokoh baru ke tahta Turki,
menghidupkan kembali kekuatan baru di kekaisaran yang merosot itu dan
mengalihkan perhatian dan kekuatan kita dari urusan Eropa, dan dengan demikian
raja [Nicholas ] sangat peduli untuk menjaga sultan di singgasananya yang
terhuyung-huyung." Pada saat yang sama, Nicholas berpendapat bahwa karena
selat Turki memiliki kepentingan ekonomi bagi Rusia, di mana Rusia mengekspor
biji-bijiannya, maka Rusia memiliki "hak" untuk campur tangan dalam
urusan Ottoman. Pada tahun 1833, Nicholas memberi tahu duta besar Austria Karl
Ludwig von Ficquelmont bahwa "Urusan Timur di atas segalanya adalah urusan
Rusia." Pada saat yang sama ketika Nicholas mengklaim Kekaisaran Ottoman
berada dalam lingkup pengaruh Rusia, dia menjelaskan bahwa dia tidak tertarik
untuk mencaplok kekaisaran. Pada pertemuan lain dengan Ficquelmont pada tahun
1833, Nicholas, berbicara dengan "Proyek Yunani" Catherine yang Agung
dalam pikirannya berkata: "Saya tahu semua yang telah dikatakan tentang
proyek Permaisuri Catherine, dan Rusia telah meninggalkan tujuan yang telah dia
tetapkan keluar. Saya ingin mempertahankan kekaisaran Turki... Jika jatuh, saya
tidak menginginkan puing-puingnya. Saya tidak membutuhkan apa pun." Pada
akhirnya, kebijakan Nicholas di Timur Dekat terbukti mahal dan sebagian besar
sia-sia.
Penangkapan benteng Erivan oleh pasukan
Rusia di bawah kepemimpinan Ivan Paskevich pada tahun 1827 selama Perang Rusia-Persia
Pada tahun 1826–28, Nicholas berperang dalam
Perang Rusia-Persia (1826–28), yang berakhir dengan Persia terpaksa menyerahkan
wilayah terakhirnya yang tersisa di Kaukasus. Rusia telah menaklukkan semua
wilayah Iran di Kaukasus Utara dan Kaukasus Selatan, yang terdiri dari Georgia
modern, Dagestan, Armenia, dan Azerbaijan, sepanjang abad ke-19. Perjanjian
tersebut lebih lanjut mengakui ekstrateritorialitas untuk mata pelajaran Rusia
di Iran (kapitulasi). Seperti yang ditambahkan oleh Profesor Virginia Aksan,
Perjanjian Turkmenchay tahun 1828 "menyingkirkan Iran dari persamaan
militer."
Rusia berperang dengan sukses melawan Ottoman
pada tahun 1828–29, tetapi tidak banyak membantu meningkatkan kekuatan Rusia di
Eropa. Hanya negara kecil Yunani yang merdeka di Balkan, dengan pengaruh Rusia
yang terbatas. Pada tahun 1833, Rusia menegosiasikan Perjanjian Unkiar-Skelessi
dengan Kekaisaran Ottoman. Pihak-pihak besar Eropa secara keliru percaya bahwa
perjanjian itu berisi klausul rahasia yang memberi Rusia hak untuk transit
kapal perang melalui selat Bosphorus dan Dardanella. Kesalahpahaman ini
menyebabkan Konvensi Selat London tahun 1841, yang menegaskan kendali
Utsmaniyah atas selat tersebut dan melarang kekuatan apa pun, termasuk Rusia,
mengirim kapal perang melalui selat tersebut. Didukung oleh perannya dalam
menekan revolusi tahun 1848 serta keyakinannya yang salah bahwa dia dapat
mengandalkan dukungan diplomatik Inggris, Nicholas bergerak melawan Ottoman,
yang menyatakan perang terhadap Rusia pada 8 Oktober 1853. Pada tanggal 30
November, Laksamana Rusia Nakhimov menangkap Turki armada di pelabuhan di
Sinope dan menghancurkannya.
Khawatir akan hasil kekalahan total Ottoman
oleh Rusia, pada tahun 1854 Inggris, Prancis, Kerajaan Sardinia membentuk
koalisi militer dan bergabung dengan Kekaisaran Ottoman melawan Rusia. Konflik
sebelumnya dikenal sebagai Perang Krimea di Kesultanan Utsmaniyah dan Eropa
Barat, tetapi di Rusia diberi label "Perang Timur" (Rusia: Восточная
война, Vostochnaya Vojna). Pada April 1854, Austria menandatangani pakta
pertahanan dengan Prusia. Dengan demikian, Rusia menemukan dirinya dalam perang
dengan setiap Kekuatan Besar Eropa baik yang bersekutu melawannya secara
militer atau diplomatik.
Panel interior kotak cermin memperingati pertemuan
tahun 1838 putra mahkota Iran Naser al-Din Mirza (kemudian, Shah) dan Tsar
Nicholas I dari Rusia di Erivan di Oblast Armenia. Adegan di tengah menunjukkan
pangeran berusia tujuh tahun duduk di pangkuan tsar, ditemani rombongan. Dibuat
oleh Mohammad Esmail Esfahani di Teheran, bertanggal 1854
Pada tahun 1853 Mikhail Pogodin, profesor
sejarah di Universitas Moskow, menulis sebuah memorandum kepada Nicholas.
Nicholas sendiri membaca teks Pogodin dan dengan senang hati berkomentar:
"Itulah intinya." Menurut sejarawan Orlando Figes, "Memorandum
itu jelas cocok dengan Nicholas, yang berbagi perasaan Pogodin bahwa peran
Rusia sebagai pelindung Ortodoks belum diakui atau dipahami dan bahwa Rusia
diperlakukan tidak adil oleh Barat." Pogodin menulis:
Prancis mengambil Aljazair dari Turki, dan
hampir setiap tahun Inggris menganeksasi kerajaan India lainnya: tidak ada yang
mengganggu keseimbangan kekuasaan; tetapi ketika Rusia menduduki Moldavia dan
Wallachia, meski hanya sementara, itu mengganggu keseimbangan kekuatan. Prancis
menduduki Roma dan tinggal di sana beberapa tahun selama masa damai: itu bukan
apa-apa; tetapi Rusia hanya berpikir untuk menduduki Konstantinopel, dan
perdamaian Eropa terancam. Inggris menyatakan perang terhadap Cina, yang
tampaknya telah menyinggung mereka: tidak ada yang berhak campur tangan; tetapi
Rusia wajib meminta izin kepada Eropa jika bertengkar dengan tetangganya.
Inggris mengancam Yunani untuk mendukung klaim palsu dari seorang Yahudi yang
menyedihkan dan membakar armadanya: itu adalah tindakan yang sah; tetapi Rusia
menuntut perjanjian untuk melindungi jutaan orang Kristen, dan itu dianggap
memperkuat posisinya di Timur dengan mengorbankan perimbangan kekuatan. Kita
tidak bisa mengharapkan apapun dari Barat kecuali kebencian dan kedengkian
buta...
Memorandum
Mikhail Pogodin kepada Nicholas I, 1853
Austria menawarkan dukungan diplomatik Ottoman,
dan Prusia tetap netral, sehingga meninggalkan Rusia tanpa sekutu di benua itu.
Sekutu Eropa mendarat di Krimea dan mengepung Pangkalan Angkatan Laut
Sevastopol Rusia yang dibentengi dengan baik. Rusia kalah dalam pertempuran di
Alma pada bulan September 1854 dan kemudian di Balaklava dan Inkerman. Setelah
Pengepungan Sevastopol (1854–55) yang berkepanjangan (1854–55), pangkalan itu
jatuh, memperlihatkan ketidakmampuan Rusia untuk mempertahankan benteng besar
di tanahnya sendiri. Setelah kematian Nicholas I, Alexander II menjadi Tsar.
Pada tanggal 15 Januari 1856, tsar baru membawa Rusia keluar dari perang dengan
persyaratan yang sangat tidak menguntungkan, termasuk hilangnya armada angkatan
laut di Laut Hitam.
- Kematian
Nicholas I di ranjang kematiannya (1855)
Nicholas meninggal pada tanggal 2 Maret 1855,
selama Perang Krimea, di Istana Musim Dingin di St. Dia kedinginan, menolak perawatan
medis dan meninggal karena pneumonia, meskipun ada desas-desus bahwa dia
melakukan bunuh diri pasif dengan menolak perawatan. Ia dimakamkan di Katedral
Peter dan Paul di St. Petersburg. Dia memerintah selama 30 tahun, dan
digantikan oleh putranya Alexander II.
- Warisan
Ada banyak vonis yang memberatkan atas
pemerintahan dan warisan Nicholas. Di akhir hayatnya, salah satu pegawai negeri
yang paling setia, A.V. Nikitenko, berpendapat, "kegagalan utama
pemerintahan Nicholas Pavlovich adalah bahwa itu semua adalah kesalahan."
Namun, dari waktu ke waktu, upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali reputasi
Nicholas. Sejarawan Barbara Jelavich, di sisi lain, menunjukkan banyak
kegagalan, termasuk "keadaan bencana keuangan Rusia", tentara yang
tidak dilengkapi dengan baik, sistem transportasi yang tidak memadai, dan
birokrasi "yang dicirikan oleh korupsi, korupsi, dan inefisiensi."
Universitas Kiev didirikan pada tahun 1834 oleh
Nicholas. Pada tahun 1854, ada 3.600 mahasiswa di Rusia, 1.000 lebih sedikit
dibandingkan tahun 1848. Sensor ada di mana-mana; sejarawan Hugh Seton-Watson
berkata, "suasana intelektual tetap menindas hingga akhir masa
pemerintahan."
Sebagai seorang musafir di Spanyol, Italia, dan
Rusia, orang Prancis Marquis de Custine mengatakan dalam bukunya yang banyak
dibaca Empire of the Czar: A Journey Through Eternal Russia bahwa, di dalam,
Nicholas adalah orang yang baik, dan berperilaku seperti itu hanya karena dia
percaya dia harus: "Jika Kaisar tidak memiliki lebih banyak belas kasihan
di hatinya daripada yang dia ungkapkan dalam kebijakannya, maka saya kasihan
pada Rusia; jika, di sisi lain, perasaannya yang sebenarnya benar-benar lebih
unggul dari tindakannya, maka saya kasihan pada Kaisar. ."
Tokoh Nicholas dalam legenda urban tentang
Kereta Api Saint Petersburg–Moskow. Ketika itu direncanakan pada tahun 1842,
dia diduga menuntut penggunaan jalur terpendek meskipun ada hambatan besar di
jalan. Cerita mengatakan dia menggunakan penggaris untuk menggambar garis lurus
sendiri. Namun cerita bohong tersebut menjadi populer baik di dalam maupun luar
negeri sebagai penjelasan betapa buruknya pemerintahan negara tersebut. Namun,
pada tahun 1870-an, orang Rusia menceritakan versi yang berbeda, mengklaim
bahwa tsar bijaksana untuk mengatasi kepentingan lokal yang menginginkan rel
kereta api dialihkan ke sana kemari. Apa yang sebenarnya terjadi adalah jalan
itu ditata oleh para insinyur dan dia mendukung saran mereka untuk membangun
dalam garis lurus.
·
Aleksandr II
Alexander II Алекса́ндр II Никола́евич |
Kaisar Alexander II |
Kaisar Rusia |
Pemerintahan
: 2 Maret 1855 – 13 Maret 1881 Penobatan
: 7 September 1856 Pendahulu
: Nicholas I Penerus
: Alexander III |
Lahir :
29 April 1818, Kremlin Moskow, Moskow,
Kegubernuran Moskow, Kekaisaran Rusia Meninggal
: 13 Maret 1881 (umur 62), Istana Musim Dingin, St. Petersburg, Kekaisaran
Rusia Katedral
Pemakaman Peter dan Paul, St. Petersburg, Kekaisaran Rusia Pasangan
: Maria Alexandrovna (Marie dari Hesse)
Masalah
diantara yang lain... Ø Adipati
Agung Alexandra Ø Nicholas,
Tsarevich dari Rusia Ø Alexander
III, Kaisar Rusia Ø Adipati
Agung Vladimir Ø Adipati
Agung Alexei Ø Maria,
Duchess of Saxe-Coburg dan Gotha Ø Adipati
Agung Sergei Ø Adipati
Agung Paul dilegitimasi: Ø Pangeran
George Yurievsky Ø Putri
Olga Yuryevskaya Ø Putri
Catherine Yuryevskaya |
Nama : Alexander
Nikolaevich Romanov Rumah :
Holstein-Gottorp-Romanov Ayah : Nicholas
I dari Rusia Ibu : Alexandra Feodorovna (Charlotte dari Prusia) Agama :
Ortodoks Rusia |
Alexander II (Bahasa
Rusia: Алекса́ндр II Никола́евич, tr. Aleksándr II Nikoláyevich, IPA: [ɐlʲɪˈksandr
ftɐˈroj nʲɪkɐˈlajɪvʲɪtɕ]; 29 April 1818 – 13 Maret 1881)[a] adalah Kaisar Agung
Finlandia, Raja Finlandia 2 Maret dan Adipati Rusia 1855 sampai pembunuhannya
pada tahun 1881.
Reformasi Alexander yang paling signifikan
sebagai kaisar adalah emansipasi budak Rusia pada tahun 1861, di mana ia
dikenal sebagai Alexander sang Pembebas (bahasa Rusia: Алекса́ндр
Освободи́тель, tr. Aleksándr Osvobodytel, IPA: [ɐlʲɪˈksandr ɐsvəbɐˈdʲitʲɪɪlitʲ]).
Tsar bertanggung jawab atas reformasi lainnya, termasuk reorganisasi sistem
peradilan, mengangkat hakim lokal terpilih, menghapus hukuman fisik,
mempromosikan pemerintahan sendiri lokal melalui sistem zemstvo, memberlakukan
wajib militer universal, mengakhiri beberapa hak istimewa kaum bangsawan, dan
mempromosikan pendidikan universitas. . Setelah upaya pembunuhan pada tahun
1866, Alexander mengambil sikap yang lebih konservatif sampai kematiannya.
Alexander beralih ke kebijakan luar negeri dan
menjual Alaska ke Amerika Serikat pada tahun 1867, karena takut koloni
terpencil itu akan jatuh ke tangan Inggris jika terjadi perang lagi. Dia
mencari perdamaian, menjauh dari Prancis yang suka berperang ketika Napoleon
III jatuh pada tahun 1871, dan pada tahun 1872 bergabung dengan Jerman dan
Austria di Liga Tiga Kaisar yang menstabilkan situasi Eropa. Terlepas dari
kebijakan luar negerinya yang pasifis, ia berperang singkat dengan Kekaisaran
Ottoman pada tahun 1877–1878, yang menyebabkan kemerdekaan negara-negara
Bulgaria, Montenegro, Rumania, dan Serbia, melanjutkan ekspansi lebih lanjut ke
Timur Jauh dan Kaukasus, dan menaklukkan Turkestan. juga menyetujui rencana
yang mengarah ke genosida Sirkasia. Meski kecewa dengan hasil Kongres Berlin tahun
1878, Alexander mematuhi kesepakatan itu. Di antara tantangan domestik
terbesarnya adalah pemberontakan di Polandia pada tahun 1863, yang dia tanggapi
dengan melucuti tanah itu dari konstitusinya yang terpisah dan memasukkannya
langsung ke Rusia. Alexander mengusulkan reformasi parlementer tambahan untuk
melawan kebangkitan gerakan revolusioner dan anarkis yang baru lahir ketika dia
dibunuh pada tahun 1881.
- Masa muda
Lahir di Moskwa, Alexander Nikolayevich adalah
putra sulung Nicholas I dari Rusia dan Charlotte dari Prusia (putri sulung
Frederick William III dari Prusia dan Louise dari Mecklenburg-Strelitz).
Kehidupan awalnya memberikan sedikit indikasi tentang potensi utamanya; sampai
saat pengangkatannya pada tahun 1855, pada usia 37 tahun, hanya sedikit
[kuantifikasi] yang membayangkan bahwa anak cucu akan mengenalnya karena
menerapkan reformasi paling menantang yang dilakukan di Rusia sejak masa
pemerintahan Peter yang Agung.
Grand prince Alexander Nikolaevich, 1830
Pamannya Kaisar Alexander I meninggal tanpa
anak. Adipati Agung Konstantin, adik laki-laki berikutnya dari Alexander I,
sebelumnya telah melepaskan haknya atas takhta Rusia. Jadi, ayah Alexander,
yang merupakan putra ketiga dari Paul I, menjadi Kaisar yang baru; dia mengambil
nama Nicholas I. Saat itu, Alexander menjadi Tsarevich sebagai pewaris takhta
ayahnya.
Pendidikan tsarevich sebagai kaisar masa depan terjadi di bawah pengawasan penyair romantis liberal dan penerjemah berbakat Vasily Zhukovsky, yang menguasai banyak topik dan menjadi akrab dengan bahasa utama Eropa modern. Tidak seperti biasanya, Alexander muda melakukan tur enam bulan di Rusia (1837), mengunjungi 20 provinsi di negara itu. Dia juga mengunjungi banyak negara Eropa Barat terkemuka pada tahun 1838 dan 1839. Sebagai Tsesarevich, Alexander menjadi pewaris Romanov pertama yang mengunjungi Siberia (1837). Saat berkeliling Rusia, dia juga berteman dengan penyair Alexander Herzen yang diasingkan dan memaafkannya. Melalui pengaruh Herzen, tsarevich kemudian menghapus perbudakan di Rusia.
Pada tahun 1839, ketika orang tuanya mengirimnya berkeliling Eropa, dia bertemu dengan Ratu Victoria yang berusia dua puluh tahun dan keduanya jatuh cinta. Simon Sebag Montefiore berspekulasi bahwa romansa kecil muncul. Pernikahan seperti itu, bagaimanapun, tidak akan berhasil, karena Alexander bukanlah pangeran kecil Eropa dan akan mewarisi takhta sendiri. Pada tahun 1847, Alexander menyumbangkan uang ke Irlandia selama Kelaparan Besar.
Dia digambarkan seperti orang Jerman, agak
pasifis, perokok berat dan pemain kartu.
- Memerintah
Didorong oleh opini publik, Alexander memulai
periode reformasi radikal, termasuk upaya untuk tidak bergantung pada
aristokrasi tanah yang mengendalikan orang miskin, upaya mengembangkan sumber
daya alam Rusia, dan mereformasi semua cabang pemerintahan.
Prosesi Alexander II ke Katedral Asumsi dari
Serambi Merah selama penobatannya
- Reformasi
Boris Chicherin (1828-1904) adalah seorang
filsuf politik yang percaya bahwa Rusia membutuhkan pemerintahan Alexander yang
kuat dan berwibawa untuk memungkinkan reformasi. Dia memuji Alexander atas berbagai
reformasi fundamentalnya, dengan alasan bahwa tsar adalah:
Penobatan Kaisar Alexander II dan Permaisuri
Maria Alexandrovna pada 26 Agustus/7 September 1856 di Katedral Tertidurnya
Kremlin Moskwa, dilukis oleh Mihály Zichy. Lukisan itu menggambarkan momen
ketika Kaisar menobatkan Permaisuri.
dipanggil untuk melaksanakan salah satu tugas
tersulit yang dapat dihadapi oleh penguasa otokratis: untuk sepenuhnya merombak
negara besar yang telah dipercayakan kepadanya, untuk menghapus tatanan kuno
yang didasarkan pada perbudakan, untuk menggantikannya dengan kesopanan dan
kebebasan sipil, untuk menegakkan keadilan di negara yang tidak pernah mengenal
arti legalitas, untuk mendesain ulang seluruh administrasi, untuk
memperkenalkan kebebasan pers dalam konteks otoritas yang tak terbendung, untuk
menghidupkan kekuatan baru di setiap kesempatan dan meletakkannya di atas
landasan hukum yang kokoh , untuk menempatkan masyarakat yang tertekan dan
terhina, dan memberinya kesempatan untuk melenturkan ototnya.
- Emansipasi
para budak
Alexander II naik tahta setelah kematian ayahnya pada tahun 1855. Sebagai Tsarevich, dia adalah pendukung yang antusias dari kebijakan reaksioner ayahnya. Artinya, dia selalu mematuhi penguasa otokratis. Tapi sekarang dia sendiri adalah penguasa otokratis, dan sepenuhnya bermaksud untuk memerintah sesuai dengan apa yang menurutnya paling baik. Dia menolak langkah apa pun untuk membentuk sistem parlementer yang akan mengekang kekuasaannya. Dia mewarisi kekacauan besar yang ditimbulkan oleh ketakutan ayahnya akan kemajuan selama masa pemerintahannya. Banyak keluarga kerajaan lain di Eropa juga tidak menyukai Nicholas I, yang meluas hingga ketidakpercayaan terhadap dinasti Romanov itu sendiri. Meski begitu, tidak ada orang yang lebih siap untuk membawa negara selain Alexander II. Tahun pertama pemerintahannya dikhususkan untuk penuntutan Perang Krimea dan, setelah jatuhnya Sevastopol, untuk negosiasi perdamaian yang dipimpin oleh penasihat tepercaya, Pangeran Alexander Gorchakov. Negara telah kelelahan dan dipermalukan oleh perang. Suap, pencurian dan korupsi merajalela.
Reformasi Emansipasi tahun 1861 menghapus perbudakan di perkebunan pribadi di seluruh Kekaisaran Rusia. Hamba memperoleh hak penuh sebagai warga negara bebas, termasuk hak untuk menikah tanpa harus mendapatkan persetujuan, memiliki properti, dan memiliki bisnis. Langkah itu adalah yang pertama dan terpenting dari reformasi liberal yang dibuat oleh Alexander II.
Pemilik tanah Polandia di provinsi Lituania
mengajukan petisi dengan harapan bahwa hubungan mereka dengan para budak dapat
diatur dengan cara yang lebih memuaskan bagi para pemilik. Alexander II
mengesahkan pembentukan komite "untuk memperbaiki kondisi para
petani," dan menetapkan prinsip-prinsip yang harus dilakukan perbaikan.
Tanpa berkonsultasi dengan penasihat biasa, Alexander memerintahkan Menteri
Dalam Negeri untuk mengirimkan surat edaran kepada gubernur provinsi Rusia
Eropa (perbudakan jarang terjadi di bagian lain) yang berisi salinan instruksi
yang diteruskan ke Gubernur Jenderal Lituania, memuji apa yang seharusnya murah
hati, niat patriotik dari pemilik tanah Lituania, dan menyarankan bahwa mungkin
pemilik tanah dari provinsi lain mungkin mengungkapkan keinginan yang sama.
Petunjuk diambil: di semua provinsi di mana perbudakan ada, komite emansipasi
dibentuk.
Meninggalkan gereja di Pskov, 1864
Emansipasi bukanlah tujuan sederhana yang dapat dicapai secara instan melalui dekrit kekaisaran. Isinya masalah rumit, sangat mempengaruhi masa depan ekonomi, sosial, dan politik bangsa. Alexander harus memilih di antara langkah-langkah berbeda yang direkomendasikan kepadanya dan memutuskan, apakah para budak akan menjadi buruh tani yang bergantung secara ekonomi dan administratif pada tuan tanah, atau apakah para budak akan diubah menjadi kelas pemilik komunal yang mandiri. Kaisar memberikan dukungannya pada proyek terakhir, dan kaum tani Rusia menjadi salah satu kelompok petani terakhir di Eropa yang melepaskan perbudakan. Arsitek manifesto emansipasi adalah saudara laki-laki Alexander, Konstantin, Yakov Rostovtsev, dan Nikolay Milyutin. Pada tanggal 3 Maret 1861, enam tahun setelah pengangkatannya, undang-undang emansipasi ditandatangani dan diterbitkan.
- Reformasi
tambahan
Sejumlah reformasi baru diikuti di berbagai
bidang. Tsar menunjuk Dmitry Milyutin untuk melakukan reformasi signifikan di
angkatan bersenjata Rusia. Perubahan penting lebih lanjut dibuat mengenai
industri dan perdagangan, dan kebebasan baru yang diberikan menghasilkan
sejumlah besar perseroan terbatas. Rencana dibentuk untuk membangun jaringan
kereta api yang besar, sebagian untuk mengembangkan sumber daya alam negara,
dan sebagian lagi untuk meningkatkan kekuatan pertahanan dan serangannya.
Cek senilai US$7,2 juta digunakan untuk
membayar Alaska Rusia pada tahun 1867
Reformasi militer termasuk wajib militer
universal, diperkenalkan untuk semua kelas sosial pada tanggal 1 Januari 1874.
Sebelum peraturan baru, mulai tahun 1861, wajib militer diberlakukan hanya
untuk kaum tani. Wajib militer adalah 25 tahun untuk budak yang dirancang oleh
pemilik tanah mereka, yang secara luas dianggap sebagai hukuman seumur hidup.
Reformasi militer lainnya termasuk perluasan pasukan cadangan dan sistem
distrik militer, yang membagi negara Rusia menjadi 15 distrik militer, sebuah
sistem yang masih digunakan lebih dari seratus tahun kemudian. Pembangunan rel
kereta api strategis dan penekanan pada pendidikan militer korps perwira
terdiri dari reformasi lebih lanjut. Hukuman fisik di militer dan mencap
tentara sebagai hukuman dilarang. Sebagian besar reformasi militer yang penting
diberlakukan sebagai akibat dari penampilan buruk dalam Perang Krimea.
Administrasi yudisial baru (1864), berdasarkan model Prancis, memperkenalkan keamanan kepemilikan. Hukum pidana baru dan sistem acara perdata dan pidana yang sangat disederhanakan juga mulai berlaku. Reorganisasi peradilan terjadi untuk memasukkan persidangan di pengadilan terbuka, dengan hakim diangkat seumur hidup, sistem juri, dan pembentukan hakim perdamaian untuk menangani pelanggaran ringan di tingkat lokal. Sejarawan hukum Sir Henry Maine memuji Alexander II dengan upaya besar pertama sejak zaman Grotius untuk mengkodifikasi dan memanusiakan penggunaan perang.
Birokrasi Alexander melembagakan skema rumit
pemerintahan sendiri lokal (zemstvo) untuk distrik pedesaan (1864) dan
kota-kota besar (1870), dengan majelis elektif memiliki hak perpajakan
terbatas, dan polisi pedesaan dan kota baru di bawah arahan Menteri Dalam
Negeri.
Di bawah aturan Alexander, orang Yahudi tidak
dapat memiliki tanah, dan dilarang bepergian. Namun pajak khusus untuk orang
Yahudi dihapuskan dan mereka yang lulus dari sekolah menengah diizinkan untuk
tinggal di luar Pale of Settlement, dan memenuhi syarat untuk pekerjaan negara.
Sejumlah besar orang Yahudi terpelajar pindah secepat mungkin ke Moskow, Saint
Petersburg, dan kota-kota besar lainnya.
Koloni Alaska kehilangan uang, dan tidak
mungkin bertahan di masa perang melawan Inggris, jadi pada tahun 1867 Rusia
menjual Alaska ke Amerika Serikat seharga $7,2 juta (setara dengan $140 juta
dalam dolar tahun 2021). Administrator Rusia, tentara, pemukim, dan beberapa
pendeta kembali ke rumah. Yang lain tinggal untuk melayani umat paroki asli
mereka, yang tetap menjadi anggota Gereja Ortodoks Rusia hingga abad ke-21.
- Reaksi
setelah 1866
Alexander mempertahankan jalan yang umumnya
liberal. Radikal mengeluh dia tidak bertindak cukup jauh, dan dia menjadi
sasaran berbagai rencana pembunuhan. Dia selamat dari upaya yang terjadi pada
tahun 1866, 1879, dan 1880. Akhirnya 13 Maret [O.S. 1 Maret] 1881, pembunuh
yang diorganisir oleh partai Narodnaya Volya (Keinginan Rakyat) membunuhnya
dengan bom. Kaisar pada hari sebelumnya telah menandatangani konstitusi
Loris-Melikov, yang akan membentuk dua komisi legislatif yang terdiri dari
perwakilan yang dipilih secara tidak langsung, jika tidak dicabut oleh
penggantinya yang reaksioner, Alexander III.
Percobaan pembunuhan pada tahun 1866 memulai periode
yang lebih konservatif yang berlangsung sampai kematiannya. Tsar membuat
serangkaian penunjukan baru, menggantikan menteri liberal dengan konservatif.
Di bawah Menteri Pendidikan Dmitry Tolstoy, kursus universitas liberal dan mata
pelajaran yang mendorong pemikiran kritis digantikan oleh kurikulum yang lebih
tradisional, dan sejak tahun 1871 hanya siswa dari sekolah gimnaziya yang dapat
melanjutkan ke universitas. Pada tahun 1879, gubernur jenderal dibentuk dengan
kekuasaan untuk mengadili di pengadilan militer dan mengasingkan pelanggar
politik. Pemerintah juga mengadakan persidangan pertunjukan dengan maksud untuk
menghalangi orang lain dari aktivitas revolusioner, tetapi setelah kasus
seperti Pengadilan 193 di mana juri yang bersimpati membebaskan banyak
terdakwa, ini ditinggalkan.
- Penindasan
gerakan separatis
Setelah Alexander II menjadi Kaisar Rusia dan
Raja Polandia pada tahun 1855, ia secara substansial melonggarkan rezim ketat
dan represif yang telah diberlakukan di Kongres Polandia setelah Pemberontakan
November tahun 1830–1831.
Namun, pada tahun 1856, di awal masa
pemerintahannya, Alexander membuat pidato yang tak terlupakan kepada para
deputi bangsawan Polandia yang menghuni Kongres Polandia, Ukraina Barat,
Lituania, Livonia, dan Belarusia, di mana dia memperingatkan terhadap konsesi
lebih lanjut dengan kata-kata, "Tuan-tuan, mari kita tidak bermimpi!"
Ini berfungsi sebagai peringatan bagi Persemakmuran Polandia-Lituania. Wilayah
bekas Polandia-Lithuania dikecualikan dari kebijakan liberal yang diperkenalkan
oleh Alexander. Hasilnya adalah Pemberontakan Januari 1863–1864 yang dipadamkan
setelah delapan belas bulan pertempuran. Ratusan orang Polandia dieksekusi, dan
ribuan orang dideportasi ke Siberia. Harga penindasan adalah dukungan Rusia
untuk penyatuan Jerman.
Pertempuran Mrzygłód selama Pemberontakan
Januari tahun 1863
Darurat militer di Lituania, yang diperkenalkan
pada tahun 1863, berlangsung selama 40 tahun berikutnya. Bahasa asli, Ukraina,
dan Belarusia, sepenuhnya dilarang dari teks cetak, Ems Ukase menjadi contohnya.
Pihak berwenang melarang penggunaan aksara Latin untuk menulis bahasa Lituania.
Bahasa Polandia dilarang dalam bentuk lisan dan tulisan dari semua provinsi
kecuali Kongres Polandia, yang hanya diperbolehkan dalam percakapan pribadi.
Nikolay Milyutin dilantik sebagai gubernur dan
dia memutuskan bahwa tanggapan terbaik terhadap Pemberontakan Januari adalah
melakukan reformasi terkait para petani. Dia menyusun program yang melibatkan
emansipasi kaum tani dengan mengorbankan pemilik tanah szlachta nasionalis dan
pengusiran pendeta Katolik Roma dari sekolah. Emansipasi kaum tani Polandia
dari status mereka yang seperti budak terjadi pada tahun 1864, dengan
persyaratan yang lebih murah daripada emansipasi petani Rusia pada tahun 1861.
- Mendorong
nasionalisme Finlandia
Pada tahun 1863, Alexander II mengadakan
kembali Diet Finlandia dan memprakarsai beberapa reformasi yang meningkatkan
otonomi Finlandia di dalam Kekaisaran Rusia, termasuk pembentukan mata uangnya
sendiri, markka Finlandia. Pembebasan bisnis menyebabkan peningkatan investasi
asing dan pengembangan industri. Finlandia juga mendapatkan perkeretaapian
pertamanya, didirikan secara terpisah di bawah pemerintahan Finlandia.
Akhirnya, peningkatan bahasa Finlandia dari bahasa rakyat biasa menjadi bahasa
nasional yang setara dengan bahasa Swedia membuka peluang bagi sebagian besar
masyarakat Finlandia. Alexander II masih dianggap sebagai "Tsar yang
Baik" di Finlandia.
Monumen Alexander II "Sang
Pembebas" di Lapangan Senat di Helsinki, oleh pematung Walter Runeberg.
Didirikan pada tahun 1894, ketika Finlandia masih menjadi kadipaten agung
Rusia.
Reformasi ini dapat dilihat sebagai hasil dari
keyakinan sejati bahwa reformasi lebih mudah diuji di negara yang homogen dan
berpenduduk sedikit daripada di seluruh Rusia. Mereka juga dapat dilihat
sebagai hadiah atas kesetiaan penduduknya yang relatif berorientasi barat
selama Perang Krimea dan selama pemberontakan Polandia. Mendorong nasionalisme
dan bahasa Finlandia juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mencairkan hubungan
dengan Swedia.
- Urusan
luar negeri
Selama Perang Krimea, Austria mempertahankan
kebijakan netralitas yang bermusuhan terhadap Rusia, dan, meskipun tidak
berperang, mendukung koalisi Anglo-Prancis. Setelah meninggalkan aliansinya
dengan Rusia, Austria secara diplomatis diisolasi setelah perang, yang
berkontribusi pada non-intervensi Rusia dalam Perang Prancis-Austria tahun
1859, yang berarti berakhirnya pengaruh Austria di Italia; dan dalam Perang
Austro-Prusia tahun 1866, dengan hilangnya pengaruhnya di sebagian besar negeri
berbahasa Jerman.
Selama Perang Saudara Amerika (1861–1865),
Rusia mendukung Persatuan, sebagian besar karena pandangan bahwa AS berfungsi
sebagai penyeimbang saingan geopolitik mereka, Kerajaan Inggris Raya dan
Irlandia. Pada tahun 1863, armada Baltik dan Pasifik Angkatan Laut Rusia
menjalani musim dingin di pelabuhan Amerika di New York dan San Francisco.
Monumen Pembebasan Tsar di pusat kota Sofia,
ibu kota Bulgaria
Perjanjian Paris tahun 1856 berdiri sampai
tahun 1871, ketika Prusia mengalahkan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia.
Selama masa pemerintahannya, Napoleon III, yang sangat menginginkan dukungan
dari Britania Raya, menentang Rusia atas Pertanyaan Timur. Prancis meninggalkan
penentangannya terhadap Rusia setelah berdirinya Republik Prancis Ketiga.
Didorong oleh sikap baru diplomasi Prancis dan didukung oleh Kanselir Jerman
Otto von Bismarck, Rusia membatalkan klausul Laut Hitam dari perjanjian Paris
yang disepakati pada tahun 1856. Karena Britania Raya dengan Austria[46] tidak
dapat menegakkan klausul tersebut, Rusia pernah kembali membentuk armada di
Laut Hitam. Prancis, setelah Perang Prancis-Prusia dan hilangnya
Alsace-Lorraine, sangat memusuhi Jerman, dan mempertahankan hubungan
persahabatan dengan Rusia.
Dalam Perang Rusia-Turki (1877–1878) negara
bagian Rumania, Serbia, dan Montenegro memperoleh pengakuan internasional atas
kemerdekaan mereka dan Bulgaria memperoleh otonominya dari pemerintahan
langsung Ottoman. Rusia mengambil alih Bessarabia Selatan, hilang pada tahun
1856.
- Akhir
Perang Kaukasia
Imam Shamil menyerah kepada Pangeran
Baryatinsky pada tanggal 25 Agustus 1859.
Perang Rusia-Sirkasia berakhir sebagai
kemenangan Rusia selama pemerintahan Alexander II. Tepat sebelum perang
berakhir, Tentara Rusia, di bawah perintah kaisar, berusaha untuk melenyapkan
"pendaki gunung" Sirkasia dalam genosida Sirkasia, yang sering disebut
sebagai "pembersihan" dan "genosida" dalam beberapa dialog
bersejarah. Pada tahun 1857, Dmitry Milyutin pertama kali menerbitkan gagasan
pengusiran massal penduduk asli Sirkasia. Milyutin berargumen bahwa tujuannya
bukan hanya untuk memindahkan mereka agar tanah mereka dapat dihuni oleh petani
produktif, melainkan bahwa "memusnahkan orang Sirkasia akan menjadi tujuan
itu sendiri - untuk membersihkan tanah dari unsur-unsur yang bermusuhan".
Tsar Alexander II mendukung rencana tersebut. Sebagian besar masyarakat adat di
wilayah tersebut secara etnis dibersihkan dari tanah air mereka pada akhir
Perang Rusia-Sirkasia oleh Rusia. Deportasi besar-besaran diluncurkan terhadap
penduduk yang tersisa sebelum akhir perang pada tahun 1864 dan sebagian besar
diselesaikan pada tahun 1867. Hanya sebagian kecil yang diterima untuk menyerah
dan bermukim kembali di dalam Kekaisaran Rusia. Populasi Sirkasia yang tersisa
yang menolak untuk menyerah dengan demikian dibubarkan, dimukimkan kembali,
disiksa, dan sebagian besar waktu, dibunuh secara massal.
- Pembebasan
Bulgaria
Pada bulan April 1876, penduduk Bulgaria di Balkan memberontak melawan pemerintahan Ottoman di Bulgaria. Otoritas Ottoman menekan Pemberontakan April, menyebabkan protes umum di seluruh Eropa. Beberapa intelektual dan politisi terkemuka di Benua Eropa, terutama Victor Hugo dan William Gladstone, berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang kekejaman yang dilakukan Turki terhadap penduduk Bulgaria. Untuk mengatasi krisis baru dalam "masalah Timur" ini, Konferensi Konstantinopel diadakan oleh Kekuatan Besar di Konstantinopel pada akhir tahun. Para peserta Konferensi gagal mencapai kesepakatan akhir. Setelah kegagalan Konferensi Konstantinopel, pada awal tahun 1877, Kaisar Alexander II memulai persiapan diplomatik dengan Kekuatan Besar lainnya untuk mengamankan kenetralan mereka jika terjadi perang antara Rusia dan Ottoman. Alexander II menganggap perjanjian semacam itu sangat penting untuk menghindari kemungkinan menyebabkan bencana yang mirip dengan Perang Krimea bagi negaranya.
Pada tahun 1877, jenderal Rusia Iosif Gurko
membebaskan Veliko Tarnovo, mengakhiri kekuasaan Kekaisaran Ottoman selama 480
tahun.
Kaisar Rusia berhasil dalam upaya
diplomatiknya. Setelah mendapat persetujuan untuk tidak terlibat oleh Kekuatan
Besar lainnya, pada 17 April 1877 Rusia menyatakan perang terhadap Kekaisaran
Ottoman. Rusia, dibantu oleh Tentara Rumania di bawah panglima tertingginya,
Raja Carol I (saat itu Pangeran Rumania), yang berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan
Rumania dari Ottoman juga, berhasil melawan Turki dan Perang Rusia-Turki tahun
1877–1878 diakhiri dengan penandatanganan Perjanjian perdamaian awal San
Stefano pada tanggal 19 Februari (3 Maret N.S.) 1878. Perjanjian tersebut dan
Kongres Berlin berikutnya (Juni–Juli 1878) memastikan munculnya negara Bulgaria
merdeka untuk pertama kalinya sejak 1396 , dan anggota parlemen Bulgaria
memilih keponakan tsar, Pangeran Alexander dari Battenberg, sebagai penguasa
pertama Bulgaria. Untuk reformasi sosialnya di Rusia dan perannya dalam
pembebasan Bulgaria, Alexander II dikenal di Bulgaria sebagai
"Tsar-Liberator Rusia dan Bulgaria". Sebuah monumen Alexander II
didirikan pada tahun 1907 di Sofia di alun-alun "Majelis Nasional",
di seberang gedung Parlemen. Monumen tersebut menjalani rekonstruksi lengkap
pada tahun 2012, didanai oleh Pemerintah Kota Sofia dan beberapa yayasan Rusia.
Prasasti di monumen itu berbunyi dengan gaya Bulgaria Kuno: "Kepada
Tsar-Liberator dari Bulgaria yang bersyukur". Ada sebuah museum yang
didedikasikan untuk Alexander di kota Pleven, Bulgaria.
- Upaya
pembunuhan
Pada bulan April 1866, ada percobaan pembunuhan kaisar di St. Petersburg oleh Dmitry Karakozov. Untuk memperingati pelariannya dari kematian (yang dia sendiri sebut hanya sebagai "peristiwa 4 April 1866"), sejumlah gereja dan kapel dibangun di banyak kota Rusia. Viktor Hartmann, seorang arsitek Rusia, bahkan membuat sketsa desain gerbang monumental (yang tidak pernah dibangun) untuk memperingati peristiwa tersebut. Mussorgsky yang sederhana kemudian menulis Pictures at an Exhibition; gerakan terakhirnya, "Gerbang Besar Kiev", didasarkan pada sketsa Hartmann.
Selama Pameran Dunia 1867 imigran Polandia
Antoni Berezowski menyerang gerbong yang berisi Alexander, kedua putranya dan
Napoleon III. Pistol laras ganda yang dia modifikasi sendiri salah tembak dan
mengenai kuda pengawal kavaleri.
Pada pagi hari tanggal 20 April 1879, Alexander
sedang berjalan cepat menuju Lapangan Staf Pengawal dan menghadapi Alexander
Soloviev, seorang mantan siswa berusia 33 tahun. Setelah melihat revolver yang
mengancam di tangannya, Kaisar melarikan diri dengan pola zigzag. Soloviev
melepaskan tembakan lima kali tetapi meleset; dia dijatuhi hukuman mati dan
digantung pada 28 Mei.
Siswa itu bertindak sendiri, tetapi kaum
revolusioner lainnya sangat ingin membunuh Alexander. Pada bulan Desember 1879,
Narodnaya Volya (Kemauan Rakyat), sebuah kelompok revolusioner radikal yang
berharap dapat memicu revolusi sosial, mengorganisir sebuah ledakan di rel
kereta api dari Livadia ke Moskow, tetapi mereka ketinggalan kereta kaisar.
Pada malam tanggal 5 Februari 1880 Stephan
Khalturin, juga dari Narodnaya Volya, melancarkan serangan tepat waktu di bawah
ruang makan Istana Musim Dingin, tepat di ruang istirahat para penjaga di
lantai bawah, menewaskan 11 orang dan melukai 30 lainnya. The New York Times (4
Maret 1880) melaporkan "dinamit yang digunakan dimasukkan ke dalam kotak
besi, dan diledakkan oleh sistem jarum jam yang digunakan oleh pria Thomas di
Bremen beberapa tahun yang lalu." Namun, makan malam telah ditunda karena
keterlambatan kedatangan keponakan tsar, Pangeran Bulgaria, sehingga tsar dan
keluarganya tidak berada di ruang makan pada saat ledakan dan tidak terluka
- Pembunuhan
Setelah upaya pembunuhan terakhir pada Februari
1880, Count Loris-Melikov diangkat sebagai kepala Komisi Eksekutif Tertinggi
dan diberi kekuasaan luar biasa untuk melawan kaum revolusioner. Proposal
Loris-Melikov menyerukan suatu bentuk badan parlementer, dan Kaisar tampaknya
setuju; rencana ini tidak pernah terwujud.
Pada 13 Maret [O.S. 1 Maret] 1881, Alexander
dibunuh di Saint Petersburg.
Ledakan itu menewaskan salah satu Cossack dan
melukai pengemudinya.
Seperti yang diketahui dia lakukan setiap hari
Minggu selama bertahun-tahun, kaisar pergi ke Mikhailovsky Manège untuk absensi
militer. Dia melakukan perjalanan ke dan dari Manège dengan gerbong tertutup
ditemani oleh lima Cossack dan Frank (Franciszek) Joseph Jackowski, seorang
bangsawan Polandia, dengan Cossack keenam duduk di sebelah kiri kusir. Gerbong
kaisar diikuti oleh dua kereta luncur yang ditumpangi, antara lain kepala
polisi dan kepala pengawal kaisar. Rutenya, seperti biasa, melalui Kanal Catherine
dan melewati Jembatan Pevchesky.
Jalan itu diapit oleh trotoar sempit untuk
umum. Seorang anggota muda dari gerakan Narodnaya Volya ("Keinginan
Rakyat"), Nikolai Rysakov, membawa bungkusan putih kecil yang dibungkus
sapu tangan. Dia kemudian mengatakan tentang usahanya untuk membunuh Tsar:
Pembunuhan Alexander II, digambar oleh G.
Broling, 1881
Setelah ragu sejenak, saya melempar bom. Saya
mengirimnya ke bawah kuku kuda dengan anggapan akan meledak di bawah gerbong...
Ledakan itu menjatuhkan saya ke pagar.
Ledakan tersebut, yang menewaskan salah satu
Cossack dan melukai parah pengemudi dan orang-orang di trotoar, hanya merusak
gerbong antipeluru, hadiah dari Napoleon III dari Prancis. Kaisar muncul
terguncang tapi tidak terluka. Rysakov segera ditangkap. Kepala Polisi
Dvorzhitsky mendengar Rysakov berteriak kepada orang lain di tengah kerumunan.
Dvorzhitzky menawarkan untuk mengantar Tsar kembali ke Istana dengan kereta
luncurnya. Tsar setuju, tetapi dia memutuskan untuk melihat pelakunya terlebih
dahulu, dan memeriksa kerusakannya. Ia mengungkapkan rasa prihatin terhadap
para korban. Untuk pertanyaan cemas dari rombongannya, Alexander menjawab,
"Alhamdulillah, saya tidak tersentuh".
Namun demikian, anggota muda kedua dari
Narodnaya Volya, Ignacy Hryniewiecki, berdiri di dekat pagar kanal, mengangkat
kedua tangannya dan melemparkan sesuatu ke kaki kaisar. Dia diduga berteriak,
"Masih terlalu dini untuk berterima kasih kepada Tuhan". Dvorzhitsky
kemudian menulis:
Saya tuli oleh ledakan baru, terbakar, terluka dan terlempar ke tanah. Tiba-tiba, di tengah asap dan kabut bersalju, saya mendengar suara lemah Yang Mulia berteriak, 'Tolong!' Mengumpulkan kekuatan apa yang saya miliki, saya melompat dan bergegas ke kaisar. Yang Mulia setengah berbaring, setengah duduk, bersandar di lengan kanannya. Mengira dia hanya terluka parah, aku mencoba mengangkatnya tetapi kaki tsar hancur, dan darah mengucur dari sana. Dua puluh orang, dengan luka dengan berbagai tingkat, tergeletak di trotoar dan di jalan. Ada yang berhasil berdiri, ada yang merangkak, ada pula yang mencoba keluar dari bawah tubuh yang telah jatuh menimpa mereka. Melalui salju, puing-puing, dan darah Anda bisa melihat potongan-potongan pakaian, tanda pangkat, pedang, dan potongan daging manusia yang berdarah.
Belakangan, diketahui ada pembom ketiga di
tengah kerumunan. Ivan Emelyanov berdiri siap, memegang tas kerja berisi bom
yang akan digunakan jika dua pengebom lainnya gagal.
Alexander dibawa dengan kereta luncur ke Istana
Musim Dingin ke ruang kerjanya di mana hampir pada hari yang sama dua puluh
tahun sebelumnya, dia telah menandatangani Dekrit Emansipasi yang membebaskan
para budak. Alexander berdarah sampai mati, dengan kakinya robek, perutnya
robek, dan wajahnya dimutilasi. Anggota keluarga Romanov bergegas ke tempat
kejadian.
Kaisar yang sekarat diberi Komuni dan Ritus
Terakhir. Ketika dokter yang merawat, Sergey Botkin, ditanya berapa lama, dia
menjawab, "Hingga lima belas menit." Pukul 3:30 hari itu, panji
Alexander II (bendera pribadinya) diturunkan untuk terakhir kalinya.
- Akibat
Kematian Alexander II menyebabkan kemunduran
besar bagi gerakan reformasi. Salah satu tindakan terakhirnya adalah
persetujuan reformasi konstitusional Mikhail Loris-Melikov. Meskipun reformasi
itu konservatif dalam praktiknya, signifikansinya terletak pada nilai yang
diberikan Alexander II kepada mereka: "Saya telah memberikan persetujuan
saya, tetapi saya tidak menyembunyikan dari diri saya fakta bahwa ini adalah
langkah pertama menuju konstitusi." Dalam hitungan 48 jam, Alexander II
berencana untuk merilis rencana ini kepada rakyat Rusia. Sebaliknya, setelah
suksesi, Alexander III, di bawah nasihat Konstantin Pobedonostsev, memilih
untuk meninggalkan reformasi ini dan melanjutkan untuk menjalankan kebijakan
kekuasaan otokratis yang lebih besar.
Gereja Savior on Blood dibangun di lokasi
pembunuhan Alexander II.
Pembunuhan itu memicu penindasan besar-besaran
terhadap kebebasan sipil di Rusia, dan kebrutalan polisi meledak kembali dengan
kekuatan penuh setelah mengalami beberapa pengekangan di bawah pemerintahan
Alexander II, yang kematiannya disaksikan secara langsung oleh putranya,
Alexander III, dan cucunya, Nicholas II. , kedua kaisar masa depan yang
bersumpah untuk tidak mengalami nasib yang sama menimpa mereka. Keduanya
menggunakan Okhrana untuk menangkap pengunjuk rasa dan mencabut kelompok
pemberontak yang dicurigai, menciptakan penindasan lebih lanjut terhadap
kebebasan pribadi bagi rakyat Rusia. Serangkaian pogrom anti-Yahudi dan
undang-undang antisemit, Hukum Mei, adalah hasil lainnya.
Terakhir, pembunuhan tsar juga mengilhami kaum
anarkis untuk mengadvokasi "'propaganda dengan perbuatan'—penggunaan
tindakan kekerasan yang spektakuler untuk menghasut revolusi."
Pada tahun 1881, Gereja Alexander, yang
dirancang oleh Theodor Decker dan dinamai Alexander II, diselesaikan di
Tampere. Juga, dengan konstruksi yang dimulai pada tahun 1883, Gereja Juru
Selamat di Atas Darah dibangun di lokasi pembunuhan Alexander dan didedikasikan
untuk mengenangnya.
- Pernikahan
dan anak-anak
Pada tahun 1838–39, bujangan muda, Alexander
melakukan Grand Tour of Europe yang merupakan standar bagi pemuda di kelasnya
saat itu. Salah satu tujuan dari tur tersebut adalah untuk memilih pengantin
yang cocok untuk dirinya sendiri.
- Pernikahan
pertama
Ayahnya Nicholas I dari Rusia menyarankan Putri
Alexandrine dari Baden sebagai pilihan yang cocok, tetapi dia siap untuk
mengizinkan Alexander memilih pengantinnya sendiri, selama dia bukan Katolik
Roma atau orang biasa. Alexander tinggal selama tiga hari dengan gadis Ratu
Victoria. Keduanya rukun, tetapi tidak ada pertanyaan tentang pernikahan antara
dua raja besar.
Kaisar Alexander II dan istrinya, Permaisuri
Maria, bersama putra mereka, calon Alexander III oleh Sergei Lvovich Levitsky
1870
Di Jerman, Alexander melakukan perhentian yang
tidak direncanakan di Darmstadt. Dia enggan menghabiskan "malam yang
mungkin membosankan" dengan tuan rumah mereka Louis II, Adipati Agung
Hesse dan Rhine, tetapi dia setuju untuk melakukannya karena Vasily Zhukovsky
bersikeras bahwa rombongannya kelelahan dan perlu istirahat. Saat makan malam,
dia bertemu dan terpesona oleh Putri Marie, putri Louis II yang berusia 14
tahun, Adipati Agung Hesse. Dia begitu terpesona sehingga dia menyatakan bahwa
dia lebih baik meninggalkan suksesi daripada tidak menikahinya. Dia menulis
kepada ayahnya: "Saya sangat menyukainya pada pandangan pertama. Jika Anda
mengizinkannya, ayah tersayang, saya akan kembali ke Darmstadt setelah
Inggris." Ketika dia meninggalkan Darmstadt, dia memberinya liontin yang
berisi sehelai rambutnya.
Orang tua Alexander awalnya tidak mendukung
keputusannya untuk menikahi Putri Marie dari Hesse. Ada desas-desus yang
meresahkan tentang paternitasnya. Meskipun ia adalah putri sah Ludwig II,
Adipati Agung Hesse dan Rhine, ada desas-desus bahwa Marie adalah putri kandung
dari kekasih ibunya, Baron August von Senarclens de Grancy. Orang tua Alexander
khawatir Marie bisa mewarisi konsumsi ibunya. Ibu Alexander menganggap keluarga
Hesse jauh lebih rendah daripada keluarga Hohenzollern dan Romanov.
Pada bulan April 1840, pertunangan Aleksander
dengan Putri Marie diumumkan secara resmi. Pada bulan Agustus, Marie yang
berusia 16 tahun meninggalkan Darmstadt menuju Rusia. Pada bulan Desember, dia
diterima di Gereja Ortodoks dan diberi nama Maria Alexandrovna.
Pada 16 April 1841, dalam usia 23 tahun,
Tsarevitch Alexander menikahi Marie di St.
Pernikahan itu menghasilkan enam putra dan dua
putri:
i.
Grand Duchess Alexandra Alexandrovna dari Rusia
(30 Agustus 1842 – 10 Juli 1849), dijuluki Lina, meninggal karena meningitis
bayi di St. Petersburg pada usia enam tahun
ii.
Nicholas Alexandrovich, Tsesarevich dari Rusia
(20 September 1843 – 24 April 1865), bertunangan dengan Putri Dagmar dari
Denmark
iii.
Kaisar Alexander III (10 Maret 1845 – 1
November 1894) menikah dengan Putri Dagmar dari Denmark pada 9 November 1866.
Mereka memiliki enam orang anak.
iv.
Adipati Agung Vladimir Alexandrovich dari Rusia
(22 April 1847 – 17 Februari 1909) ia menikah dengan Duchess Marie dari
Mecklenburg-Schwerin pada tanggal 28 Agustus 1874. Mereka memiliki lima anak.
v.
Adipati Agung Alexei Alexandrovich (14 Januari
1850 – 14 November 1908) menikah dengan Alexandra Zhukovskaya pada tahun 1870.
Mereka memiliki seorang putra.
vi.
Adipati Agung Maria Alexandrovna dari Rusia (17
Oktober 1853 – 24 Oktober 1920) menikah dengan Alfred, Adipati Saxe-Coburg dan
Gotha pada tanggal 23 Januari 1874. Mereka memiliki enam orang anak.
vii.
Adipati Agung Sergei Alexandrovich dari Rusia
(11 Mei 1857 – 17 Februari 1905) ia menikahi Putri Elisabeth dari Hesse dan
oleh Rhine pada tanggal 15 Juni 1884. Mereka tidak memiliki anak.
viii.
Adipati Agung Paul Alexandrovich dari Rusia (3
Oktober 1860 – 24 Januari 1919) ia menikahi Putri Alexandra dari Yunani dan
Denmark pada tanggal 17 Juni 1889. Mereka memiliki dua orang anak. Dia menikah
lagi dengan Olga Karnovich pada 10 Oktober 1902. Mereka memiliki tiga anak.
Alexander secara khusus menaruh harapan pada
putra sulungnya, Tsarevich Nicholas. Pada tahun 1864, Alexander II menemukan
Nicholas seorang pengantin wanita, Putri Dagmar dari Denmark, putri kedua Raja
Christian IX dari Denmark dan adik perempuan dari Alexandra, Putri Wales dan
Raja George I dari Yunani. Pada tahun 1865, Nicholas meninggal karena
meningitis serebrospinal. Alexander sangat terpukul oleh kematian Nicholas, dan
keponakannya Adipati Agung Alexander Mikhailovich dari Rusia mencerminkan bahwa
"bahunya bengkok, dan dia berjalan sangat lambat sehingga kami semua
merasa seolah-olah kehilangannya telah merampas semua kekuatannya."
Putra kedua Alexander, Grand Duke Alexander
menjadi tsarevich dan menikah dengan tunangan mendiang Tsarevich Nicholas.
Pasangan itu menikah pada November 1866, dengan Dagmar beralih ke Ortodoksi dan
mengambil nama Maria Feodorovna.
Alexander semakin terasing dari putra keduanya,
Adipati Agung Alexander.
Anak kesayangan Alexander adalah putrinya,
Grand Duchess Marie Alexandrovna. Dia merenungkan bahwa putrinya "tidak
pernah membuat kami bahagia. Kami kehilangan gadis tertua kami dan kami sangat
mengharapkan yang lain - kelahirannya adalah kegembiraan dan kesenangan, tidak
dapat dijelaskan, dan seluruh hidupnya telah menjadi kelanjutan ." Pada
tahun 1873, terjadi pertengkaran antara istana Ratu Victoria dan Alexander II,
ketika putra kedua Victoria, Pangeran Alfred, mengumumkan bahwa dia ingin
menikah dengan Grand Duchess. Tsar keberatan dengan permintaan ratu agar
putrinya datang ke Inggris untuk bertemu dengannya, dan setelah pernikahan
Januari 1874 di St. Petersburg, tsar bersikeras agar putrinya didahulukan daripada
Putri Wales, yang ditolak ratu. . Belakangan tahun itu, setelah menghadiri
upacara pertunangan putra keduanya yang masih hidup, Vladimir, dengan Marie
dari Mecklenburg-Schwerin di Berlin, Alexander II, bersama putra ketiganya,
Alexei, yang menemaninya, melakukan kunjungan ke Inggris. Meskipun bukan
kunjungan kenegaraan, tetapi hanya perjalanan untuk melihat putrinya, dia tetap
mengambil bagian dalam resepsi di Istana Buckingham dan Marlborough House,
memeriksa artileri di Royal Arsenal di Woolwich, meninjau pasukan di Aldershot
dan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Disraeli dan Perdana Menteri.
pemimpin oposisi, William Gladstone. Disraeli mengamati tsar bahwa
"penampilan dan tingkah lakunya anggun dan anggun, tetapi ekspresi
wajahnya, yang sekarang dapat saya amati dengan sangat cermat, menyedihkan.
Entah itu rasa kenyang, atau kesepian despotisme, atau ketakutan akan
kekerasan. kematian, saya tidak tahu, tapi itu adalah wajah, menurut saya,
kebiasaan berkabung."
Pada tahun 1866, Alexander II mengambil seorang
gundik, Catherine Dolgorukova, yang dengannya dia akan menjadi ayah dari tiga
anak yang masih hidup. Pada tahun 1880, dia memindahkan gundiknya dan anak-anak
mereka ke Istana Musim Dingin. Perselingkuhan Alexander mengasingkan semua
anaknya kecuali Alexei dan Marie Alexandrovna. Anggota istana menyebarkan
cerita bahwa Permaisuri Marie yang sekarat terpaksa mendengar suara anak-anak
Catherine bergerak di atas kepala, tetapi kamar mereka masing-masing sebenarnya
jauh. Pada Mei 1880, Grand Duchess Marie Alexandrovna mengunjungi Rusia untuk
melihat ibunya yang sekarat. Dia ngeri mengetahui bahwa Catherine tinggal di
Istana dan dia menghadapinya. Terkejut dengan hilangnya dukungan dari putrinya,
dia diam-diam mundur ke Istana Gatchina untuk tinjauan militer. Pertengkaran
itu, bagaimanapun, ternyata, cukup mengejutkan hati nuraninya untuk membuatnya
kembali ke St. Petersburg setiap pagi untuk menanyakan kesehatan istrinya.
Permaisuri Marie Alexandrovna menderita TBC.
Dia menyerah pada 3 Juni 1880.
- Pernikahan
kedua
Pada 18 Juli [O.S. 6 Juli] 1880, Alexander II
menikahi gundiknya Catherine Dolgorukova secara morganatis dalam sebuah upacara
rahasia di Tsarskoe Selo. Tindakan itu menghebohkan keluarga dan pengadilan.
Itu melanggar adat Ortodoks yang membutuhkan masa berkabung minimal 40 hari
antara kematian pasangan dan pernikahan kembali pasangan yang masih hidup,
menimbulkan kritik di pengadilan asing. Alexander menganugerahi Catherine gelar
Putri Yurievskaya dan melegitimasi anak-anak mereka.
Tsar Alexander II, foto oleh Sergei Lvovich
Levitsky, 1881 (Koleksi Pribadi Di Rocco Wieler, Toronto, Kanada)
Sebelum menikah, Alexander dan Catherine
memiliki empat anak:
i.
Pangeran George Alexandrovich Yuryevsky (12 Mei
1872 – 13 September 1913) menikah dengan Countess Alexandra von Zarnekau pada
tanggal 11 Februari 1900 dan mereka bercerai pada tahun 1908. Mereka memiliki
seorang putra.
ii.
Putri Olga Alexandrovna Yurievskaya (7 November
1873 – 10 Agustus 1925) menikah dengan Pangeran Georg dari Merenberg pada tanggal
12 Mei 1895. Mereka memiliki tiga anak.
iii.
Pangeran Boris Alexandrovich Yurievsky (23
Februari – 11 April 1876)
iv.
Putri Catherine Alexandrovna Yurievskaya (9
September 1878 – 22 Desember 1959) menikah dengan Pangeran Alexander
Vladimirovich Baryatinsky (1870–1910) pada tanggal 18 Oktober 1901. Mereka
memiliki dua putra. Ia menikah lagi dengan Pangeran Sergei Platonovich
Obolensky pada 6 Oktober 1916 dan mereka bercerai pada 1924.
- Dalam
fiksi
Alexander II muncul secara mencolok dalam dua
bab pembuka dari Michael Strogoff karya Jules Verne (diterbitkan pada tahun
1876 selama masa hidup Alexander sendiri). Kaisar menggerakkan plot buku itu
dan mengirim protagonisnya yang eponymous pada misi berbahaya dan vital yang
akan menempati sisa buku itu. Verne menghadirkan Alexander II dalam sudut
pandang yang sangat positif, sebagai raja yang tercerahkan namun tegas,
menangani pemberontakan dengan percaya diri dan tegas. Liberalisme Alexander
terlihat dalam dialog dengan kepala polisi, yang mengatakan "Ada suatu
masa, Tuan, ketika TIDAK ADA yang kembali dari Siberia", yang segera
ditegur oleh Kaisar yang menjawab: "Nah, selama saya hidup, Siberia adalah
dan akan menjadi negara tempat pria BISA kembali."
Film-film Katia (1938) dan Magnificent Sinner
(1959) menggambarkan kisah romansa tsar yang sangat fiksi dengan wanita yang
menjadi istri keduanya.
Dalam The Tiger in the Well, Philip Pullman
mengacu pada pembunuhan tersebut – meskipun dia tidak pernah menyebutkan nama
Alexander – dan pogrom yang mengikutinya. Serangan anti-Yahudi memainkan peran
penting dalam plot novel. Thriller sejarah Andrew Williams, To Kill A Tsar,
menceritakan kisah revolusioner The People's Will dan pembunuhan melalui mata
seorang dokter Anglo-Rusia yang tinggal di St Petersburg.
Drama pertama Oscar Wilde, Vera; atau, The
Nihilists, ditulis pada tahun 1880—tahun terakhir Alexander II—menampilkan kaum
revolusioner Rusia yang berusaha membunuh Kaisar yang berpikiran reformasi (dan
yang, dalam drama tersebut, akhirnya gagal dalam rencana mereka). Meskipun
Kaisar fiksi Wilde berbeda dari Alexander yang sebenarnya, peristiwa
kontemporer di Rusia - sebagaimana diterbitkan dalam pers Inggris saat itu -
jelas memengaruhi Wilde.
Alasan Alexander II untuk menjual Alaska ke
Amerika Serikat pada tahun 1867 difiksikan dalam epilog novel Empat Puluh
Sembilan oleh Boris Pronsky dan Craig Britton, dalam bentuk surat kepada
Catherine Dolgorukova. Sebelum itu, buku tersebut mengeksplorasi peristiwa
segera setelah upaya pembunuhan pertama terhadap Tsar pada tahun 1866, serta
hubungannya dengan saudara laki-lakinya, Adipati Agung Konstantin Nikolayevich.
- Galeri
Potret Kaisar Aleksandr II mengenakan mantel besar dan topi
dari Resimen Kuda-Pengawal Kekaisaran. sekitar tahun 1865 |
Aleksandr II, oleh Sergei Lvovich Levitsky,
1860 (Koleksi Pribadi Di Rocco Wieler, Toronto, Kanada) |
Aleksandr II, oleh Sergei Lvovich Levitsky, 1860 (Koleksi Pribadi Di Rocco Wieler, Toronto, Kanada) |
Aleksandr II, potret oleh Konstantin
Makovsky. 1881 |
Monumen Tsar Pembebasan di Sofia memuji Aleksandr II menentukan peran dalam Pembebasan Bulgaria dari pemerintahan Ottoman selama Perang Rusia-Turki (1877–1878). |
Monumen Aleksandr II di Częstochowa. |
Monumen Aleksandr II di Plovdiv, Bulgaria |
|
· Aleksandr III
Alexander III Алекса́ндр III Алекса́ндрович |
Kaisar Alexader III |
Kaisar Rusia |
Pemerintahan
: 13 Maret 1881 – 1 November 1894 Penobatan
: 27 Mei 1883 Pendahulu
: Alexander II Penerus
: Nicholas II |
Lahir :
10 Maret 1845 Istana
: Musim Dingin, Saint Petersburg, Kekaisaran Rusia Meninggal
: 1 November 1894 (umur 49), Istana Maley, Livadia, Kegubernuran Taurida,
Kekaisaran Rusia Pemakaman
: 18 November 1894, Katedral Peter dan Paul, Saint Petersburg, Kekaisaran
Rusia Pasangan : Maria Feodorovna (Dagmar dari Denmark) Masalah
Detil : Ø Nicholas II dari Rusia Ø Adipati Agung Alexander Ø Adipati Agung George Ø Adipati Agung Xenia Ø Adipati Agung Michael Ø Adipati Agung Olga |
Nama : Alexander
Alexandrovich Romanov Rumah :
Romanov-Holstein-Gottorp Ayah : Alexander II dari Rusia Ibu : Maria
Alexandrovna (Marie dari Hesse) Agama :
Ortodoks Rusia |
Alexander III (bahasa Rusia: Алекса́ндр III
Алекса́ндрович, tr. Aleksandr III Aleksandrovich; 10 Maret 1845 – 1 November
1894)[1] adalah Kaisar Rusia, Raja Polandia, dan Adipati Agung Finlandia dari
13 Maret 1881 hingga kematiannya pada tahun 1894.[ 2] Dia sangat reaksioner dan
membalikkan beberapa reformasi liberal ayahnya, Alexander II. Kebijakan ini
dikenal di Rusia sebagai "kontra-reformasi" (bahasa Rusia:
контрреформы). Di bawah pengaruh Konstantin Pobedonostsev (1827–1907), dia
menentang setiap reformasi yang membatasi pemerintahan otokratisnya. Selama
masa pemerintahannya, Rusia tidak berperang besar; karena itu dia dijuluki
"Pembawa Damai" (Rusia: Миротворец, tr. Mirotvorets, IPA: [mʲɪrɐˈtvorʲɪt͡s]).
Dialah yang membantu membentuk Aliansi Rusia-Prancis.
- Kepribadian
Adipati Agung Alexander Alexandrovich lahir
pada tanggal 10 Maret 1845 di Istana Musim Dingin di Saint Petersburg,
Kekaisaran Rusia, putra kedua dan anak ketiga dari Tsesarevich Alexander
(Alexander II Masa Depan) dan istri pertamanya Maria Alexandrovna (née Putri
Marie dari Hesse). Ia lahir pada masa pemerintahan kakeknya Nicholas I.
Alexander
III sebagai Tsesarevich, oleh Sergei Lvovich Levitsky, 1865
Dalam wataknya, Alexander memiliki sedikit
kemiripan dengan ayahnya yang berhati lembut dan liberal, dan masih kurang dari
paman buyutnya Kaisar Alexander I yang halus, filosofis, sentimental, sopan,
namun licik. Meskipun seorang musisi amatir yang antusias dan pelindung balet,
Alexander dipandang kurang halus dan elegan. Memang, dia lebih menyukai gagasan
memiliki tekstur kasar yang sama dengan beberapa subjeknya. Sikapnya yang lugas
dan tiba-tiba terkadang terkesan kasar, sementara metodenya yang langsung dan
tanpa hiasan dalam mengekspresikan dirinya selaras dengan baik dengan wajahnya
yang kasar, tidak bergerak, dan gerakan yang agak lamban. Pendidikannya tidak
sedemikian rupa untuk melunakkan kekhasan ini.
Alexander sangat kuat. Dia merobek paket kartu
menjadi dua dengan tangan kosong untuk menghibur anak-anaknya. Ketika duta
besar Austria di St. Petersburg mengatakan bahwa Austria akan memobilisasi dua
atau tiga korps tentara melawan Rusia, dia memutar garpu perak menjadi simpul
dan melemparkannya ke piring duta besar. Dia berkata, "Itulah yang akan
saya lakukan pada dua atau tiga korps tentara Anda."
Tidak seperti istrinya yang ekstrover,
Alexander tidak menyukai fungsi sosial dan menghindari St. Petersburg. Di pesta
dansa istana, dia tidak sabar menunggu acara berakhir. Dia akan memerintahkan
setiap musisi orkestra untuk pergi dan mematikan lampu sampai para tamu pergi.
Alexander takut pada kuda. Di masa kecilnya,
dia memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan di gunung yang pemarah.
Istrinya pernah meyakinkannya untuk pergi naik kereta bersamanya. Saat dia
dengan enggan memasuki kereta, kuda-kuda itu mundur. Dia segera meninggalkan gerbong
dan tidak ada permohonan dari istrinya yang dapat meyakinkannya untuk kembali.
Catatan dari memoar seniman Alexander Benois memberikan satu kesan tentang Alexander III:
Setelah pertunjukan balet Tsar Kandavl di
Teater Mariinsky, saya pertama kali melihat Kaisar. Saya terpesona oleh ukuran
pria itu, dan meskipun tidak praktis dan berat, dia tetaplah sosok yang
perkasa. Memang ada sesuatu tentang muzhik [petani Rusia] tentang dia. Tatapan
matanya yang cerah membuatku sangat terkesan. Saat dia melewati tempat saya
berdiri, dia mengangkat kepalanya sejenak, dan sampai hari ini saya dapat
mengingat apa yang saya rasakan saat mata kami bertemu. Itu adalah tatapan
sedingin baja, di mana ada sesuatu yang mengancam, bahkan menakutkan, dan itu
mengejutkanku. Tatapan Tsar! Penampilan seorang pria yang berdiri di atas
segalanya, tetapi memikul beban yang sangat berat dan yang setiap menit harus
mengkhawatirkan nyawanya dan nyawa orang-orang terdekatnya. Di tahun-tahun berikutnya
saya berhubungan dengan Kaisar beberapa kali, dan saya tidak merasa sedikit pun
malu. Dalam kasus yang lebih biasa, Tsar Alexander III bisa sekaligus baik
hati, sederhana, dan bahkan nyaris bersahaja.
- Masa Muda
Meskipun dia ditakdirkan untuk menjadi kaisar
yang sangat kontra-reformasi, Alexander memiliki sedikit prospek untuk naik
takhta selama dua dekade pertama hidupnya, karena dia memiliki seorang kakak
laki-laki, Nicholas, yang tampaknya bertubuh kuat. Bahkan ketika Nicholas
pertama kali menunjukkan gejala kesehatan yang lemah, anggapan bahwa dia
mungkin mati muda tidak pernah dianggap serius, dan dia bertunangan dengan
Putri Dagmar dari Denmark, putri Raja Christian IX dari Denmark dan Permaisuri
Louise dari Denmark, dan yang saudara kandungnya termasuk Raja Frederick VIII
dari Denmark, Permaisuri Alexandra dari Britania Raya dan Raja George I dari
Yunani. Perhatian yang besar dicurahkan pada pendidikan Nicholas sebagai
tsesarevich, sedangkan Alexander hanya menerima pelatihan dari Adipati Agung biasa
pada periode itu. Ini termasuk berkenalan dengan bahasa Prancis, Inggris dan
Jerman, dan latihan militer.
- Sebagai
Tsarevich
Alexander menjadi tsesarevich setelah kematian
mendadak Nicholas pada tahun 1865. Dia sangat dekat dengan kakak laki-lakinya,
dan dia sangat terpukul oleh kematian Nicholas. Ketika dia menjadi tsar, dia
merenungkan bahwa "tidak ada yang memiliki pengaruh besar dalam hidup saya
seperti saudara laki-laki dan teman tersayang saya Nixa [Nicholas]"[8] dan
menyesalkan bahwa "tanggung jawab yang berat berada di pundak saya"
ketika Nicholas meninggal.
Sebagai tsesarevich, Alexander mulai
mempelajari prinsip-prinsip hukum dan administrasi di bawah Konstantin
Pobedonostsev, yang saat itu menjadi profesor hukum perdata di Universitas
Negeri Moskow dan kemudian (sejak 1880) kepala kejaksaan Sinode Suci Gereja
Ortodoks di Rusia. Pobedonostsev menanamkan ke dalam benak pemuda itu keyakinan
bahwa semangat untuk pemikiran Ortodoks Rusia merupakan faktor penting dari
patriotisme Rusia yang harus dipupuk oleh setiap kaisar yang berpikiran benar.
Sementara dia pewaris dari tahun 1865 hingga 1881 Alexander tidak memainkan
peran penting dalam urusan publik, tetapi membiarkan diketahui bahwa dia
memiliki ide yang tidak sesuai dengan prinsip pemerintahan yang ada.
Lukisan besar karya seniman Georges Becker
tentang penobatan Kaisar Alexander III dan Permaisuri Maria Fyodorovna, yang
berlangsung pada tanggal 27 Mei [O.S. 15 Mei] 1883 di Uspensky Sobor, Kremlin
Moskwa. Di sebelah kiri mimbar dapat dilihat putra dan ahli warisnya yang masih
kecil, Tsarevich Nicholas, dan di belakang Nicholas dapat dilihat seorang Grand
Duke George muda.
Di ranjang kematiannya, Nicholas diduga
mengungkapkan keinginannya agar tunangannya, Putri Dagmar dari Denmark, menikah
dengan Alexander. Orang tua Alexander mendorong pertandingan tersebut. Pada
tanggal 2 Juni 1866, Alexander pergi ke Kopenhagen untuk mengunjungi Dagmar.
Saat mereka sedang melihat foto almarhum Nicholas, Alexander melamar Dagmar.
Pada 9 November [O.S. 28 Oktober] 1866 di Gereja Agung Istana Musim Dingin di
St. Petersburg, Alexander menikahi Dagmar, yang menjadi Kristen Ortodoks dan
mengambil nama Maria Feodorovna. Persatuan itu terbukti bahagia sampai akhir;
tidak seperti hampir semua pendahulunya sejak Peter I, tidak ada perzinahan
dalam pernikahannya. Pasangan itu menghabiskan malam pernikahan mereka di dacha
pribadi Tsarevich yang dikenal sebagai "Properti Saya".
Alexander dan ayahnya menjadi terasing karena pandangan politik mereka yang berbeda. Pada tahun 1870, Alexander II mendukung Prusia dalam Perang Prancis-Prusia, yang membuat marah Alexander yang lebih muda. Dipengaruhi oleh istrinya yang berkebangsaan Denmark, Dagmar, Alexander mengkritik "pemerintah picik" karena membantu "babi Prusia".
Alexander membenci ayahnya karena memiliki
hubungan jangka panjang dengan Catherine Dolgorukov (dengan siapa dia memiliki
beberapa anak haram) sementara ibunya, Permaisuri, menderita penyakit kronis.
Dua hari setelah Permaisuri Marie meninggal, ayahnya mengatakan kepadanya,
"Saya akan hidup seperti yang saya inginkan, dan persatuan saya dengan
Putri Dolgorukova sudah pasti" tetapi meyakinkannya bahwa "hak Anda
akan dilindungi." Alexander sangat marah atas keputusan ayahnya untuk
menikahi Catherine sebulan setelah kematian ibunya, yang dia yakini
"selamanya menghancurkan semua kenangan indah dalam kehidupan
keluarga". Ayahnya mengancam akan mencabut hak warisnya jika dia
meninggalkan pengadilan karena memprotes pernikahan tersebut. Dia secara
pribadi mencela Catherine sebagai "orang luar" dan mengeluh bahwa dia
"merancang dan tidak dewasa". Setelah pembunuhan ayahnya, dia
merenungkan bahwa pernikahan ayahnya dengan Catherine telah menyebabkan tragedi
itu: “Semua buih meledak dan menelan semua yang suci. Malaikat pelindung
terbang dan semuanya berubah menjadi abu, akhirnya memuncak pada 1 Maret yang
mengerikan dan tidak dapat dipahami."
- Memerintah
Pada 13 Maret 1881 (N.S.) ayah Alexander,
Alexander II, dibunuh oleh anggota organisasi ekstremis Narodnaya Volya.
Akibatnya, ia naik tahta kekaisaran Rusia di Nennal. Dia dan Maria Feodorovna
secara resmi dimahkotai dan diurapi di Katedral Asumsi di Moskow pada 27 Mei
1883. Kenaikan Alexander ke tahta diikuti oleh pecahnya kerusuhan anti-Yahudi.
Alexander dan istrinya Permaisuri Maria
Fyodorovna sedang berlibur di Kopenhagen pada tahun 1893
Alexander III tidak menyukai kemewahan anggota
keluarganya yang lain. Itu juga mahal bagi Mahkota untuk membayar begitu banyak
adipati agung setiap tahun. Masing-masing menerima gaji tahunan 250.000 rubel,
dan grand duchess menerima mahar satu juta ketika mereka menikah. Dia membatasi
gelar grand duke dan duchess hanya untuk anak-anak dan cucu laki-laki dari
kaisar. Sisanya akan menyandang gelar pangeran dan gaya Yang Mulia. Dia juga
melarang pernikahan morganatik, serta pernikahan di luar Ortodoksi.
- Kebijakan
dalam Negeri
Pada hari pembunuhannya, Alexander II
menandatangani sebuah ukaz yang membentuk komisi konsultatif untuk menasihati
raja. Namun, saat naik tahta, Alexander III mengikuti nasihat Pobedonostsev dan
membatalkan kebijakan tersebut sebelum dipublikasikan. Dia menjelaskan bahwa
otokrasinya tidak akan dibatasi.
Alexander menerima para tetua distrik pedesaan
di halaman Istana Petrovsky di Moskow; lukisan oleh Ilya Repin
Semua reformasi internal Alexander III
bertujuan untuk membalikkan liberalisasi yang terjadi pada masa pemerintahan
ayahnya. Kaisar baru percaya bahwa tetap setia pada Ortodoksi, Otokrasi, dan
Kebangsaan Rusia (ideologi yang diperkenalkan oleh kakeknya, Kaisar Nicholas I)
akan menyelamatkan Rusia dari agitasi revolusioner.
Foto tentang kedatangan Alexander III di Rumah
Fontell (juga dikenal sebagai "Rumah Kaisar") untuk pertama kalinya
pada 4 Agustus 1885, di Lappeenranta, Finlandia.
Alexander melemahkan kekuatan zemstvo (badan administratif lokal pilihan) dan menempatkan administrasi komune petani di bawah pengawasan pemilik tanah yang ditunjuk oleh pemerintahnya. "Kapten darat" (zemskiye nachalniki) ini ditakuti dan dibenci di seluruh komunitas petani Kekaisaran. [Rujukan?] Tindakan ini melemahkan kaum bangsawan dan kaum tani dan membawa administrasi Kekaisaran di bawah kendali pribadi Kaisar. Dalam kebijakan seperti itu Alexander III mengikuti nasihat Konstantin Pobedonostsev, yang mempertahankan kontrol Gereja di Rusia melalui masa jabatannya yang panjang sebagai Prokurator Sinode Suci (dari 1880 hingga 1905) dan yang menjadi guru putra dan pewaris Alexander, Nicholas. (Pobedonostsev muncul sebagai "Toporov" dalam novel Kebangkitan Tolstoy.) Penasihat konservatif lainnya termasuk Count D. A. Tolstoy (menteri pendidikan, dan kemudian urusan dalam negeri) dan I. N. Durnovo (penerus D. A. Tolstoy di pos terakhir). Mikhail Katkov dan jurnalis lainnya mendukung kaisar dalam otokrasinya.
Kelaparan Rusia tahun 1891–1892, yang menyebabkan 375.000 hingga 500.000 kematian, dan epidemi kolera berikutnya memungkinkan beberapa aktivitas liberal, karena pemerintah Rusia tidak dapat mengatasi krisis tersebut dan harus mengizinkan zemstvo untuk membantu memberikan bantuan (antara lain, Leo Tolstoy membantu upaya bantuan di tanah miliknya dan melalui pers Inggris, dan Chekhov mengarahkan tindakan pencegahan anti-kolera di beberapa desa).
Alexander memiliki tujuan politik Rusifikasi,
yang melibatkan homogenisasi bahasa dan agama rakyat Rusia. Dia menerapkan
perubahan seperti hanya mengajar bahasa Rusia di sekolah Rusia di Jerman,
Polandia, dan Finlandia. Dia juga melindungi Ortodoksi Timur dan menghancurkan
institusi budaya dan agama Jerman, Polandia, dan Swedia.
Koin 5 rubel Alexander III, 1888
Alexander memusuhi orang Yahudi;
pemerintahannya menyaksikan kemerosotan tajam dalam kondisi ekonomi, sosial, dan
politik orang Yahudi. Kebijakannya dengan penuh semangat diterapkan oleh
pejabat tsar dalam "Hukum Mei" tahun 1882. Undang-undang ini
mendorong sentimen anti-Yahudi terbuka dan lusinan pogrom di seluruh bagian
barat kekaisaran. Akibatnya, banyak orang Yahudi beremigrasi ke Eropa Barat dan
Amerika Serikat. Mereka melarang orang Yahudi untuk menghuni daerah pedesaan
dan pemukiman (bahkan di dalam Pale of Settlement) dan membatasi pekerjaan yang
dapat mereka lakukan.
Didorong oleh keberhasilan pembunuhan Alexander
II, gerakan Narodnaya Volya mulai merencanakan pembunuhan Alexander III.
Okhrana mengungkap plot tersebut dan lima konspirator, termasuk Aleksandr
Ulyanov, kakak laki-laki Vladimir Lenin, ditangkap dan digantung pada Mei 1887.
- Kebijakan
luar Negeri
Konsensus negatif umum tentang kebijakan luar
negeri tsar mengikuti kesimpulan Perdana Menteri Inggris Lord Salisbury pada
tahun 1885:
Katedral Borki adalah salah satu dari banyak
gereja yang dibangun untuk memperingati kelangsungan hidup ajaib Tsar dalam
kecelakaan kereta tahun 1888
Sangat sulit untuk sampai pada kesimpulan yang
memuaskan mengenai objek sebenarnya dari kebijakan Rusia. Saya lebih cenderung
percaya tidak ada; bahwa Kaisar benar-benar Menterinya sendiri, dan Menteri
yang begitu buruk sehingga tidak ada kebijakan konsekuen atau koheren yang
ditempuh; tetapi setiap orang yang berpengaruh, militer atau sipil, merenggut
darinya sebagai kesempatan menawarkan keputusan yang diinginkan orang tersebut
pada saat itu dan efek timbal balik dari keputusan ini satu sama lain
ditentukan hampir secara eksklusif oleh kebetulan.
Dalam urusan luar negeri Alexander III adalah
orang yang cinta damai, tetapi tidak dengan harga berapa pun, dan berpendapat
bahwa cara terbaik untuk menghindari perang harus dipersiapkan dengan baik
untuk itu. Diplomat Nikolay Girs, keturunan dari keluarga kaya dan berkuasa,
menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dari tahun 1882 hingga 1895 dan menetapkan
kebijakan damai yang dipuji oleh Alexander. Girs adalah seorang arsitek dari
Aliansi Prancis-Rusia tahun 1891, yang kemudian diperluas menjadi Triple
Entente dengan tambahan Britania Raya. Aliansi itu membawa Prancis keluar dari
isolasi diplomatik, dan memindahkan Rusia dari orbit Jerman ke koalisi dengan
Prancis, yang sangat didukung oleh bantuan keuangan Prancis untuk modernisasi
ekonomi Rusia. Girs bertanggung jawab atas diplomasi yang menampilkan banyak
penyelesaian dan perjanjian yang dinegosiasikan dan konvensi. Perjanjian ini
menentukan batas-batas Rusia dan mengembalikan keseimbangan ke situasi
berbahaya yang tidak stabil. Keberhasilan paling dramatis datang pada tahun
1885, menyelesaikan ketegangan lama dengan Inggris Raya, yang mengkhawatirkan
ekspansi Rusia ke selatan akan menjadi ancaman bagi India. Girs biasanya berhasil
menahan kecenderungan agresif Tsar Alexander meyakinkannya bahwa kelangsungan
hidup sistem Tsar bergantung pada penghindaran perang besar. Dengan wawasan
mendalam tentang suasana hati dan pandangan tsar, Girs biasanya mampu membuat
keputusan akhir dengan mengalahkan jurnalis, menteri, dan bahkan Tsarina yang
bermusuhan, serta duta besarnya sendiri.
Meskipun Alexander marah atas perilaku kanselir
Jerman Otto von Bismarck terhadap Rusia, dia menghindari perpecahan terbuka
dengan Jerman — bahkan menghidupkan kembali Liga Tiga Kaisar untuk jangka waktu
tertentu dan pada tahun 1887, menandatangani Perjanjian Reasuransi dengan
Jerman. Namun, pada tahun 1890, berakhirnya perjanjian tersebut bertepatan
dengan pemecatan Bismarck oleh kaisar Jerman yang baru, Kaiser Wilhelm II (yang
sangat tidak disukai Tsar), dan keengganan pemerintah Wilhelm II untuk
memperbarui perjanjian tersebut. Menanggapi Alexander III kemudian memulai
hubungan baik dengan Prancis, akhirnya bersekutu dengan Prancis pada tahun
1892.
Alexander III dan Presiden Prancis Marie
François Sadi Carnot menjalin aliansi
Terlepas dari hubungan yang dingin dengan
Berlin, Tsar tetap membatasi dirinya untuk menjaga sejumlah besar pasukan di
dekat perbatasan Jerman. Sehubungan dengan Bulgaria dia melakukan pengendalian
diri yang serupa. Upaya Pangeran Alexander dan kemudian Stambolov untuk
menghancurkan pengaruh Rusia di kerajaan membangkitkan kemarahannya, tetapi dia
memveto semua proposal untuk campur tangan dengan kekuatan senjata.
Dalam urusan Asia Tengah dia mengikuti kebijakan tradisional untuk secara bertahap memperluas dominasi Rusia tanpa memprovokasi konflik dengan Britania Raya (lihat Insiden Panjdeh), dan dia tidak pernah membiarkan partisan yang suka berperang dari kebijakan maju lepas kendali. Pemerintahannya tidak dapat dianggap sebagai periode penting dalam sejarah Rusia; tetapi di bawah pemerintahannya yang keras, negara membuat kemajuan besar.
Alexander dan istrinya secara teratur
menghabiskan musim panas mereka di manor Langinkoski di sepanjang Sungai Kymi
dekat Kotka di pantai Finlandia, tempat anak-anak mereka tenggelam dalam gaya
hidup Skandinavia yang relatif sederhana.
Alexander III dan Maria Feodorovna dalam
lingkaran keluarga di beranda rumahnya di Langinkoski, Finlandia pada musim
panas 1889.
Alexander menolak pengaruh asing, khususnya
pengaruh Jerman, sehingga adopsi prinsip-prinsip nasional lokal tidak digunakan
lagi di semua bidang kegiatan resmi, dengan maksud untuk mewujudkan
cita-citanya tentang Rusia yang homogen dalam bahasa, administrasi, dan agama.
Ide-ide ini bertentangan dengan ide ayahnya, yang memiliki simpati Jerman
meskipun seorang patriot; Alexander II sering menggunakan bahasa Jerman dalam
hubungan pribadinya, kadang-kadang mengejek Slavofil dan mendasarkan kebijakan
luar negerinya pada aliansi Prusia.
Beberapa perbedaan antara ayah dan anak pertama
kali muncul selama Perang Prancis-Prusia, ketika Alexander II mendukung kabinet
Berlin sementara Tsesarevich tidak berusaha menyembunyikan simpatinya kepada
Prancis. Sentimen ini akan muncul kembali selama tahun 1875–1879, ketika
pertanyaan Timur menggairahkan masyarakat Rusia. Pada awalnya, Tsesarevich
lebih Slavofil daripada pemerintah Rusia. Namun, sifat flegmatisnya menahannya
dari banyak hal yang dilebih-lebihkan, dan ilusi populer apa pun yang mungkin
dia serap telah dihilangkan dengan pengamatan pribadi di Bulgaria di mana dia
memimpin sayap kiri tentara penyerang. Tidak pernah berkonsultasi tentang
masalah politik, Alexander membatasi dirinya pada tugas militer dan memenuhinya
dengan hati-hati dan tidak mengganggu. Setelah banyak kesalahan dan kekecewaan,
tentara mencapai Konstantinopel dan Perjanjian San Stefano ditandatangani,
tetapi banyak yang diperoleh dari dokumen penting itu harus dikorbankan di
Kongres Berlin.
Alexander III dan Nicholas II pada prangko
Prancis, c. 1896
Bismarck gagal melakukan apa yang diharapkan
darinya oleh kaisar Rusia. Sebagai imbalan atas dukungan Rusia yang telah memungkinkan
dia untuk menciptakan Kekaisaran Jerman, diperkirakan bahwa dia akan membantu
Rusia untuk menyelesaikan masalah Timur sesuai dengan kepentingan Rusia, tetapi
yang mengejutkan dan membuat marah kabinet Saint Petersburg dia membatasi diri.
untuk bertindak sebagai "broker jujur" di Kongres, dan tak lama
kemudian mengontrak aliansi dengan Austria-Hongaria untuk tujuan menangkal
desain Rusia di Eropa Timur.
Tsesarevich dapat merujuk pada hasil ini
sebagai konfirmasi atas pandangan yang dia ungkapkan selama Perang
Prancis-Prusia; dia menyimpulkan bahwa untuk Rusia, hal terbaik adalah pulih
secepat mungkin dari kelelahan sementara, dan bersiap untuk kemungkinan di masa
depan dengan reorganisasi militer dan angkatan laut. Sesuai dengan keyakinan
ini, dia menyarankan agar reformasi tertentu dilakukan.
- Perdagangan
dan Industri
Alexander III berinisiatif untuk merangsang
perkembangan perdagangan dan industri, seperti yang dilakukan ayahnya
sebelumnya. Perekonomian Rusia masih ditantang oleh perang Rusia-Turki tahun
1877–1878, yang menimbulkan defisit, jadi dia mengenakan bea masuk atas barang
impor. Untuk lebih meringankan defisit anggaran, ia menerapkan peningkatan
penghematan dan akuntansi dalam keuangan negara. Perkembangan industri
meningkat pada masa pemerintahannya. Juga pada masa pemerintahannya,
pembangunan Kereta Api Trans Siberia dimulai.
- Kehidupan
keluarga
Setelah pembunuhan ayahnya, Alexander III
diberi tahu bahwa akan sulit baginya untuk tetap aman di Istana Musim Dingin. Akibatnya,
Alexander memindahkan keluarganya ke Istana Gatchina, yang terletak 30
kilometer (20 mil) di selatan St. Petersburg. Istana itu dikelilingi oleh
parit, menara pengawas, dan parit, dan tentara berjaga siang dan malam. Di
bawah penjagaan ketat, dia akan melakukan kunjungan sesekali ke St. Petersburg,
tetapi bahkan saat itu dia akan tinggal di Istana Anichkov, berlawanan dengan
Istana Musim Dingin. Alexander tidak suka harus berlindung di Gatchina. Grand
Duke Alexander Mikhailovich dari Rusia ingat pernah mendengar Alexander
berkata, "Tidak disangka bahwa setelah menghadapi senjata Turki, saya
harus mundur sekarang sebelum sigung ini."
Pada tahun 1860-an, Alexander jatuh cinta
dengan dayang ibunya, Putri Maria Elimovna Meshcherskaya. Kecewa mengetahui
bahwa Pangeran Wittgenstein telah melamarnya pada awal tahun 1866, dia memberi
tahu orang tuanya bahwa dia siap untuk menyerahkan hak suksesinya untuk
menikahi "Dusenka" kesayangannya. Pada 19 Mei 1866, Alexander II
memberi tahu putranya bahwa Rusia telah mencapai kesepakatan dengan orang tua
Putri Dagmar dari Denmark, tunangan mendiang kakak laki-lakinya Nicholas.
Awalnya, Alexander menolak bepergian ke Kopenhagen karena ingin menikahi Maria.
Marah, Alexander II memerintahkannya untuk langsung pergi ke Denmark dan
melamar Putri Dagmar. Alexander menulis dalam buku hariannya, "Selamat
tinggal, Dusenka sayang."
Kiri ke Kanan: Kaisar Alexander III, Pangeran
George (kemudian menjadi George V dari Britania Raya), Marie Feodorovna, Maria
dari Yunani, Tsesarevich Nicholas (kemudian menjadi Kaisar Nicholas II dari
Rusia). Mungkin diambil di kapal pesiar kekaisaran dekat Denmark, c. 1893.
Terlepas dari keengganan awalnya, Alexander
semakin menyukai Dagmar. Di akhir hidupnya, mereka sangat mencintai satu sama lain.
Beberapa minggu setelah pernikahan mereka, dia menulis dalam buku hariannya:
"Tuhan mengabulkan bahwa... Saya dapat semakin mencintai istri tercinta
saya... Saya sering merasa bahwa saya tidak layak untuknya, tetapi meskipun ini
benar, Aku akan melakukan yang terbaik untuk menjadi." [39] Ketika dia
meninggalkan sisinya, dia sangat merindukannya dan mengeluh: "Minny
sayangku yang manis, selama lima tahun kita tidak pernah berpisah dan Gatchina
kosong dan sedih tanpamu." Pada tahun 1885, dia menugaskan Peter Carl
Fabergé untuk menghasilkan yang pertama dari apa yang kemudian menjadi
serangkaian telur Paskah permata (sekarang disebut "telur Fabergé")
untuknya sebagai hadiah Paskah. Dagmar sangat senang dengan telur Ayam Pertama
sehingga Alexander memberinya telur setiap tahun sebagai tradisi Paskah.
Setelah Alexander meninggal, ahli warisnya Nicholas melanjutkan tradisi dan
menugaskan dua telur, satu untuk istrinya, Permaisuri Alexandra Feodorovna, dan
satu untuk ibunya, Dagmar, setiap Paskah. Ketika dia merawatnya dalam penyakit
terakhirnya, Alexander memberi tahu Dagmar, "Bahkan sebelum kematianku,
aku telah mengenal seorang malaikat." Dia meninggal dalam pelukan Dagmar,
dan putrinya Olga mencatat bahwa "ibu saya masih memeluknya" lama
setelah dia meninggal.
Alexander memiliki enam anak dari Dagmar, lima
di antaranya bertahan hingga dewasa: Nicholas (lahir 1868), George (lahir
1871), Xenia (lahir 1875), Michael (lahir 1878) dan Olga (lahir 1882). Dia
memberi tahu Dagmar bahwa "hanya dengan [anak-anak kita] saya dapat rileks
secara mental, menikmatinya dan bersukacita, memandangi mereka." Dia
menulis dalam buku hariannya bahwa dia "menangis seperti bayi" saat
Dagmar melahirkan anak pertama mereka, Nicholas. Dia jauh lebih lunak dengan
anak-anaknya daripada kebanyakan raja Eropa, dan dia memberi tahu guru mereka,
"Saya tidak membutuhkan porselen, saya ingin anak-anak Rusia yang sehat
dan normal." Jenderal Cherevin percaya bahwa George yang pandai adalah
"favorit kedua orang tua".Alexander menikmati hubungan yang lebih
informal dengan putra bungsunya Michael dan menyayangi putri bungsunya, Olga.
Alexander khawatir pewarisnya, Nicholas,
terlalu lembut dan naif untuk menjadi Kaisar yang efektif. Ketika Witte
menyarankan agar Nicholas berpartisipasi dalam Komite Trans-Siberia, Alexander
berkata, “Pernahkah Anda mencoba mendiskusikan sesuatu yang penting dengan Yang
Mulia Adipati Agung? Jangan bilang kamu tidak pernah memperhatikan Grand Duke.
. . anak mutlak. Pendapatnya benar-benar kekanak-kanakan. Bagaimana dia bisa
memimpin komite seperti itu?” Dia khawatir Nicholas tidak memiliki pengalaman
dengan wanita dan mengatur agar balerina Polandia Mathilde Kschessinskaya
menjadi gundik putranya. Bahkan di akhir hidupnya, dia menganggap Nicholas
sebagai seorang anak dan mengatakan kepadanya, "Saya tidak dapat
membayangkan Anda sebagai tunangan - betapa aneh dan tidak biasa!"
Setiap musim panas mertuanya, Raja Christian IX
dan Ratu Louise, mengadakan reuni keluarga di istana kerajaan Denmark
Fredensborg dan Bernstorff, membawa Alexander, Maria dan anak-anak mereka ke
Denmark. Kakak iparnya, Princess of Wales, akan datang dari Inggris Raya dengan
beberapa anaknya, dan saudara ipar dan sepupu iparnya, Raja George I dari
Yunani, istrinya, Ratu Olga, yang adalah sepupu pertama Alexander dan Grand
Duchess Romanov sejak lahir, datang bersama anak-anak mereka dari Athena.
Berbeda dengan keamanan ketat yang diamati di Rusia, Alexander dan Maria
bersuka ria dalam kebebasan relatif yang mereka nikmati di Denmark, Alexander
pernah berkomentar kepada Pangeran dan Putri Wales menjelang akhir kunjungan
bahwa dia iri karena mereka dapat kembali ke rumah bahagia di Inggris, saat dia
kembali ke penjara Rusia. Di Denmark, ia dapat menikmati bergabung dengan
anak-anak, keponakan dan keponakannya, di kolam berlumpur mencari kecebong,
menyelinap ke kebun ayah mertuanya untuk mencuri apel, dan bermain-main,
seperti memutar selang air ke Raja yang sedang berkunjung. Oscar II dari
Swedia.
Alexander memiliki hubungan yang sangat buruk
dengan saudaranya Adipati Agung Vladimir. Di sebuah restoran, Grand Duke
Vladimir bertengkar dengan aktor Prancis Lucien Guitry ketika yang terakhir
mencium istrinya, Duchess Marie dari Mecklenburg-Schwerin. Prefek St.
Petersburg perlu mengawal Vladimir keluar dari restoran. Alexander sangat marah
sehingga dia mengasingkan Vladimir dan istrinya untuk sementara dan mengancam
akan mengasingkan mereka secara permanen ke Siberia jika mereka tidak segera
pergi. Ketika Alexander dan keluarganya selamat dari bencana kereta api Borki
pada tahun 1888, Alexander bercanda, "Saya bisa membayangkan betapa
kecewanya Vladimir ketika dia mengetahui bahwa kita semua tetap hidup!"
Ketegangan ini tercermin dalam persaingan antara Maria Feodorovna dan istri
Vladimir, Grand Duchess Marie Pavlovna.
Alexander memiliki hubungan yang lebih baik
dengan saudara laki-lakinya yang lain: Alexei (yang dia jadikan laksamana muda
dan kemudian menjadi laksamana agung Angkatan Laut Rusia), Sergei (yang dia
jadikan gubernur Moskow) dan Paul.
Terlepas dari antipati yang dimiliki Alexander
terhadap ibu tirinya, Catherine Dolgorukov, dia tetap mengizinkannya untuk
tetap tinggal di Istana Musim Dingin selama beberapa waktu setelah pembunuhan
ayahnya dan menyimpan berbagai kenang-kenangan tentang dirinya. Ini termasuk
seragam berlumuran darah Alexander II yang dia kenakan saat meninggal, dan
kacamata bacanya.
Meskipun dia tidak menyukai ibu mereka,
Alexander baik kepada saudara tirinya. Adik tiri bungsunya Putri Catherine
Alexandrovna Yurievskaya ingat ketika dia akan bermain dengannya dan
saudara-saudaranya: "Kaisar ... tampak seperti Goliat yang suka bermain
dan baik hati di antara semua anak yang bermain-main."
Pada tanggal 29 Oktober [O.S. 17 Oktober] 1888
kereta Kekaisaran tergelincir karena kecelakaan di Borki. Pada saat kecelakaan
terjadi, keluarga kekaisaran sedang berada di gerbong makan. Atapnya runtuh,
dan Alexander memegang jenazahnya di pundaknya saat anak-anak melarikan diri ke
luar. Timbulnya gagal ginjal Alexander kemudian dikaitkan dengan trauma tumpul
yang diderita dalam insiden ini.
- Penyakit
dan kematian
Alexander III dalam seragam Penjaga Kehidupan
Kerajaan Denmark, 1894
Pada tahun 1894, Alexander III jatuh sakit
dengan penyakit ginjal terminal (nefritis). Sepupu pertamanya, Ratu Olga dari
Yunani, menawarinya untuk tinggal di vilanya Mon Repos, di pulau Corfu, dengan
harapan dapat memperbaiki kondisi Tsar. Pada saat mereka mencapai Krimea,
mereka tinggal di Istana Maly di Livadia, karena Alexander terlalu lemah untuk
melakukan perjalanan lebih jauh. Menyadari bahwa hari-hari Tsar telah dihitung,
berbagai kerabat kekaisaran mulai berdatangan ke Livadia. Bahkan pendeta terkenal
John dari Kronstadt berkunjung dan memberikan Komuni kepada Tsar. Pada tanggal
21 Oktober, Alexander menerima tunangan Nicholas, Putri Alix dari
Hesse-Darmstadt, yang datang dari kampung halamannya Darmstadt untuk menerima
restu Tsar. Meski sangat lemah, Alexander bersikeras menerima Alix dengan
seragam lengkap, suatu peristiwa yang membuatnya kelelahan. Segera setelah itu,
kesehatannya mulai memburuk lebih cepat. Dia meninggal di pelukan istrinya, dan
di hadapan dokternya, Ernst Viktor von Leyden, di Istana Maly di Livadia pada
sore hari tanggal 1 November [O.S. 20 Oktober] 1894 pada usia empat puluh
sembilan tahun, dan digantikan oleh putra sulungnya Tsesarevich Nicholas, yang
naik takhta sebagai Nikolay II. Setelah meninggalkan Livadia pada 6 November dan
melakukan perjalanan ke St. Petersburg melalui Moskow, jenazahnya dimakamkan
pada 18 November di Benteng Peter dan Paul, dengan pemakamannya dihadiri oleh
banyak kerabat asing, termasuk Raja Christian IX dari Denmark, Pangeran dan
Putri Wales, dan Duke of York, dan Duke dan Duchess of Saxe-Coburg-Gotha, dan
calon menantu perempuannya, Alix dari Hesse, dan saudara laki-lakinya, Adipati
Agung Ernst Ludwig dari Hesse.
- Monumen
Patung penunggang kuda Alexander III, oleh
Pangeran Paolo Troubetzkoy, menunjukkan Kaisar duduk dengan berat di punggung
kuda yang berat
Pada tahun 1909, patung berkuda perunggu
Alexander III yang dipahat oleh Paolo Troubetzkoy ditempatkan di Lapangan
Znamenskaya di depan Terminal Kereta Api Moskow di St. Baik kuda maupun
penunggangnya dipahat dalam bentuk masif, yang menyebabkan julukan "kuda
nil". Troubetzkoy membayangkan patung itu sebagai karikatur, bercanda
bahwa dia ingin "menggambarkan seekor binatang di atas binatang
lain", dan itu cukup kontroversial pada saat itu, dengan banyak orang,
termasuk anggota Keluarga Kekaisaran, menentang desain tersebut, tetapi itu
adalah disetujui karena Janda Permaisuri tiba-tiba menyukai monumen itu.
Setelah Revolusi 1917, patung itu tetap berada di tempatnya sebagai simbol
otokrasi tsar sampai tahun 1937 ketika disimpan di gudang. Pada tahun 1994 itu
kembali dipajang di depan umum, di depan Istana Marmer. Tugu peringatan lainnya
terletak di kota Irkutsk di tanggul Angara.
Memorial didedikasikan untuk Alexander III di
Pullapää, Estonia
Pada 18 November 2017, Vladimir Putin
meresmikan monumen perunggu Alexander III di situs bekas Istana Maly Livadia di
Krimea. Monumen setinggi empat meter karya pematung Rusia Andrey Kovalchuk
menggambarkan Alexander III duduk di atas tunggul, lengannya yang terentang
bertumpu pada pedang. Sebuah prasasti mengulangi perkataannya, "Rusia
hanya memiliki dua sekutu: Angkatan Darat dan Angkatan Laut." Alexander
III diyakini sebagai pendahulu favorit Putin. Pada tanggal 5 Juni 2021 dia
meresmikan monumen lebih lanjut untuknya di situs Istana Gatchina, Oblast
Leningrad.
- Kehormatan
Ø Lokal
i.
Knight of St. Andrew, 10 March 1845
ii.
Knight of St. Alexander Nevsky, 10 March 1845
iii.
Knight of St. Anna, 1st Class, 10 March 1845
iv.
Knight of the White Eagle, 10 March 1845
v.
Knight of St. Vladimir, 4th Class, 1864; 3rd
Class, 1870
vi.
Knight of St. Stanislaus, 1st Class, 1865
vii.
Knight of St. George, 2nd Class, 1877
Ø Luar negeri
i.
Kekaisaran Austria: Salib Besar Ordo Kerajaan
Hongaria St. Stephen, 1866
ii.
Baden:
ü
Knight of the House Order of Fidelity, 1872
ü
Salib Besar Singa Zähringer, 1872
iii.
Kerajaan Bayern: Ksatria St. Hubert, 1865
iv.
Belgia:
Grand Cordon of the Order of Leopold (militer), 7 Juni 1865
v.
Kekaisaran Brasil:
ü
Salib Agung Salib Selatan, 14 Januari 1866
ü
Salib Agung Ordo Pedro I, 15 September 1868
vi.
Kepangeranan Bulgaria: Orde Keberanian, Kelas
1
vii.
Denmark:
ü
Ksatria Gajah, 29 Juni 1865
ü
Salib Kehormatan Ordo Dannebrog, 3 Juli 1866
ü
Panglima Besar Dannebrog, 9 November 1891
ü
Medali Peringatan Pernikahan Emas Raja
Christian IX dan Ratu Louise, 1892
ü
Kadipaten Saxe-Coburg dan Gotha dari
Saxe-Altenburg Kadipaten Saxe-Meiningen Ernestine: Grand Cross of the
Saxe-Ernestine House Order, 1884
viii.
Prancis: Salib Agung Legiun Kehormatan, 9
Juni 1878
ix.
Yunani Kerajaan Yunani: Salib Agung Penebus, 15
Juli 1866
x.
Kerajaan Hawaii: Salib Besar Ordo Kamehameha
I, 1881
xi.
Kerajaan Hannover:
ü
Ksatria St. George, 1865
ü
Grand Cross dari Royal Guelphic Order, 1865
xii.
Kadipaten Agung Hesse: Salib Agung Ordo
Ludwig, 8 Juni 1857
xiii.
Kerajaan Italia: Knight of the Annunciation,
5 Juli 1865
xiv.
Ordo
Militer Berdaulat Malta: Salib Besar Kehormatan dan Pengabdian Jurusita, 12
Januari 1876
xv.
Kekaisaran Jepang:
ü
Grand Cordon of the Rising Sun, 28 Agustus 1879
ü
Grand Cordon Ordo Krisan, 20 Mei 1880
xvi.
Mecklenburg:
ü
Salib Agung Mahkota Wendish, dengan Mahkota di
Ore, 4 Juli 1865
ü
Cross for Distinction in War (Strelitz), 3
Desember 1877
xvii.
Kekaisaran Meksiko: Salib Besar Elang
Meksiko, dengan Kerah, 10 April 1866
xviii.
Monako:
Salib Agung St. Charles, 14 Agustus 1883
xix.
Kepangeranan Montenegro: Salib Agung Ordo
Pangeran Danilo I, 4 Januari 1867
xx.
Belanda:
ü
Salib Besar Singa Belanda, 19 Mei 1865
ü
Grand Cross of the Military William Order, 17
Maret 1881
xxi.
Oldenburg: Salib Agung Ordo Adipati Peter
Friedrich Ludwig, dengan Mahkota Emas, 28 Juli 1860
xxii.
Kekaisaran Ottoman:
ü
Ordo Osmanieh, Kelas 1, 1 April 1866
ü
Urutan Perbedaan, 3 Desember 1884
xxiii.
Kerajaan Portugal:
ü
Salib Agung Menara dan Pedang, 22 Juni 1865
ü
Salib Agung Ikat Pinggang Dua Ordo, 1 Mei 1873;
Tiga Perintah, 25 Mei 1881
xxiv.
Kekaisaran Persia: Orde Potret Agustus, 15
Desember 1869
xxv.
Kerajaan Prusia:
ü
Ksatria Elang Hitam, 10 Maret 1855; dengan
Kerah, 1868
ü
Salib Komandan Agung Ordo Rumah Kerajaan Hohenzollern,
25 September 1872
ü
Pour le Mérite (militer), 27 Desember 1877
xxvi.
Kerajaan Rumania:
ü
Salib Agung Bintang Rumania, 15 November 1877
ü
Medali Kebajikan Militer, 17 Januari 1878
ü
Penyeberangan Salib Danube (militer), 10 Mei
1879
xxvii.
Kerajaan Saxony: Knight of the Rue Crown,
1866
xxviii.
Saxe-Weimar-Eisenach: Grand Cross of the
White Falcon, 3 Oktober 1864
xxix.
Kepangeranan Serbia:
ü
Salib Besar Salib Takovo, 26 Maret 1878
ü
Medali Peringatan Perunggu untuk Perang
Rusia-Turki, 17 April 1878
ü
Salib Agung Elang Putih, 29 April 1883
xxx.
Siam:
Knight of the Order of the Royal House of Chakri, 15 Juli 1891
xxxi.
Spanyol: Ksatria Bulu Emas, 6 September
1865[89]
xxxii.
Swedia Norwegia Swedia-Norwegia:
xxxiii.
Ksatria Seraphim, 2 Juni 1865
xxxiv.
Salib Agung St. Olav, 25 Agustus 1879
xxxv.
Britania Raya: Stranger Knight of the Garter,
2 April 1881
xxxvi.
Württemberg: Salib Agung Mahkota Württemberg,
1864
- Masalah
Alexander III memiliki enam anak (lima di
antaranya bertahan hingga dewasa) dari pernikahannya dengan Putri Dagmar dari
Denmark, juga dikenal sebagai Marie Feodorovna.
Nama |
Kelahiran |
Kematian |
Catatan |
Kaisar Nicholas II dari Rusia |
18 Mei 1868 |
17 Juli 1918 |
menikah 26 November 1894, Putri Alix dari Hesse
(1872–1918); memiliki lima anak |
Adipati Agung Alexander Alexandrovich dari Rusia |
7 Juni 1869 |
2 May 1870 |
1870 meninggal karena meningitis, berusia 10 bulan dan 26
hari |
Adipati Agung George Alexandrovich dari Rusia |
9 May 1871 |
10 July 1899 |
meninggal karena tuberkulosis, pada usia 28 tahun; tidak
punya masalah |
Grand Duchess Xenia Alexandrovna dari Rusia |
6 April 1875 |
20 April 1960 |
menikah 6 Agustus 1894, Adipati Agung Alexander
Mikhailovich dari Rusia (1866–1933); memiliki tujuh anak |
Adipati Agung Michael Alexandrovich dari Rusia |
4 December 1878 |
13 June 1918 |
menikah 16 Oktober 1912, Natalia Sergeyevna Wulfert
(1880–1952); punya satu anak |
Adipati Agung Olga Alexandrovna dari Rusia |
13 June 1882 |
24 November 1960 |
menikah 9 Agustus 1901, Adipati Peter Alexandrovich dari
Oldenburg (1868–1924); div. 16 Oktober 1916; tidak punya masalah. menikah 16 November 1916, Kolonel Nikolai Kulikovsky
(1881–1958); memiliki dua anak |
·
Nikholai II
Nicholas II |
Kaisar Nikholas II |
Kaisar Russia |
Pemerintahan
: 1 November 1894 – 15 Maret 1917 Penobatan
: 26 Mei 1896 Pendahulu
: Alexander III Penerus
Monarki : dihapuskan |
Lahir :
18 Mei [O.S. 6 Mei] 1868, Istana Alexander, Tsarskoye Selo, Kekaisaran Rusia Meninggal
: 17 Juli 1918 (umur 50), Rumah Ipatiev, Yekaterinburg, SFSR Rusia Pemakaman
: 17 Juli 1998, Katedral Peter dan Paul, Saint Petersburg, Federasi Rusia Pasangan
: Alexandra Feodorovna (Alix dari Hesse) Anak: Ø Adipati
Agung Olga Ø Putri
Agung Tatiana Ø Putri
Agung Maria Ø Putri
Agung Anastasia Ø Tsarevich
Alexei |
Nama : Nikolai
Alexandrovich Romanov Rumah :
Holstein-Gottorp-Romanov Ayah :
Alexander III dari Rusia Ibu : Maria
Feodorovna (Dagmar dari Denmark) Agama :
Ortodoks Rusia |
Nicholas II atau Nikolai II Alexandrovich
Romanov (18 Mei [O.S. 6 Mei] 1868 – 17 Juli 1918), dikenal di Gereja Ortodoks
Rusia sebagai Santo Nikolas Pembawa Sengsara, adalah Kaisar terakhir Rusia,
Raja Kongres Polandia dan Adipati Agung Finlandia, memerintah dari 1 November
1894 hingga turun tahta pada 15 Maret 1917. Selama masa pemerintahannya,
Nicholas memberikan dukungan pada reformasi ekonomi dan politik yang dipromosikan
oleh perdana menterinya, Sergei Witte dan Pyotr Stolypin. Dia menganjurkan
modernisasi berdasarkan pinjaman luar negeri dan hubungan dekat dengan Prancis,
tetapi menolak memberikan peran utama parlemen baru (Duma). Pada akhirnya,
kemajuan dirusak oleh komitmen Nicholas pada pemerintahan otokratis, oposisi
aristokrat yang kuat, dan kekalahan yang dipertahankan oleh militer Rusia dalam
Perang Rusia-Jepang dan Perang Dunia I. Pada Maret 1917, dukungan publik untuk
Nicholas telah runtuh dan dia terpaksa turun tahta. tahta, dengan demikian
mengakhiri kekuasaan dinasti Romanov selama 304 tahun di Rusia (1613–1917).
Nicholas menandatangani Konvensi Anglo-Rusia
tahun 1907, yang dirancang untuk melawan upaya Jerman untuk mendapatkan
pengaruh di Timur Tengah; itu mengakhiri Permainan Besar konfrontasi antara
Rusia dan Kerajaan Inggris. Dia bertujuan untuk memperkuat Aliansi
Prancis-Rusia dan mengusulkan Konvensi Den Haag tahun 1899 yang gagal untuk
mempromosikan perlucutan senjata dan menyelesaikan perselisihan internasional
secara damai. Di dalam negeri, dia dikritik karena penindasan pemerintahnya
terhadap lawan politik dan anggapan kesalahan atau kelambanannya selama Tragedi
Khodynka, pogrom anti-Yahudi, Minggu Berdarah dan penindasan Revolusi Rusia 1905
dengan kekerasan. Popularitasnya semakin dirusak oleh Perang Rusia-Jepang, yang
membuat Armada Baltik Rusia dimusnahkan di Pertempuran Tsushima, bersamaan
dengan hilangnya pengaruh Rusia atas Manchuria dan Korea dan aneksasi Jepang di
selatan Pulau Sakhalin.
Selama Krisis Juli, Nicholas mendukung Serbia
dan menyetujui mobilisasi Tentara Rusia pada 30 Juli 1914. Sebagai tanggapan,
Jerman menyatakan perang terhadap Rusia pada 1 Agustus 1914 dan sekutunya
Prancis pada 3 Agustus 1914, memulai Perang Besar, yang kemudian dikenal
sebagai perang Dunia Pertama. Kerugian militer yang parah menyebabkan runtuhnya
moral di garis depan dan di dalam negeri; pemogokan umum dan pemberontakan
garnisun di Petrograd memicu Revolusi Februari dan disintegrasi otoritas monarki.
Setelah turun tahta untuk dirinya dan putranya, Nicholas dan keluarganya
dipenjarakan oleh Pemerintahan Sementara Rusia dan diasingkan ke Siberia.
Setelah Bolshevik merebut kekuasaan dalam Revolusi Oktober, keluarga tersebut
ditahan di Yekaterinburg, di mana mereka dieksekusi pada 17 Juli 1918.
Pada tahun 1981, Nicholas, istrinya, dan
anak-anak mereka diakui sebagai martir oleh Gereja Ortodoks Rusia di Luar
Rusia, yang berbasis di New York City. Kuburan mereka ditemukan pada tahun
1979, tetapi ini tidak diakui sampai tahun 1989. Setelah jatuhnya Uni Soviet,
sisa-sisa keluarga kekaisaran digali, diidentifikasi dengan analisis DNA, dan
dimakamkan kembali dengan upacara kenegaraan dan gereja yang rumit di St.
.Petersburg pada 17 Juli 1998, tepat 80 tahun setelah kematian mereka. Mereka
dikanonisasi pada tahun 2000 oleh Gereja Ortodoks Rusia sebagai pembawa nafsu.
Pada tahun-tahun setelah kematiannya, Nicholas dicerca oleh sejarawan Soviet
dan propaganda negara sebagai "tiran yang tidak berperasaan" yang
"menganiaya rakyatnya sendiri sambil mengirim tentara yang tak terhitung
jumlahnya ke kematian mereka dalam konflik yang tidak berguna". Meskipun
dipandang lebih positif dalam beberapa tahun terakhir, pandangan mayoritas di
kalangan sejarawan adalah bahwa Nicholas adalah seorang penguasa yang bermaksud
baik namun miskin yang terbukti tidak mampu menangani tantangan yang dihadapi
bangsanya.
- Masa Muda
Nikolay II, belum lahir pada usia dua tahun,
bersama ibunya, Maria Feodorovna, pada tahun 1870
Grand Duke Nicholas lahir pada tanggal 18 Mei
[O.S. 6 Mei] 1868, di Istana Alexander di Tsarskoye Selo selatan Saint
Petersburg, pada masa pemerintahan kakeknya Kaisar Alexander II. Dia adalah
anak tertua dari Tsesarevich Alexander Alexandrovich saat itu dan istrinya,
Tsesarevna Maria Feodorovna (née Putri Dagmar dari Denmark). Ayah Grand Duke
Nicholas adalah pewaris takhta Rusia sebagai putra kedua tetapi tertua yang
masih hidup dari Kaisar Alexander II dari Rusia. Kakek dari pihak ayah adalah
Kaisar Alexander II dan Permaisuri Maria Alexandrovna (née Putri Marie dari
Hesse dan oleh Rhine). Kakek dari pihak ibu adalah Raja Christian IX dan Ratu
Louise dari Denmark.
Grand Duke muda dibaptis di Kapel Kebangkitan
Istana Catherine di Tsarskoye Selo pada tanggal 1 Juni [O.S. 20 Mei] 1868 oleh
bapa pengakuan keluarga kekaisaran, protopresbyter Vasily Borisovich Bazhanov.
Wali baptisnya adalah Kaisar Alexander II (kakek dari pihak ayah), Ratu Louise
dari Denmark (nenek dari pihak ibu), Putra Mahkota Frederick dari Denmark
(paman dari pihak ibu), dan Grand Duchess Elena Pavlovna (bibi buyutnya). Bocah
itu menerima nama Romanov tradisional Nicholas dan dinamai untuk mengenang
kakak laki-laki ayahnya dan tunangan pertama ibunya, Tsesarevich Nicholas
Alexandrovich dari Rusia, yang meninggal muda pada tahun 1865. Secara informal,
dia dikenal sebagai "Nikki" sepanjang hidupnya.
- Kelahiran
dan latar belakang keluarga Masa kecil
Nicholas terutama keturunan Jerman dan Denmark,
nenek moyang terakhirnya yang beretnis Rusia adalah Adipati Agung Anna Petrovna
dari Rusia (1708–1728), putri Pyotr yang Agung. Di sisi lain, Nicholas terkait
dengan beberapa raja di Eropa. Saudara ibunya termasuk Raja Frederick VIII dari
Denmark dan George I dari Yunani, serta Ratu Alexandra Inggris (permaisuri Raja
Edward VII). Nicholas, istrinya Alexandra, dan kaisar Jerman Wilhelm II
semuanya adalah sepupu pertama Raja George V dari Britania Raya. Nicholas juga
merupakan sepupu pertama Raja Haakon VII dan Ratu Maud dari Norwegia, serta
Raja Christian X dari Denmark dan Raja Constantine I dari Yunani. Nicholas dan
Wilhelm II pada gilirannya adalah sepupu kedua yang pernah disingkirkan, karena
masing-masing adalah keturunan dari Raja Frederick William III dari Prusia,
serta sepupu ketiga, karena keduanya adalah cicit dari Tsar Paul I dari Rusia.
Selain menjadi sepupu kedua melalui keturunan dari Louis II, Adipati Agung
Hesse dan istrinya Putri Wilhelmine dari Baden, Nicholas dan Alexandra juga
merupakan sepupu ketiga yang pernah diangkat, karena keduanya adalah keturunan
Raja Frederick William II dari Prusia.
Tsar Nicholas II adalah sepupu pertama Adipati
Agung Nicholas Nikolaevich yang pernah diangkat. Untuk membedakan mereka,
Adipati Agung sering dikenal dalam keluarga kekaisaran sebagai
"Nikolasha" dan "Nicholas si Jangkung", sedangkan Tsar
adalah "Nicholas si Pendek".
- Masa
Kecil
Grand Duke Nicholas memiliki lima adik:
Alexander (1869–1870), George (1871–1899), Xenia (1875–1960), Michael
(1878–1918) dan Olga (1882–1960). Nicholas sering menyebut ayahnya secara
nostalgia dalam surat setelah kematian Alexander pada tahun 1894. Dia juga
sangat dekat dengan ibunya, seperti terungkap dalam surat mereka yang
diterbitkan satu sama lain. Di masa kecilnya, Nicholas, orang tua dan saudara
kandungnya melakukan kunjungan tahunan ke istana kerajaan Denmark Fredensborg
dan Bernstorff untuk mengunjungi kakek neneknya, raja dan ratu. Kunjungan
tersebut juga sebagai reuni keluarga, karena saudara ibunya juga akan datang
dari Inggris, Jerman dan Yunani dengan keluarga masing-masing. Di sanalah pada
tahun 1883, dia menggoda salah satu sepupu pertamanya di Inggris, Putri
Victoria. Pada tahun 1873, Nicholas juga menemani orang tua dan adik
laki-lakinya, George yang berusia dua tahun, dalam kunjungan semi-resmi selama
dua bulan ke Inggris Raya. Di London, Nicholas dan keluarganya tinggal di
Marlborough House, sebagai tamu dari "Paman Bertie" dan "Bibi
Alix", Pangeran dan Putri Wales, di mana dia dimanjakan oleh pamannya.
- Tsarevich
Pada tanggal 1 Maret 1881, setelah pembunuhan
kakeknya, Tsar Alexander II, Nicholas menjadi pewaris takhta ayahnya sebagai
Alexander III. Nicholas dan anggota keluarganya yang lain menjadi saksi
kematian Alexander II, hadir di Istana Musim Dingin di Saint Petersburg, di
mana dia dibawa setelah serangan itu. Untuk alasan keamanan, Tsar baru dan
keluarganya memindahkan kediaman utama mereka ke Istana Gatchina di luar kota,
hanya memasuki ibu kota untuk berbagai acara seremonial. Pada kesempatan
seperti itu, Alexander III dan keluarganya menduduki Istana Anichkov di
dekatnya.
Pada tahun 1884, upacara kedewasaan Nicholas
diadakan di Istana Musim Dingin, di mana dia mengikrarkan kesetiaannya kepada
ayahnya. Belakangan tahun itu, paman Nicholas, Adipati Agung Sergei
Alexandrovich, menikahi Putri Elizabeth, putri Louis IV, Adipati Agung Hesse
dan mendiang istrinya Putri Alice dari Britania Raya (yang telah meninggal pada
tahun 1878), dan cucu dari Ratu Victoria. Di pesta pernikahan di St. Perasaan
kagum itu berkembang menjadi cinta setelah kunjungannya ke St. Petersburg lima
tahun kemudian pada tahun 1889. Alix pada gilirannya memiliki perasaan padanya.
Sebagai seorang Lutheran yang taat, dia awalnya enggan pindah ke Ortodoksi
Rusia untuk menikah dengan Nicholas, tetapi kemudian mengalah.
Pada tahun 1890 Nicholas, adik laki-lakinya
George, dan sepupu mereka Pangeran George dari Yunani, melakukan tur dunia,
meskipun Grand Duke George jatuh sakit dan dipulangkan di tengah perjalanan.
Nicholas mengunjungi Mesir, India, Singapura, dan Siam (Thailand), menerima
penghargaan sebagai tamu terhormat di setiap negara. Selama perjalanannya
melalui Jepang, Nicholas memiliki tato naga besar di lengan kanannya oleh
seniman tato Jepang Hori Chyo. Sepupunya George V dari Inggris juga pernah
menerima tato naga dari Hori di Yokohama beberapa tahun sebelumnya. Selama
kunjungannya ke Otsu, Tsuda Sanzō, salah satu polisi pengawalnya, mengayunkan
pedang ke wajah Tsesarevich, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai insiden
Ōtsu. Nicholas ditinggalkan dengan bekas luka sepanjang 9 sentimeter di sisi
kanan dahinya, tetapi lukanya tidak mengancam jiwa. Insiden itu mempersingkat
perjalanannya. Kembali melalui darat ke St. Petersburg, dia hadir pada upacara
di Vladivostok untuk memperingati dimulainya pekerjaan di Kereta Api
Trans-Siberia. Pada tahun 1893, Nicholas pergi ke London atas nama orang tuanya
untuk hadir di pernikahan sepupunya Duke of York dengan Putri Mary of Teck.
Ratu Victoria terpesona oleh kemiripan fisik antara kedua sepupu itu, dan
penampilan mereka membingungkan beberapa orang di pesta pernikahan. Selama ini,
Nicholas berselingkuh dengan balerina St. Petersburg Mathilde Kschessinska.
Meskipun Nicholas adalah pewaris takhta,
ayahnya gagal mempersiapkannya untuk perannya di masa depan sebagai Tsar. Dia
menghadiri pertemuan Dewan Negara; namun, karena ayahnya baru berusia empat
puluhan, diharapkan akan bertahun-tahun sebelum Nicholas berhasil naik takhta.
Sergei Witte, menteri keuangan Rusia, melihat berbagai hal secara berbeda dan
menyarankan kepada Tsar agar Nicholas diangkat ke Komite Kereta Api Siberia.
Alexander berargumen bahwa Nicholas belum cukup dewasa untuk mengambil tanggung
jawab yang serius, pernah menyatakan "Nikki adalah anak yang baik, tetapi
dia memiliki jiwa penyair ... Tuhan tolong dia!" Witte menyatakan bahwa
jika Nicholas tidak diperkenalkan dengan urusan negara, dia tidak akan pernah
siap untuk memahaminya. Asumsi Alexander bahwa dia akan berumur panjang dan
memiliki waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan Nicholas menjadi Tsar
terbukti salah, karena pada tahun 1894, kesehatan Alexander menurun.
- Pertunangan
dan Pernikahan
Pada bulan April 1894, Nicholas bergabung
dengan Paman Sergei dan Bibi Elizabeth dalam perjalanan ke Coburg, Jerman,
untuk pernikahan saudara laki-laki Elizabeth dan Alix, Ernest Louis, Adipati
Agung Hesse, dengan sepupu pertama mereka Putri Victoria Melita dari
Saxe-Coburg dan Gotha. Tamu lainnya termasuk Ratu Victoria, Kaiser Wilhelm II,
Permaisuri Frederick (ibu Kaiser Wilhelm dan putri tertua Ratu Victoria), paman
Nicholas, Pangeran Wales, dan orang tua mempelai wanita, Duke dan Duchess of
Saxe-Coburg dan Gotha.
Foto pertunangan resmi Nicholas II dan
Alexandra, April 1894
Suatu kali di Coburg, Nicholas melamar Alix,
tetapi dia menolak lamarannya, karena enggan pindah ke Ortodoksi. Tetapi Kaiser
kemudian memberi tahu dia bahwa dia memiliki kewajiban untuk menikahi Nicholas
dan pindah agama, seperti yang dilakukan saudara perempuannya Elizabeth pada
tahun 1892. Jadi begitu dia berubah pikiran, Nicholas dan Alix secara resmi
bertunangan pada tanggal 20 April 1894. Orang tua Nicholas awalnya ragu untuk
memberikan pertunangan itu berkah mereka, karena Alix telah membuat kesan yang
buruk selama kunjungannya ke Rusia. Mereka memberikan persetujuan hanya ketika
mereka melihat kesehatan Tsar Alexander memburuk.
Musim panas itu, Nicholas pergi ke Inggris
untuk mengunjungi Alix dan Ratu. Kunjungan tersebut bertepatan dengan kelahiran
anak pertama Duke dan Duchess of York, calon Raja Edward VIII. Selain hadir
pada pembaptisan, Nicholas dan Alix juga terdaftar di antara wali baptis anak
tersebut. Setelah beberapa minggu di Inggris, Nicholas kembali ke rumah untuk
pernikahan saudara perempuannya, Xenia, dengan sepupunya, Adipati Agung
Alexander Mikhailovich ("Sandro").
Nicholas II dan keluarga pada tahun 1904
Pada musim gugur itu, Alexander III terbaring
sekarat. Setelah mengetahui bahwa dia hanya akan hidup dua minggu, Tsar
menyuruh Nicholas memanggil Alix ke istana kekaisaran di Livadia. Alix tiba
pada 22 Oktober; Tsar bersikeras untuk menerimanya dengan seragam lengkap. Dari
ranjang kematiannya, dia memberi tahu putranya untuk memperhatikan nasihat
Witte, menterinya yang paling cakap. Sepuluh hari kemudian, Alexander III
meninggal pada usia empat puluh sembilan tahun, meninggalkan Nicholas yang
berusia dua puluh enam tahun sebagai Kaisar Rusia. Malam itu, Nicholas
ditahbiskan oleh pendeta ayahnya sebagai Tsar Nicholas II dan, keesokan
harinya, Alix diterima di Gereja Ortodoks Rusia, mengambil nama Alexandra
Feodorovna dengan gelar Grand Duchess dan gaya Yang Mulia Kaisar.
Nicholas mungkin merasa tidak siap untuk tugas
mahkota, karena dia bertanya kepada sepupu dan saudara iparnya, Adipati Agung
Alexander, "Apa yang akan terjadi padaku dan seluruh Rusia?" Meskipun
mungkin kurang siap dan tidak terampil, Nicholas sama sekali tidak terlatih
untuk tugasnya sebagai Tsar. Nicholas memilih untuk mempertahankan kebijakan
konservatif yang disukai ayahnya selama masa pemerintahannya. Sementara
Alexander III berkonsentrasi pada perumusan kebijakan umum, Nicholas
mencurahkan lebih banyak perhatian pada detail administrasi.
Kaisar Nicholas II dan Permaisuri Alexandra
dengan anak pertama mereka, Grand Duchess Olga, 1896
Meninggalkan Livadia pada 7 November, prosesi
pemakaman Tsar Alexander—termasuk bibi dari pihak ibu Nicholas melalui
pernikahan dan sepupu pertama dari pihak ayah yang pernah memindahkan Ratu Olga
dari Yunani, dan Pangeran serta Putri Wales—tiba di Moskow. Setelah disemayamkan
di Kremlin, jenazah Tsar dibawa ke St. Petersburg, tempat pemakaman diadakan
pada 19 November.
Pernikahan Nicholas dan Alix awalnya
dijadwalkan pada musim semi tahun 1895, tetapi dimajukan atas desakan Nicholas.
Terhuyung-huyung di bawah beban kantor barunya, dia tidak berniat membiarkan
satu orang yang memberinya kepercayaan diri untuk meninggalkan sisinya.
Sebaliknya, pernikahan Nicholas dengan Alix berlangsung pada tanggal 26
November 1894, yang merupakan hari ulang tahun Janda Permaisuri Marie Feodorovna,
dan duka di istana bisa sedikit santai. Alexandra mengenakan pakaian
tradisional pengantin Romanov, dan Nicholas mengenakan seragam prajurit
berkuda. Nicholas dan Alexandra, masing-masing memegang lilin yang menyala,
menghadap pendeta istana dan menikah beberapa menit sebelum jam satu siang.
- Aksesi
dan pemerintahan
Meskipun berkunjung ke Inggris pada tahun 1893,
di mana dia mengamati House of Commons dalam debat dan tampaknya terkesan
dengan mesin monarki konstitusional, Nicholas menolak gagasan untuk memberikan
kekuasaan apa pun kepada perwakilan terpilih di Rusia. Tak lama setelah dia
naik takhta, utusan petani dan pekerja dari berbagai majelis lokal kota
(zemstvos) datang ke Istana Musim Dingin mengusulkan reformasi pengadilan,
seperti penerapan monarki konstitusional, dan reformasi yang akan meningkatkan
politik dan ekonomi. kehidupan kaum tani, di Alamat Tver.
Nicholas (kiri) dan keluarganya dalam
perjalanan perahu di kepulauan Finlandia pada tahun 1909
Meskipun alamat yang telah mereka kirim
sebelumnya ditulis dengan lembut dan setia, Nicholas marah dan mengabaikan
nasihat dari Dewan Keluarga Kekaisaran dengan mengatakan kepada mereka:
... telah menjadi pengetahuan saya bahwa selama
bulan-bulan terakhir telah terdengar di beberapa majelis zemstvo suara
orang-orang yang menuruti mimpi yang tidak masuk akal bahwa zemstvo dipanggil
untuk berpartisipasi dalam pemerintahan negara. Saya ingin semua orang tahu
bahwa saya akan mencurahkan seluruh kekuatan saya untuk mempertahankan, demi
kebaikan seluruh bangsa, prinsip otokrasi absolut, dengan tegas dan sekuat yang
dilakukan almarhum ayah saya.
Penobatan Nicholas II oleh Valentin Serov
Pada tanggal 26 Mei 1896, penobatan resmi
Nicholas sebagai Tsar diadakan di Katedral Uspensky yang terletak di dalam
Kremlin.
Dalam sebuah perayaan pada tanggal 27 Mei 1896,
sebuah festival besar dengan makanan, bir gratis, dan cangkir suvenir diadakan
di Lapangan Khodynka di luar Moskow. Khodynka dipilih sebagai lokasi karena
merupakan satu-satunya tempat di dekat Moskow yang cukup besar untuk menampung
semua warga Moskow. Khodynka terutama digunakan sebagai tempat latihan militer
dan lapangannya tidak rata dengan parit. Sebelum makanan dan minuman dibagikan,
desas-desus menyebar bahwa tidak akan cukup untuk semua orang. Akibatnya, orang
banyak bergegas untuk mendapatkan bagian mereka dan orang-orang tersandung dan
terinjak-injak, mati lemas di tanah lapangan. Dari sekitar 100.000 orang yang
hadir, diperkirakan 1.389 orang tewas dan sekitar 1.300 terluka. Tragedi Khodynka
dipandang sebagai pertanda buruk dan Nicholas merasa sulit mendapatkan
kepercayaan rakyat sejak awal pemerintahannya. Gala duta besar Prancis
direncanakan untuk malam itu. Tsar ingin tinggal di kamarnya dan berdoa untuk
nyawa yang hilang, tetapi pamannya percaya bahwa ketidakhadirannya di bola akan
membuat hubungan tegang dengan Prancis, khususnya Aliansi Prancis-Rusia tahun
1894. Jadi Nicholas menghadiri pesta itu; akibatnya rakyat yang berkabung
melihat Nicholas sebagai orang yang sembrono dan tidak peduli.
Nicholas sebagai Tsesarevich pada tahun 1892
Selama musim gugur setelah penobatan, Nicholas
dan Alexandra melakukan tur keliling Eropa. Setelah melakukan kunjungan ke
kaisar dan permaisuri Austria-Hongaria, Kaisar Jerman, dan kakek-nenek serta
kerabat Nicholas dari Denmark, Nicholas dan Alexandra mengambil alih kapal
pesiar baru mereka, the Standart, yang telah dibangun di Denmark. Dari sana,
mereka melakukan perjalanan ke Skotlandia untuk menghabiskan waktu bersama Ratu
Victoria di Kastil Balmoral. Sementara Alexandra menikmati reuninya dengan
neneknya, Nicholas mengeluh dalam sepucuk surat kepada ibunya tentang dipaksa
pergi syuting dengan pamannya, Pangeran Wales, dalam cuaca buruk, dan menderita
sakit gigi yang parah.
Tahun-tahun pertama pemerintahannya melihat
sedikit lebih dari kelanjutan dan pengembangan kebijakan yang diambil oleh
Alexander III. Nicholas membagikan uang untuk pameran Seluruh Rusia tahun 1896.
Pada tahun 1897 pemulihan standar emas oleh Sergei Witte, Menteri Keuangan, menyelesaikan
serangkaian reformasi keuangan, yang dimulai lima belas tahun sebelumnya. Pada
tahun 1902, Kereta Api Trans-Siberia hampir selesai; ini membantu perdagangan
Rusia di Timur Jauh tetapi jalur kereta api masih membutuhkan banyak pekerjaan.
- Pemahkotaan
Nicholas selalu percaya bahwa Tuhan memilihnya
untuk menjadi tsar dan karena itu keputusan tsar mencerminkan kehendak Tuhan
dan tidak dapat dibantah. Dia yakin bahwa orang-orang Rusia yang sederhana
memahami hal ini dan mencintainya, seperti yang ditunjukkan oleh tampilan kasih
sayang yang dia rasakan ketika dia tampil di depan umum. Keyakinannya yang kuno
membuat seorang penguasa yang sangat keras kepala menolak batasan
konstitusional atas kekuasaannya. Itu membuat tsar berbeda dengan konsensus politik
yang muncul di antara elit Rusia. Hal itu semakin terbantahkan oleh posisi
subordinasi Gereja dalam birokrasi. Hasilnya adalah ketidakpercayaan baru
antara tsar dan hierarki gereja dan antara hierarki itu dan rakyat. Dengan
demikian, basis dukungan tsar mengalami konflik.
monogram kekaisaran
Pada tahun 1903, Nicholas terjun ke dalam
krisis gerejawi sehubungan dengan kanonisasi Seraphim dari Sarov. Tahun
sebelumnya, telah disarankan bahwa jika dia dikanonisasi, pasangan kekaisaran
akan melahirkan seorang putra dan pewaris takhta. Sementara Alexandra menuntut
pada Juli 1902 agar Seraphim dikanonisasi dalam waktu kurang dari seminggu,
Nicholas menuntut agar dia dikanonisasi dalam waktu satu tahun. Terlepas dari
protes publik, Gereja tunduk pada tekanan kekaisaran yang kuat, menyatakan
Seraphim layak untuk kanonisasi pada Januari 1903. Musim panas itu, keluarga
kekaisaran pergi ke Sarov untuk kanonisasi.
-
Inisiatif dalam urusan luar negeri
Kaisar Franz Joseph dari Austria-Hongaria melakukan
kunjungan kenegaraan pada bulan April 1897 yang sukses. Itu menghasilkan
"kesepakatan tuan-tuan" untuk mempertahankan status quo di Balkan,
dan komitmen yang agak mirip berlaku untuk Konstantinopel dan Selat. Hasilnya
adalah tahun-tahun damai yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Kartu pos suvenir manuver Prancis tahun 1901
yang dihadiri oleh Nikolay II dan Alexandra
Nicholas mengikuti kebijakan ayahnya,
memperkuat Aliansi Prancis-Rusia dan mengejar kebijakan pengamanan umum Eropa,
yang berpuncak pada konferensi perdamaian Den Haag yang terkenal. Konferensi
ini, yang diusulkan dan dipromosikan oleh Nikolay II, diselenggarakan dengan
tujuan mengakhiri perlombaan senjata, dan menyiapkan mesin untuk penyelesaian
perselisihan internasional secara damai. Hasil konferensi kurang dari yang
diharapkan karena adanya saling ketidakpercayaan antara kekuatan besar. Namun
demikian, konvensi Den Haag merupakan salah satu pernyataan formal pertama dari
hukum perang. Nikolay II menjadi pahlawan bagi para murid perdamaian yang
berdedikasi. Pada tahun 1901 ia dan diplomat Rusia Friedrich Martens
dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian atas inisiatif mengadakan
Konferensi Perdamaian Den Haag dan berkontribusi pada pelaksanaannya. Namun
sejarawan Dan L. Morrill menyatakan bahwa "kebanyakan cendekiawan"
setuju bahwa ajakan itu "disusun dalam ketakutan, disampaikan dalam
penipuan, dan dibungkus dalam cita-cita kemanusiaan... Bukan dari paham
kemanusiaan, bukan dari cinta untuk umat manusia."
- Perang
Rusia-Jepang
Bentrokan antara Rusia dan Kekaisaran Jepang
hampir tak terhindarkan pada pergantian abad ke-20. Rusia telah berkembang di
Timur Jauh, dan pertumbuhan pemukiman dan ambisi teritorialnya, karena jalur
selatannya ke Balkan digagalkan, bertentangan dengan ambisi teritorial Jepang
sendiri di daratan Asia. Nicholas mengejar kebijakan luar negeri yang agresif
sehubungan dengan Manchuria dan Korea, dan sangat mendukung skema konsesi kayu
di wilayah ini seperti yang dikembangkan oleh kelompok Bezobrazov.
Armada Baltik Rusia dimusnahkan oleh Jepang
pada Pertempuran Tsushima.
Sebelum perang tahun 1901, Nicholas memberi
tahu Pangeran Henry dari Prusia, "Saya tidak ingin merebut Korea tetapi
dalam keadaan apa pun saya tidak dapat membiarkan Jepang berdiri kokoh di sana.
Itu akan menjadi casus belli."
Perang dimulai pada Februari 1904 dengan
serangan preemptive Jepang terhadap armada Rusia di Port Arthur, sebelum
deklarasi perang resmi.
Dengan armada Timur Jauh Rusia yang
terperangkap di Port Arthur, satu-satunya Armada Rusia lainnya adalah Armada
Baltik; jaraknya setengah dunia, tetapi keputusan dibuat untuk mengirim armada
dalam perjalanan sembilan bulan ke Timur. Britania Raya tidak mengizinkan
angkatan laut Rusia untuk menggunakan Terusan Suez, karena aliansinya dengan
Kekaisaran Jepang, dan karena insiden Dogger Bank di mana Armada Baltik secara
keliru menembaki kapal penangkap ikan Inggris di Laut Utara. Armada Baltik
melintasi dunia untuk mengangkat blokade di Port Arthur, tetapi setelah banyak
kesialan di jalan, hampir dimusnahkan oleh Jepang dalam Pertempuran Selat
Tsushima. Di darat Tentara Kekaisaran Rusia mengalami masalah logistik.
Sementara komando dan perbekalan datang dari St. Petersburg, pertempuran
terjadi di pelabuhan-pelabuhan Asia Timur dengan hanya Jalur Kereta Api
Trans-Siberia untuk pengangkutan perbekalan serta pasukan dua arah.[59] Jalur
rel sepanjang 9.200 kilometer (5.700 mil) antara St. Petersburg dan Port Arthur
adalah jalur tunggal, tanpa jalur di sekitar Danau Baikal, yang hanya
memungkinkan peningkatan pasukan secara bertahap di garis depan. Port Arthur
yang terkepung jatuh ke tangan Jepang, setelah sembilan bulan melakukan
perlawanan.
Saat Rusia menghadapi kekalahan yang akan
segera terjadi oleh Jepang, seruan untuk perdamaian tumbuh. Ibu Nicholas, serta
sepupunya Kaisar Wilhelm II, mendesak Nicholas untuk bernegosiasi demi
perdamaian. Terlepas dari upaya tersebut, Nicholas tetap mengelak, mengirim
telegram ke Kaiser pada 10 Oktober bahwa niatnya untuk terus berperang sampai
Jepang diusir dari Manchuria. Baru pada tanggal 27–28 Mei 1905 dan penghancuran
armada Rusia oleh Jepang, Nicholas akhirnya memutuskan untuk menuntut
perdamaian. Nicholas II menerima mediasi Amerika, menunjuk kepala yang berkuasa
penuh Sergei Witte untuk pembicaraan damai. Perang diakhiri dengan
penandatanganan Perjanjian Portsmouth.
- Keyakinan
Tsar akan Kemenangan
Sikap Nicholas terhadap perang sangat berbeda
dengan fakta yang jelas sehingga banyak pengamat yang bingung. Dia melihat
perang sebagai kemenangan mudah yang diberikan Tuhan yang akan meningkatkan
moral dan patriotisme Rusia. Dia mengabaikan dampak finansial dari perang jarak
jauh. Rotem Kowner berpendapat bahwa selama kunjungannya ke Jepang pada tahun
1891, di mana Nicholas diserang oleh seorang polisi Jepang, dia menganggap
orang Jepang bertubuh kecil, feminin, lemah, dan rendah diri. Dia mengabaikan
laporan kehebatan tentara Jepang dalam Perang Tiongkok-Jepang (1894–95) dan
laporan tentang kemampuan armada Jepang, serta laporan negatif tentang
kurangnya kesiapan pasukan Rusia.
Sebelum serangan Jepang di Port Arthur,
Nicholas memegang teguh keyakinan bahwa tidak akan ada perang. Terlepas dari
permulaan perang dan banyak kekalahan yang diderita Rusia, Nicholas masih
percaya, dan mengharapkan, kemenangan akhir, mempertahankan citra inferioritas
rasial dan kelemahan militer Jepang. Sepanjang perang, tsar menunjukkan
kepercayaan total pada kemenangan akhir Rusia. Penasihatnya tidak pernah
memberinya gambaran yang jelas tentang kelemahan Rusia. Terlepas dari bencana
militer yang terus menerus, Nicholas yakin kemenangan sudah dekat. Kehilangan
angkatan lautnya di Tsushima akhirnya membujuknya untuk menyetujui negosiasi
damai. Meski begitu, dia bersikeras pada opsi untuk membuka kembali permusuhan
jika kondisi perdamaian tidak menguntungkan. Dia melarang negosiator utamanya,
Count Witte, untuk menyetujui pembayaran ganti rugi atau kehilangan wilayah.
Nicholas tetap teguh menentang konsesi apa pun. Perdamaian dibuat, tetapi Witte
melakukannya dengan tidak mematuhi tsar dan menyerahkan Sakhalin selatan ke
Jepang.
- Pogrom
anti-Yahudi tahun 1903–1906
Surat kabar Kishinev Bessarabets, yang
menerbitkan materi anti-Semit, menerima dana dari Viacheslav Plehve, Menteri
Dalam Negeri. Publikasi ini berfungsi untuk memicu pogrom (kerusuhan) Kishinev.
Pemerintah Nicholas II secara resmi mengutuk kerusuhan tersebut dan
memberhentikan gubernur daerah tersebut, dengan para pelakunya ditangkap dan
dihukum oleh pengadilan. Kepemimpinan Gereja Ortodoks Rusia juga mengutuk
pogrom anti-Semit. Seruan kepada umat yang mengutuk pogrom dibacakan secara
terbuka di semua gereja di Rusia. Secara pribadi Nicholas mengungkapkan
kekagumannya pada massa, memandang anti-Semitisme sebagai alat yang berguna
untuk menyatukan orang-orang di belakang pemerintah; namun pada tahun 1911,
setelah pembunuhan Pyotr Stolypin oleh revolusioner Yahudi Dmitry Bogrov, dia
menyetujui upaya pemerintah untuk mencegah pogrom anti-Semit.
- Minggu
Berdarah (1905)
Beberapa hari sebelum Minggu Berdarah (9 (22)
Januari 1905), pendeta dan pemimpin buruh Georgy Gapon memberi tahu pemerintah
tentang prosesi yang akan datang ke Istana Musim Dingin untuk menyerahkan
petisi pekerja kepada Tsar. Pada Sabtu, 8 (21) Januari, para menteri bersidang
untuk mempertimbangkan situasi tersebut. Tidak pernah terpikirkan bahwa Tsar,
yang telah meninggalkan ibu kota menuju Tsarskoye Selo atas saran para menteri,
akan benar-benar bertemu dengan Gapon; saran agar beberapa anggota keluarga
kekaisaran lainnya menerima petisi ditolak.
Akhirnya diberitahu oleh Prefek Polisi bahwa
dia kekurangan orang untuk mencabut Gapon dari antara para pengikutnya dan
menahannya, Menteri Dalam Negeri yang baru diangkat, Pangeran
Sviatopolk-Mirsky, dan rekan-rekannya memutuskan untuk membawa pasukan tambahan
untuk memperkuat kota. . Malam itu Nicholas menulis dalam buku hariannya,
"Pasukan telah dibawa dari pinggiran untuk memperkuat garnisun. Sampai
sekarang para pekerja masih tenang. Jumlah mereka diperkirakan mencapai
120.000. Pemimpin serikat mereka adalah semacam pendeta sosialis bernama Gapon.
Mirsky datang malam ini untuk mempresentasikan laporannya tentang tindakan yang
diambil."
Pada hari Minggu, 9 (22) Januari 1905, Gapon
memulai perjalanannya. Mengunci senjata, para pekerja berbaris dengan damai
melalui jalan-jalan. Beberapa membawa ikon dan spanduk keagamaan, serta bendera
nasional dan potret Tsar. Sambil berjalan, mereka menyanyikan himne dan God
Save The Tsar. Pukul 2 siang, semua prosesi konvergen dijadwalkan tiba di
Istana Musim Dingin. Tidak ada konfrontasi tunggal dengan pasukan. Di seluruh
kota, di jembatan di jalan raya yang strategis, para pawai menemukan jalan
mereka diblokir oleh barisan infanteri, didukung oleh Cossack dan Hussars; dan
tentara menembaki kerumunan.
Jumlah resmi korban adalah 92 tewas dan
beberapa ratus luka-luka. Gapon menghilang dan para pemimpin pawai lainnya
ditangkap. Diusir dari ibu kota, mereka beredar di seluruh kekaisaran, menambah
korban jiwa. Saat peluru menembus ikon mereka, spanduk mereka, dan potret Nicholas
mereka, orang-orang berteriak, "Tsar tidak akan membantu kita!" Di
luar Rusia, calon Perdana Menteri Buruh Inggris Ramsay MacDonald menyerang
Tsar, menyebutnya sebagai "makhluk berlumuran darah dan pembunuh
biasa".
Malam itu Nicholas menulis dalam buku
hariannya:
Hari yang sulit! Petersburg terjadi gangguan
serius karena keinginan para pekerja untuk pergi ke Istana Musim Dingin.
Pasukan harus menembak di berbagai tempat di kota, banyak yang tewas dan
terluka. Tuhan, betapa menyakitkan dan buruknya!
Adik perempuannya, Grand Duchess Olga
Alexandrovna, kemudian menulis:
Nicky mendapat laporan polisi beberapa hari
sebelumnya. Sabtu itu dia menelepon ibuku di Anitchkov dan mengatakan bahwa dia
dan aku harus segera berangkat ke Gatchina. Dia dan Alicky pergi ke Tsarskoye
Selo. Sejauh yang saya ingat, Paman saya Vladimir dan Nicholas adalah
satu-satunya anggota keluarga yang tersisa di St. Petersburg, tetapi mungkin
ada yang lain. Saya merasa pada saat itu bahwa semua pengaturan itu sangat
salah. Para menteri Nicky dan Kapolri melakukan semuanya. Ibu saya dan saya
ingin dia tinggal di St. Petersburg dan menghadapi orang banyak. Saya yakin,
meskipun suasana hati buruk beberapa pekerja, penampilan Nicky akan menenangkan
mereka. Mereka akan menyampaikan petisi mereka dan kembali ke rumah mereka.
Tapi insiden Epiphany yang menyedihkan itu membuat semua pejabat senior dalam
keadaan panik. Mereka terus memberi tahu Nicky bahwa dia tidak berhak mengambil
risiko sebesar itu, bahwa dia berhutang kepada negara untuk meninggalkan ibu
kota, bahwa bahkan dengan tindakan pencegahan terbaik yang dilakukan mungkin
selalu ada celah yang tersisa. Ibu saya dan saya melakukan semua yang kami bisa
untuk membujuknya bahwa nasihat para menteri itu salah, tetapi Nicky memilih
untuk mengikutinya dan dia adalah orang pertama yang bertobat ketika mendengar
hasil yang tragis itu.
Dari tempat persembunyiannya Gapon mengeluarkan
surat, yang menyatakan "Nicholas Romanov, sebelumnya Tsar dan saat ini
adalah pembunuh jiwa kekaisaran Rusia. Darah pekerja yang tidak bersalah, istri
dan anak-anak mereka terletak selamanya antara Anda dan rakyat Rusia ... Semoga
semua darah yang harus ditumpahkan menimpa Anda, Anda Hangman. Saya menyerukan
kepada semua partai sosialis Rusia untuk segera mencapai kesepakatan di antara
mereka sendiri dan melakukan pemberontakan bersenjata melawan Tsarisme."
- Revolusi
1905
Dihadapkan dengan oposisi yang berkembang dan
setelah berkonsultasi dengan Witte dan Pangeran Sviatopolk-Mirsky, Tsar
mengeluarkan ukase reformasi pada tanggal 25 Desember 1904 dengan janji yang
tidak jelas. Dengan harapan menghentikan pemberontakan, banyak demonstran
ditembak pada Minggu Berdarah (1905) ketika mereka mencoba berbaris ke Istana
Musim Dingin di St. Dmitri Feodorovich Trepov diperintahkan untuk mengambil
tindakan drastis untuk menghentikan aktivitas revolusioner. Grand Duke Sergei
terbunuh pada bulan Februari oleh bom revolusioner di Moskow saat dia
meninggalkan Kremlin. Pada tanggal 3 Maret Tsar mengutuk kaum revolusioner. Sementara
itu, Witte merekomendasikan untuk mengeluarkan manifesto. Skema reformasi akan
diuraikan oleh Goremykin dan sebuah komite yang terdiri dari perwakilan
terpilih dari zemstvo dan dewan kota di bawah kepresidenan Witte. Pada bulan
Juni kapal perang Potemkin, bagian dari Armada Laut Hitam, memberontak.
Sekitar Agustus/September, setelah keberhasilan
diplomasinya dalam mengakhiri Perang Rusia-Jepang, Witte menulis kepada Tsar
menekankan perlunya reformasi politik di dalam negeri. Tsar tetap tenang dan
sabar; dia menghabiskan sebagian besar perburuan musim gugur itu. Dengan
kekalahan Rusia oleh kekuatan non-Barat, prestise dan otoritas rezim otokratis
turun secara signifikan. Tsar Nicholas II, yang terkejut dengan kejadian
tersebut, bereaksi dengan marah dan bingung. Dia menulis kepada ibunya setelah
berbulan-bulan kekacauan:
Nikolay II mengunjungi Resimen Pengawal
Finlandia, 1905
Aku muak membaca beritanya! Tidak ada apa-apa
selain pemogokan di sekolah dan pabrik, polisi yang terbunuh, Cossack dan
tentara, kerusuhan, kekacauan, pemberontakan. Tetapi para menteri, alih-alih
bertindak dengan keputusan cepat, hanya berkumpul di dewan seperti banyak ayam
yang ketakutan dan berkotek tentang memberikan tindakan menteri yang bersatu
... hari-hari tenang yang tidak menyenangkan dimulai, memang sepi karena ada
ketertiban lengkap di jalan-jalan, tetapi di jalan-jalan. pada saat yang sama
semua orang tahu bahwa sesuatu akan terjadi — pasukan sedang menunggu sinyal,
tetapi pihak lain tidak mau memulai. Seseorang memiliki perasaan yang sama,
seperti sebelum badai petir di musim panas! Semua orang gelisah dan sangat
gugup dan tentu saja, ketegangan semacam itu tidak bisa berlangsung lama....
Kita berada di tengah revolusi dengan aparatur administratif yang sama sekali
tidak terorganisir, dan di sinilah letak bahaya utamanya.
Pidato pembukaan Nikolay II di hadapan dua
kamar Duma Negara di Istana Musim Dingin, 1906.
Pada bulan Oktober pemogokan kereta api
berkembang menjadi pemogokan umum yang melumpuhkan negara. Di kota tanpa
listrik, Witte memberi tahu Nicholas II "bahwa negara itu berada di ambang
revolusi dahsyat". Tsar menerima draf tersebut, yang dengan tergesa-gesa
dibuat oleh Aleksei D. Obolensky. Kaisar dan Otokrat Seluruh Rusia dipaksa
untuk menandatangani Manifesto Oktober yang menyetujui pembentukan Duma
Kekaisaran, dan menyerahkan sebagian dari otokrasinya yang tidak terbatas.
Klausul kebebasan beragama membuat marah Gereja karena memungkinkan orang untuk
beralih ke Protestan evangelis, yang mereka kecam sebagai bid'ah.
Selama enam bulan berikutnya, Witte menjadi
Perdana Menteri. Menurut Harold Williams: "Pemerintah itu hampir lumpuh
sejak awal." Pada tanggal 26 Oktober (O.S.), Tsar menunjuk Trepov sebagai
Penguasa Istana (tanpa berkonsultasi dengan Witte), dan berhubungan setiap hari
dengan Kaisar; pengaruhnya di pengadilan sangat penting. Pada tanggal 1
November 1905 (O.S.), Putri Milica dari Montenegro mempersembahkan Grigori
Rasputin kepada Tsar Nicholas dan istrinya (yang saat itu memiliki seorang
putra penderita hemofilia) di Istana Peterhof.
- Hubungan
dengan Duma
Pidato pembukaan Nikolay II di hadapan dua
kamar Duma Negara di Istana Musim Dingin, 1906.
Di bawah tekanan dari percobaan Revolusi Rusia
1905, pada tanggal 5 Agustus tahun itu Nicholas II mengeluarkan sebuah
manifesto tentang pertemuan Duma Negara, yang dikenal sebagai Duma Bulygin,
yang awalnya dianggap sebagai badan penasehat. Dalam Manifesto Oktober, Tsar
berjanji untuk memperkenalkan kebebasan sipil dasar, memberikan partisipasi
luas dalam Duma Negara, dan memberi Duma kekuasaan legislatif dan pengawasan. Namun,
dia bertekad untuk mempertahankan otokrasinya bahkan dalam konteks reformasi.
Hal ini diisyaratkan dalam teks konstitusi 1906. Dia digambarkan sebagai
otokrat tertinggi, dan mempertahankan kekuasaan eksekutif, juga dalam urusan
gereja. Menteri kabinetnya tidak diizinkan untuk mengganggu atau membantu satu
sama lain; mereka hanya bertanggung jawab kepadanya.
Hubungan Nicholas dengan Duma buruk. Duma
Pertama, dengan mayoritas Kadet, segera berkonflik dengannya. Hampir 524
anggota duduk di Istana Tauride ketika mereka merumuskan 'Alamat ke Tahta'. Itu
menuntut hak pilih universal, reformasi tanah radikal, pembebasan semua tahanan
politik dan pemecatan menteri yang ditunjuk oleh Tsar demi menteri yang dapat
diterima Duma. Grand Duchess Olga, saudara perempuan Nicholas, kemudian
menulis:
Koin perak: 1 rubel Nikolai II_Romanov Dynasty
– 1913 – Di bagian depan koin menampilkan dua penguasa: Kaisar Nikolas II kiri
berseragam militer penjaga kehidupan resimen infanteri ke-4 keluarga
Kekaisaran, kanan Michael I dengan jubah Kerajaan dan Monomakh Topi. Potret
yang dibuat dalam bingkai melingkar di sekitar ornamen Yunani.
Ada kesuraman di Tsarskoye Selo. Saya tidak
mengerti apa-apa tentang politik. Saya hanya merasa semuanya salah dengan
negara dan kita semua. Konstitusi Oktober tampaknya tidak memuaskan siapa pun.
Saya pergi dengan ibu saya ke Duma pertama. Saya ingat sekelompok besar deputi
dari kalangan petani dan pekerja pabrik. Para petani tampak cemberut. Tapi para
pekerja lebih buruk: mereka tampak seolah-olah membenci kami. Aku ingat
kesedihan di mata Alicky.
Menteri Pengadilan Hitung Vladimir Frederiks
berkomentar, "Para Deputi, mereka memberi kesan sekelompok penjahat yang
hanya menunggu sinyal untuk melemparkan diri ke arah para menteri dan memotong
leher mereka. Saya tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di antara
orang-orang itu ." Janda Permaisuri memperhatikan "kebencian yang
tidak bisa dipahami".
Satu koin perak rubel Nikolay II, tertanggal
1898, dengan lambang Kekaisaran di bagian belakang. Prasasti Rusia berbunyi:
B[ozheyu] M[ilostyu] Nikolay Imperator i Samoderzhets Vse[ya]
Ross[ii].[iyskiy]. Terjemahan bahasa Inggrisnya adalah, "Dengan rahmat
Tuhan, Nikolay II, Kaisar dan Otokrat Seluruh Rusia."
Meskipun Nicholas awalnya memiliki hubungan
yang baik dengan perdana menterinya, Sergei Witte, Alexandra tidak
mempercayainya karena dia telah memicu penyelidikan terhadap Grigori Rasputin
dan, karena situasi politik memburuk, Nicholas membubarkan Duma. Duma dihuni
oleh orang-orang radikal, banyak dari mereka ingin mendorong melalui
undang-undang yang antara lain akan menghapuskan kepemilikan properti pribadi.
Witte, tidak mampu memahami masalah reformasi Rusia dan monarki yang tampaknya
tidak dapat diatasi, menulis kepada Nicholas pada 14 April 1906 untuk
mengundurkan diri dari jabatannya (namun, laporan lain mengatakan bahwa Witte
dipaksa mengundurkan diri oleh Kaisar). Nicholas tidak tidak ramah kepada Witte
dan sebuah Reskrip Kekaisaran diterbitkan pada tanggal 22 April menciptakan
Witte seorang Ksatria Ordo Saint Alexander Nevsky dengan berlian (dua kata
terakhir ditulis dengan tangan Kaisar sendiri, diikuti dengan "Saya tetap
tidak dapat diubah kepada Anda dan dengan tulus berterima kasih, untuk lebih
banyak lagi Nicholas.").
Duma kedua bertemu untuk pertama kalinya pada
bulan Februari 1907. Partai-partai kiri—termasuk Sosial Demokrat dan Sosial
Revolusioner, yang telah memboikot Duma Pertama—telah memenangkan 200 kursi di
Duma Kedua, lebih dari sepertiga jumlah anggota. Sekali lagi Nicholas menunggu dengan
tidak sabar untuk melepaskan diri dari Duma. Dalam dua surat kepada ibunya, dia
membiarkan kepahitannya mengalir:
Utusan aneh datang dari Inggris untuk menemui
anggota liberal Duma. Paman Bertie memberi tahu kami bahwa mereka sangat
menyesal tetapi tidak dapat mengambil tindakan untuk menghentikan kedatangan
mereka. "Kebebasan" mereka yang terkenal, tentu saja. Betapa marahnya
mereka jika utusan dari kami pergi ke Irlandia untuk mendoakan mereka sukses
dalam perjuangan mereka melawan pemerintah mereka.
Beberapa saat kemudian dia menulis lebih
lanjut:
Semuanya akan baik-baik saja jika semua yang
dikatakan di Duma tetap berada di dalam temboknya. Setiap kata yang diucapkan,
bagaimanapun, keluar di koran hari berikutnya yang dengan rajin dibaca oleh semua
orang. Di banyak tempat rakyat kembali bergolak. Mereka mulai berbicara tentang
tanah sekali lagi dan menunggu untuk melihat apa yang akan dikatakan Duma
tentang pertanyaan itu. Saya menerima telegram dari mana-mana, mengajukan
petisi kepada saya untuk memerintahkan pembubaran, tetapi masih terlalu dini
untuk itu. Seseorang harus membiarkan mereka melakukan sesuatu yang sangat
bodoh atau jahat dan kemudian - tampar! Dan mereka pergi!
Nicholas II, Stolypin dan delegasi Yahudi
selama kunjungan Tsar ke Kiev pada tahun 1911
Setelah Duma Kedua menghasilkan masalah serupa,
perdana menteri baru Pyotr Stolypin (yang digambarkan Witte sebagai
"reaksioner") secara sepihak membubarkannya, dan mengubah
undang-undang pemilihan untuk memungkinkan Dumas di masa depan memiliki konten
yang lebih konservatif, dan didominasi oleh Partai Oktobris liberal-konservatif
Alexander Guchkov. Stolypin, seorang politikus yang terampil, memiliki rencana
reformasi yang ambisius. Ini termasuk menyediakan pinjaman bagi kelas bawah
untuk memungkinkan mereka membeli tanah, dengan maksud membentuk kelas petani
yang setia kepada kerajaan. Namun demikian, ketika Duma tetap bermusuhan,
Stolypin tidak ragu untuk menggunakan Pasal 87 Undang-Undang Dasar, yang
memberdayakan Tsar untuk mengeluarkan 'keputusan darurat yang mendesak dan luar
biasa' selama reses Duma Negara '. Tindakan legislatif Stolypin yang paling
terkenal, perubahan kepemilikan tanah petani, diumumkan berdasarkan Pasal 87.
Duma ketiga tetap merupakan badan independen.
Kali ini para anggota melanjutkan dengan hati-hati. Alih-alih menyerang
pemerintah, pihak lawan di dalam Duma bekerja untuk mengembangkan tubuh secara
keseluruhan. Dengan cara klasik Parlemen Inggris, Duma meraih kekuasaan untuk
merebut dompet nasional. Duma memiliki hak untuk menanyai para menteri secara
tertutup mengenai pengeluaran yang diusulkan. Sesi-sesi ini, didukung oleh
Stolypin, bersifat mendidik bagi kedua belah pihak, dan, pada waktunya,
antagonisme timbal balik digantikan oleh rasa saling menghormati. Bahkan bidang
pengeluaran militer yang sensitif, di mana Manifesto Oktober jelas-jelas telah
mencadangkan keputusan untuk tahta, sebuah komisi Duma mulai beroperasi.
Terdiri dari patriot agresif yang tidak kalah cemasnya dengan Nicholas untuk
mengembalikan kehormatan senjata Rusia yang jatuh, komisi Duma sering
merekomendasikan pengeluaran yang bahkan lebih besar dari yang diusulkan.
Seiring berjalannya waktu, Nicholas juga mulai
percaya pada Duma. "Duma ini tidak dapat dicela dengan upaya merebut
kekuasaan dan sama sekali tidak perlu bertengkar dengannya," katanya
kepada Stolypin pada tahun 1909. Namun demikian, rencana Stolypin dilemahkan
oleh kaum konservatif di pengadilan. Meskipun tsar pada awalnya mendukungnya,
dia akhirnya memihak para kritikus terkemuka. Reaksioner seperti Pangeran
Vladimir Nikolayevich Orlov tidak pernah lelah memberi tahu tsar bahwa
keberadaan Duma itu sendiri adalah noda pada otokrasi. Stolypin, bisik mereka,
adalah seorang pengkhianat dan revolusioner rahasia yang berkomplot dengan Duma
untuk mencuri hak prerogatif yang diberikan Tuhan kepada Tsar. Witte juga
terlibat dalam intrik terus-menerus melawan Stolypin. Meski Stolypin tidak ada
hubungannya dengan kejatuhan Witte, Witte menyalahkannya. Stolypin tanpa disadari
telah membuat marah Tsaritsa. Dia telah memerintahkan penyelidikan terhadap
Rasputin dan menyerahkannya kepada Tsar, yang membacanya tetapi tidak melakukan
apa-apa. Stolypin, atas otoritasnya sendiri, memerintahkan Rasputin untuk
meninggalkan St. Alexandra memprotes dengan keras tetapi Nicholas menolak untuk
mengesampingkan Perdana Menterinya, yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap
Kaisar.
Pada saat pembunuhan Stolypin pada bulan
September 1911, Stolypin telah bosan dengan beban jabatan. Bagi seorang pria
yang lebih menyukai tindakan tegas yang jelas, bekerja dengan seorang penguasa
yang percaya pada fatalisme dan mistisisme membuat frustrasi. Sebagai contoh,
Nicholas pernah mengembalikan dokumen yang tidak ditandatangani dengan catatan:
Terlepas dari argumen yang paling meyakinkan
yang mendukung pengambilan keputusan positif dalam masalah ini, suara hati
terus bersikeras bahwa saya tidak menerima tanggung jawab untuk itu. Sejauh ini
hati nurani saya tidak menipu saya. Oleh karena itu saya bermaksud dalam hal
ini untuk mengikuti perintahnya. Saya tahu bahwa Anda juga percaya bahwa
"hati Tsar ada di tangan Tuhan." Biarkan seperti itu. Untuk semua
hukum yang saya tetapkan, saya memikul tanggung jawab besar di hadapan Tuhan,
dan saya siap untuk menjawab keputusan saya kapan saja.
Alexandra, percaya bahwa Stolypin telah
memutuskan ikatan yang menjadi sandaran hidup putranya, membenci Perdana
Menteri. Pada bulan Maret 1911, dalam kemarahan yang menyatakan bahwa dia tidak
lagi memerintahkan kepercayaan kekaisaran, Stolypin meminta untuk
dibebastugaskan dari jabatannya. Dua tahun sebelumnya ketika Stolypin dengan
santai menyebutkan pengunduran diri ke Nicholas dia diberitahu: "Ini bukan
masalah kepercayaan atau kurangnya kepercayaan. Ini adalah keinginan saya. Ingatlah
bahwa kita tinggal di Rusia, bukan di luar negeri ... dan karena itu saya tidak
akan pertimbangkan kemungkinan pengunduran diri." Dia dibunuh pada bulan
September 1911.
Pada tahun 1912, Duma keempat dipilih dengan
keanggotaan yang hampir sama dengan yang ketiga. "Duma dimulai terlalu
cepat. Sekarang lebih lambat, tapi lebih baik, dan lebih bertahan lama,"
kata Nicholas kepada Sir Bernard Pares.
Grigori Rasputin
Perang Dunia Pertama berkembang buruk bagi
Rusia. Pada akhir 1916, keputusasaan keluarga Romanov mencapai titik di mana
Adipati Agung Paul Alexandrovich, adik laki-laki Alexander III dan satu-satunya
paman Tsar yang masih hidup, diutus untuk memohon kepada Nicholas agar
memberikan konstitusi dan pemerintahan yang bertanggung jawab kepada Duma.
Nicholas dengan tegas dan tegas menolak, mencela pamannya karena memintanya
untuk melanggar sumpah penobatannya untuk mempertahankan kekuasaan otokratis
bagi penerusnya. Di Duma pada tanggal 2 Desember 1916, Vladimir Purishkevich,
seorang patriot yang bersemangat, monarki dan pekerja perang, mengecam kekuatan
gelap yang mengelilingi tahta dalam pidato dua jam yang menggelegar yang
disambut dengan tepuk tangan meriah. "Revolusi mengancam," dia
memperingatkan, "dan seorang petani yang tidak jelas tidak akan memerintah
Rusia lagi!"
- Penyakit
Tsarevich Alexei dan Rasputin
Masalah domestik yang lebih rumit adalah masalah suksesi. Alexandra melahirkan empat putri untuk Nicholas, Grand Duchess Olga pada tahun 1895, Grand Duchess Tatiana pada tahun 1897, Grand Duchess Maria pada tahun 1899, dan Grand Duchess Anastasia pada tahun 1901, sebelum putra mereka Alexei lahir pada tanggal 12 Agustus 1904. Hemofilia B, penyakit keturunan yang mencegah pembekuan darah dengan benar, yang pada saat itu tidak dapat diobati dan biasanya menyebabkan kematian sebelum waktunya. Sebagai cucu Ratu Victoria, Alexandra membawa mutasi gen yang sama yang menimpa beberapa keluarga kerajaan besar Eropa, seperti Prusia dan Spanyol. Oleh karena itu, hemofilia dikenal sebagai "penyakit kerajaan". Melalui Alexandra, penyakit itu diturunkan kepada putranya. Karena semua putri Nicholas dan Alexandra dibunuh bersama orang tua dan saudara laki-laki mereka di Yekaterinburg pada tahun 1918, tidak diketahui apakah ada di antara mereka yang mewarisi gen tersebut sebagai pembawa.
Sebelum kedatangan Rasputin, tsarina dan tsar
telah berkonsultasi dengan banyak mistikus, dukun, "orang bodoh", dan
pembuat keajaiban. Tingkah laku raja bukanlah suatu penyimpangan yang aneh,
tetapi suatu kemunduran yang disengaja dari kekuatan sosial dan ekonomi sekuler
pada masanya – suatu tindakan iman dan mosi percaya pada masa lalu spiritual.
Mereka telah menempatkan diri mereka sebagai penasihat dan manipulator spiritual
terbesar dalam sejarah Rusia.
Karena rapuhnya otokrasi saat ini, Nicholas dan
Alexandra memilih merahasiakan kondisi Alexei. Bahkan di dalam rumah tangga,
banyak yang tidak mengetahui sifat sebenarnya dari penyakit Tsarevich. Awalnya
Alexandra beralih ke dokter dan petugas medis Rusia untuk merawat Alexei;
namun, perawatan mereka umumnya gagal, dan Alexandra semakin beralih ke
mistikus dan orang suci (atau starets sebagaimana mereka dipanggil dalam bahasa
Rusia). Salah satu bintang ini, seorang Siberia yang buta huruf bernama Grigori
Rasputin, memperoleh kesuksesan yang luar biasa. Pengaruh Rasputin atas
Permaisuri Alexandra, dan akibatnya Tsar sendiri, semakin kuat setelah tahun
1912 ketika Tsarevich hampir meninggal karena cedera. Pendarahannya semakin
parah saat para dokter putus asa, dan para imam memberikan Sakramen Terakhir.
Dalam keputusasaan, Alexandra memanggil Rasputin, dan dia menjawab, "Tuhan
telah melihat air matamu dan mendengar doamu. Jangan bersedih. Si Kecil tidak
akan mati. Jangan biarkan dokter terlalu mengganggunya." Pendarahan
berhenti keesokan harinya dan bocah itu mulai pulih. Alexandra menganggap ini
sebagai tanda bahwa Rasputin adalah seorang bintang dan bahwa Tuhan
menyertainya; selama sisa hidupnya dia akan dengan gigih membelanya dan
melampiaskan amarahnya terhadap siapa pun yang berani menanyainya.
- Urusan
Eropa
Pada tahun 1907, untuk mengakhiri kontroversi
lama atas Asia Tengah, Rusia dan Britania Raya menandatangani Konvensi
Anglo-Rusia yang menyelesaikan sebagian besar masalah yang dihasilkan selama
beberapa dekade oleh The Great Game. Britania Raya telah memasuki Entente
cordiale dengan Prancis pada tahun 1904, dan konvensi Anglo-Rusia mengarah pada
pembentukan Triple Entente. Tahun berikutnya, pada Mei 1908, Nicholas dan
Alexandra berbagi "Paman Bertie" dan "Bibi Alix", Raja
Inggris Edward VII dan Ratu Alexandra, melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia,
menjadi monarki Inggris pertama yang melakukannya. Namun, mereka tidak
menginjakkan kaki di tanah Rusia. Sebaliknya, mereka tetap berada di kapal
pesiar mereka, bertemu di lepas pantai Tallinn modern. Belakangan tahun itu,
Nicholas dibuat lengah oleh berita bahwa menteri luar negerinya, Alexander
Izvolsky, telah menandatangani perjanjian rahasia dengan menteri luar negeri
Austro-Hungaria, Count Alois von Aehrenthal, menyetujui bahwa, sebagai ganti
akses angkatan laut Rusia ke Dardanella dan Selat Bosporus, Rusia tidak akan
menentang aneksasi Austria atas Bosnia dan Herzegovina, sebuah revisi dari
Perjanjian Berlin tahun 1878. Ketika Austria-Hongaria mencaplok wilayah ini
pada bulan Oktober, hal itu memicu krisis diplomatik. Ketika Rusia memprotes
aneksasi tersebut, Austria mengancam akan membocorkan komunikasi rahasia antara
Izvolsky dan Aehernthal, mendorong Nicholas untuk mengeluh dalam sebuah surat
kepada kaisar Austria, Franz Joseph, tentang pelanggaran kepercayaan. Pada
tahun 1909, setelah kebaktian Anglo-Rusia, keluarga kekaisaran Rusia melakukan
kunjungan ke Inggris, tinggal di Isle of Wight selama Cowes Week. Pada tahun
1913, selama Perang Balkan, Nicholas secara pribadi menawarkan untuk menengahi
antara Serbia dan Bulgaria. Namun, Bulgaria menolak tawarannya. Juga pada tahun
1913, Nicholas, meskipun tanpa Alexandra, mengunjungi Berlin untuk pernikahan
putri Kaiser Wilhelm II, Putri Victoria Louise, dengan sepupu dari pihak ibu
Nicholas, Ernest Augustus, Adipati Brunswick. Nicholas juga ditemani oleh
sepupunya, Raja George V dan istrinya, Ratu Mary.
- Tiga
ratus tahun
Pada bulan Februari 1913, Nicholas memimpin
perayaan tiga abad Dinasti Romanov. Pada tanggal 21 Februari, Te Deum
berlangsung di Katedral Kazan, dan resepsi kenegaraan di Istana Musim Dingin.
Pada bulan Mei, Nicholas dan keluarga kekaisaran melakukan ziarah melintasi
kekaisaran, menelusuri kembali rute menyusuri Sungai Volga yang dibuat oleh
remaja Michael Romanov dari Biara Ipatiev di Kostroma ke Moskow pada tahun 1613
ketika dia akhirnya setuju untuk menjadi Tsar.
Di Finlandia, Nicholas dikaitkan dengan
langkah-langkah Russifikasi yang sangat tidak populer. Ini dimulai dengan
Manifesto Februari yang diproklamirkan oleh Nicholas II pada tahun 1899, yang
membatasi otonomi Finlandia dan memicu periode penyensoran dan represi politik.
Petisi protes yang ditandatangani oleh lebih dari 500.000 orang Finlandia dikumpulkan
terhadap manifesto tersebut dan dikirim ke St. Petersburg oleh delegasi yang
terdiri dari 500 orang, tetapi tidak diterima oleh Nicholas. Langkah-langkah
Rusifikasi diperkenalkan kembali pada tahun 1908 setelah penangguhan sementara
setelah Revolusi 1905, dan Nicholas menerima sambutan dingin ketika dia
melakukan kunjungan satu-satunya ke Helsinki pada 10 Maret 1915.
- Perang
Dunia Pertama
Pada tanggal 28 Juni 1914 Archduke Franz
Ferdinand dari Austria, pewaris takhta Austria-Hongaria, dibunuh oleh seorang
nasionalis Serbia Bosnia di Sarajevo, yang menentang aneksasi Austria-Hongaria
atas Bosnia-Herzegovina. Pecahnya perang tidak dapat dihindari, tetapi para
pemimpin, diplomat, dan aliansi abad kesembilan belas menciptakan iklim konflik
skala besar. Konsep Pan-Slavisme dan berbagi agama menciptakan simpati publik
yang kuat antara Rusia dan Serbia. Konflik teritorial menciptakan persaingan
antara Jerman dan Prancis dan antara Austria-Hongaria dan Serbia, dan akibatnya
jaringan aliansi berkembang di seluruh Eropa. Jaringan Triple Entente dan
Triple Alliance ditetapkan sebelum perang. Nicholas tidak ingin meninggalkan
Serbia pada ultimatum Austria, atau memprovokasi perang umum. Dalam serangkaian
surat yang dipertukarkan dengan Wilhelm dari Jerman ("korespondensi
Willy–Nicky"), keduanya menyatakan keinginan mereka untuk berdamai, dan
masing-masing berusaha membuat yang lain mundur. Nicholas menginginkan agar
mobilisasi Rusia hanya melawan Austria-Hongaria, dengan harapan mencegah perang
dengan Jerman.
Pada tanggal 25 Juli 1914, di dewan menterinya,
Nicholas memutuskan untuk ikut campur dalam konflik Austro-Serbia, sebuah
langkah menuju perang umum. Dia membuat tentara Rusia "waspada" pada
25 Juli. Meskipun ini bukan mobilisasi umum, ini mengancam perbatasan Jerman
dan Austro-Hongaria dan terlihat seperti persiapan militer untuk perang. Namun,
pasukannya tidak memiliki rencana darurat untuk mobilisasi parsial, dan pada
tanggal 30 Juli 1914 Nicholas mengambil langkah yang menentukan untuk
mengonfirmasi perintah mobilisasi umum, meskipun sangat dinasihati untuk
menentangnya.
Pada 28 Juli, Austria-Hongaria secara resmi
menyatakan perang melawan Serbia. Pada tanggal 29 Juli 1914, Nicholas mengirim
telegram ke Wilhelm dengan saran untuk menyerahkan masalah Austro-Serbia ke
Konferensi Den Haag (di pengadilan Den Haag). Wilhelm tidak membahas pertanyaan
tentang Konferensi Den Haag dalam jawabannya selanjutnya. Count Witte memberi
tahu Duta Besar Prancis, Maurice Paléolog bahwa dari sudut pandang Rusia perang
adalah kegilaan, solidaritas Slavia hanyalah omong kosong dan Rusia tidak dapat
mengharapkan apa pun dari perang tersebut. Pada tanggal 30 Juli, Rusia
memerintahkan mobilisasi umum, tetapi tetap bersikukuh tidak akan menyerang
jika pembicaraan damai akan dimulai. Jerman, bereaksi terhadap penemuan
mobilisasi parsial yang diperintahkan pada 25 Juli, mengumumkan postur
pra-mobilisasinya sendiri, Bahaya Perang yang Akan Segera Terjadi. Jerman
meminta agar Rusia melakukan demobilisasi dalam dua belas jam ke depan. Di
Saint Petersburg, pada pukul 7 malam, dengan ultimatum ke Rusia telah berakhir,
duta besar Jerman untuk Rusia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey
Sazonov, menanyakan tiga kali apakah Rusia akan mempertimbangkan kembali, dan
kemudian dengan berjabat tangan, menyampaikan catatan menerima perang Rusia
menantang dan menyatakan perang pada 1 Agustus. Kurang dari seminggu kemudian,
pada 6 Agustus, Franz Joseph menandatangani deklarasi perang Austro-Hongaria di
Rusia.
Pecahnya perang pada 1 Agustus 1914 membuat
Rusia sangat tidak siap. Rusia dan sekutunya menaruh kepercayaan pada
pasukannya, 'mesin giling Rusia' yang terkenal. Kekuatan regulernya sebelum
perang adalah 1.400.000; mobilisasi menambahkan 3.100.000 cadangan dan jutaan
lainnya siap mendukung mereka. Namun, dalam segala hal lainnya, Rusia tidak
siap untuk perang. Jerman memiliki rel kereta api sepuluh kali lebih banyak per
mil persegi, dan sementara tentara Rusia menempuh jarak rata-rata 1.290
kilometer (800 mil) untuk mencapai garis depan, tentara Jerman menempuh jarak
kurang dari seperempat jarak itu. Industri berat Rusia masih terlalu kecil
untuk melengkapi pasukan besar yang dapat dikumpulkan oleh Tsar, dan cadangan
amunisinya sangat kecil; sementara tentara Jerman pada tahun 1914 memiliki
perlengkapan yang lebih baik daripada yang lain, orang demi orang, Rusia sangat
kekurangan senjata artileri, peluru, kendaraan bermotor, dan bahkan sepatu bot.
Dengan Laut Baltik yang dihalangi oleh U-boat Jerman dan Dardanella oleh
senjata sekutu Jerman, Kekaisaran Ottoman, Rusia awalnya dapat menerima bantuan
hanya melalui Archangel, yang membeku pada musim dingin, atau melalui
Vladivostok, yang berjarak lebih dari 6.400 kilometer ( 4.000 mil) dari garis
depan. Pada tahun 1915, sebuah jalur kereta api dibangun ke utara dari
Petrozavodsk ke Teluk Kola dan hubungan ini menjadi dasar bagi pelabuhan bebas
es yang kemudian disebut Murmansk. Komando Tinggi Rusia juga sangat dilemahkan
oleh penghinaan timbal balik antara Vladimir Sukhomlinov, Menteri Perang, dan
Adipati Agung Nicholas Nikolayevich yang tidak kompeten yang memimpin pasukan
di lapangan. Terlepas dari semua ini, serangan langsung diperintahkan terhadap
provinsi Prusia Timur Jerman. Jerman dimobilisasi di sana dengan sangat efisien
dan benar-benar mengalahkan dua tentara Rusia yang telah menyerang. Pertempuran
Tannenberg, di mana seluruh tentara Rusia dimusnahkan, membayangi masa depan
Rusia. Rusia sukses besar melawan tentara Austro-Hungaria dan Ottoman sejak
awal perang, tetapi mereka tidak pernah berhasil melawan kekuatan Angkatan
Darat Jerman. Pada bulan September 1914, untuk menghilangkan tekanan terhadap
Prancis, Rusia terpaksa menghentikan serangan yang berhasil melawan
Austria-Hongaria di Galicia untuk menyerang Silesia yang dikuasai Jerman.
Pada tanggal 25 Juli 1914, di dewan menterinya, Nicholas memutuskan untuk ikut campur dalam konflik Austro-Serbia, sebuah langkah menuju perang umum. Dia membuat tentara Rusia "waspada" pada 25 Juli. Meskipun ini bukan mobilisasi umum, ini mengancam perbatasan Jerman dan Austro-Hungaria dan terlihat seperti persiapan militer untuk perang.[105] Namun, pasukannya tidak memiliki rencana darurat untuk mobilisasi parsial, dan pada tanggal 30 Juli 1914 Nicholas mengambil langkah yang menentukan untuk mengonfirmasi perintah mobilisasi umum, meskipun sangat dinasihati untuk menentangnya.
Pada 28 Juli, Austria-Hongaria secara resmi
menyatakan perang melawan Serbia. Pada tanggal 29 Juli 1914, Nicholas mengirim
telegram ke Wilhelm dengan saran untuk menyerahkan masalah Austro-Serbia ke
Konferensi Den Haag (di pengadilan Den Haag). Wilhelm tidak membahas pertanyaan
tentang Konferensi Den Haag dalam jawabannya selanjutnya. Count Witte memberi
tahu Duta Besar Prancis, Maurice Paléolog bahwa dari sudut pandang Rusia perang
adalah kegilaan, solidaritas Slavia hanyalah omong kosong dan Rusia tidak dapat
mengharapkan apa pun dari perang tersebut. Pada tanggal 30 Juli, Rusia
memerintahkan mobilisasi umum, tetapi tetap bersikukuh tidak akan menyerang
jika pembicaraan damai akan dimulai. Jerman, bereaksi terhadap penemuan
mobilisasi parsial yang diperintahkan pada 25 Juli, mengumumkan postur
pra-mobilisasinya sendiri, Bahaya Perang yang Akan Segera Terjadi. Jerman
meminta agar Rusia melakukan demobilisasi dalam dua belas jam ke depan. Di
Saint Petersburg, pada pukul 7 malam, dengan ultimatum ke Rusia telah berakhir,
duta besar Jerman untuk Rusia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey
Sazonov, menanyakan tiga kali apakah Rusia akan mempertimbangkan kembali, dan
kemudian dengan berjabat tangan, menyampaikan catatan menerima perang Rusia
menantang dan menyatakan perang pada 1 Agustus. Kurang dari seminggu kemudian,
pada 6 Agustus, Franz Joseph menandatangani deklarasi perang Austro-Hongaria di
Rusia.
Pecahnya perang pada 1 Agustus 1914 membuat
Rusia sangat tidak siap. Rusia dan sekutunya mempercayai pasukannya, 'mesin
giling Rusia' yang terkenal.[110] Kekuatan regulernya sebelum perang adalah
1.400.000; mobilisasi menambahkan 3.100.000 cadangan dan jutaan lainnya siap
mendukung mereka. Namun, dalam segala hal lainnya, Rusia tidak siap untuk
perang. Jerman memiliki rel kereta api sepuluh kali lebih banyak per mil
persegi, dan sementara tentara Rusia menempuh jarak rata-rata 1.290 kilometer
(800 mil) untuk mencapai garis depan, tentara Jerman menempuh jarak kurang dari
seperempat jarak itu. Industri berat Rusia masih terlalu kecil untuk melengkapi
pasukan besar yang dapat dikumpulkan oleh Tsar, dan cadangan amunisinya sangat
kecil; sementara tentara Jerman pada tahun 1914 memiliki perlengkapan yang
lebih baik daripada yang lain, orang demi orang, Rusia sangat kekurangan
senjata artileri, peluru, kendaraan bermotor, dan bahkan sepatu bot. Dengan
Laut Baltik yang dihalangi oleh U-boat Jerman dan Dardanella oleh senjata
sekutu Jerman, Kekaisaran Ottoman, Rusia awalnya dapat menerima bantuan hanya
melalui Archangel, yang membeku pada musim dingin, atau melalui Vladivostok,
yang berjarak lebih dari 6.400 kilometer ( 4.000 mil) dari garis depan. Pada
tahun 1915, sebuah jalur kereta api dibangun ke utara dari Petrozavodsk ke
Teluk Kola dan hubungan ini menjadi dasar bagi pelabuhan bebas es yang kemudian
disebut Murmansk. Komando Tinggi Rusia juga sangat dilemahkan oleh penghinaan
timbal balik antara Vladimir Sukhomlinov, Menteri Perang, dan Adipati Agung
Nicholas Nikolayevich yang tidak kompeten yang memimpin pasukan di lapangan.
Terlepas dari semua ini, serangan langsung diperintahkan terhadap provinsi
Prusia Timur Jerman. Jerman dimobilisasi di sana dengan sangat efisien dan
benar-benar mengalahkan dua tentara Rusia yang telah menyerang. Pertempuran
Tannenberg, di mana seluruh tentara Rusia dimusnahkan, membayangi masa depan
Rusia. Rusia sukses besar melawan tentara Austro-Hungaria dan Ottoman sejak
awal perang, tetapi mereka tidak pernah berhasil melawan kekuatan Angkatan
Darat Jerman. Pada bulan September 1914, untuk menghilangkan tekanan terhadap
Prancis, Rusia terpaksa menghentikan serangan yang berhasil melawan
Austria-Hongaria di Galicia untuk menyerang Silesia yang dikuasai Jerman.
Lambat laun perang gesekan terjadi di Front
Timur yang luas, tempat Rusia menghadapi pasukan gabungan tentara Jerman dan
Austria-Hongaria, dan mereka menderita kerugian yang mengejutkan. Jenderal
Denikin, yang mundur dari Galicia menulis, "Artileri berat Jerman menyapu
seluruh barisan parit, dan para pembela mereka bersama mereka. Kami hampir
tidak menjawab. Tidak ada yang dapat kami jawab. Resimen kami, meskipun
benar-benar kelelahan, mengalahkan satu serang demi satu dengan bayonet ...
Darah mengalir tanpa henti, barisan menjadi semakin tipis dan semakin tipis.
Jumlah kuburan berlipat ganda." Pada tanggal 5 Agustus, dengan mundurnya
tentara Rusia, Warsawa jatuh. Kekalahan di garis depan menimbulkan kekacauan di
rumah. Awalnya, targetnya adalah Jerman, dan selama tiga hari di bulan Juni
toko, toko roti, pabrik, rumah pribadi, dan perkebunan milik orang-orang dengan
nama Jerman dijarah dan dibakar. Massa yang meradang kemudian menyerang
pemerintah, menyatakan Permaisuri harus dikurung di biara, Tsar digulingkan dan
Rasputin digantung. Nicholas sama sekali tidak tuli terhadap ketidakpuasan ini.
Sesi darurat Duma dipanggil dan Dewan Pertahanan Khusus dibentuk, anggotanya
diambil dari Duma dan menteri Tsar.
Pada Juli 1915, Raja Christian X dari Denmark,
sepupu pertama Tsar, mengirim Hans Niels Andersen ke Tsarskoye Selo dengan
tawaran untuk bertindak sebagai mediator. Dia melakukan beberapa perjalanan
antara London, Berlin dan Petrograd dan pada bulan Juli melihat Janda
Permaisuri Maria Fyodorovna. Andersen memberitahunya bahwa mereka harus
mencapai perdamaian. Nicholas memilih untuk menolak tawaran mediasi Raja
Christian, karena dia merasa akan menjadi pengkhianatan bagi Rusia untuk
membentuk perjanjian damai terpisah dengan Blok Sentral ketika sekutunya Inggris
dan Prancis masih berperang.
Jenderal Alexei Polivanov yang energik dan
efisien menggantikan Sukhomlinov sebagai Menteri Perang, yang gagal memperbaiki
situasi strategis. Setelah Retret Besar dan hilangnya Kerajaan Polandia,
Nicholas mengambil peran sebagai panglima tertinggi setelah memberhentikan
sepupunya, Grand Duke Nicholas Nikolayevich, pada bulan September 1915. Ini
adalah sebuah kesalahan, karena Tsar datang ke secara pribadi terkait dengan
kerugian terus di depan. Dia juga berada jauh di markas terpencil di Mogilev,
jauh dari pemerintahan langsung kekaisaran, dan ketika revolusi pecah di
Petrograd dia tidak dapat menghentikannya. Pada kenyataannya langkah itu
sebagian besar bersifat simbolis, karena semua keputusan militer penting dibuat
oleh kepala stafnya Jenderal Michael Alexeiev, dan Nicholas tidak lebih dari
meninjau pasukan, memeriksa rumah sakit lapangan, dan memimpin makan siang
militer.
Duma masih menyerukan reformasi politik dan
kerusuhan politik berlanjut sepanjang perang. Terputus dari opini publik,
Nicholas tidak dapat melihat bahwa dinasti itu goyah. Dengan Nicholas di garis
depan, masalah rumah tangga dan kendali ibu kota diserahkan kepada istrinya
Alexandra. Namun, hubungan Alexandra dengan Grigori Rasputin, dan latar
belakang Jermannya, semakin mendiskreditkan otoritas dinasti. Nicholas telah
berulang kali diperingatkan tentang pengaruh destruktif Rasputin tetapi gagal
menyingkirkannya. Desas-desus dan tuduhan tentang Alexandra dan Rasputin muncul
silih berganti; Alexandra bahkan dituduh menyimpan simpati pengkhianatan
terhadap Jerman. Kemarahan atas kegagalan Nicholas untuk bertindak dan
kerusakan ekstrem yang dilakukan pengaruh Rasputin terhadap upaya perang Rusia
dan monarki menyebabkan pembunuhan Rasputin oleh sekelompok bangsawan, yang
dipimpin oleh Pangeran Felix Yusupov dan Adipati Agung Dmitri Pavlovich, sepupu
Tsar , dini hari Sabtu 17 Desember 1916 (O.S.) / 30 Desember 1916 (N.S.).
- Runtuh
Karena pemerintah gagal menghasilkan pasokan,
kesulitan yang meningkat mengakibatkan kerusuhan dan pemberontakan
besar-besaran. Dengan Nicholas jauh di garis depan dari tahun 1915 hingga 1916,
otoritas tampaknya runtuh dan ibu kota diserahkan ke tangan para pemogok dan
tentara yang memberontak. Terlepas dari upaya Duta Besar Inggris Sir George Buchanan
untuk memperingatkan Tsar bahwa ia harus memberikan reformasi konstitusional
untuk menangkis revolusi, Nicholas terus mengubur dirinya sendiri di Markas
Besar Staf (Stavka) 600 kilometer (400 mil) jauhnya di Mogilev, meninggalkan
ibukotanya. dan pengadilan terbuka untuk intrik dan pemberontakan.
Nicholas dengan anggota Stavka di Mogilev pada
April 1916.
Secara ideologis, dukungan terbesar tsar datang
dari kaum monarki sayap kanan, yang baru-baru ini memperoleh kekuatan. Namun
mereka semakin diasingkan oleh dukungan tsar terhadap reformasi Westernisasi
Stolypin yang diambil pada awal Revolusi 1905 dan terutama oleh kekuatan
politik yang diberikan tsar kepada Rasputin.
Pada awal 1917, Rusia berada di ambang
kehancuran moral total. Diperkirakan 1,7 juta tentara Rusia tewas dalam Perang
Dunia I. Perasaan gagal dan bencana yang akan segera terjadi ada di mana-mana.
Tentara telah mengambil 15 juta orang dari pertanian dan harga makanan
melonjak. Sebutir telur harganya empat kali lipat harganya pada tahun 1914,
mentega lima kali lipat harganya. Musim dingin yang parah membuat jalur kereta
api, yang terbebani oleh pengiriman darurat batu bara dan perbekalan, merupakan
pukulan yang melumpuhkan.
Rusia memasuki perang dengan 20.000 lokomotif;
pada tahun 1917, 9.000 telah beroperasi, sementara jumlah gerbong kereta api
yang dapat diservis telah menyusut dari setengah juta menjadi 170.000. Pada
bulan Februari 1917, 1.200 lokomotif meledak ketel uapnya dan hampir 60.000
gerbong tidak dapat bergerak. Di Petrograd, persediaan tepung dan bahan bakar
hampir habis. Larangan alkohol pada masa perang diberlakukan oleh Nicholas
untuk meningkatkan patriotisme dan produktivitas, tetapi malah merusak
pendanaan perang, karena perbendaharaan sekarang dicabut dari pajak alkohol.
Pada tanggal 23 Februari 1917 di Petrograd,
kombinasi cuaca dingin yang sangat parah dan kekurangan pangan yang akut
menyebabkan orang masuk ke toko dan toko roti untuk mendapatkan roti dan
kebutuhan lainnya. Di jalan-jalan, spanduk merah muncul dan massa meneriakkan
"Ganyang wanita Jerman! Hancurkan Protopopov! Hancurkan perang! Hancurkan
Tsar!"
Polisi menembaki massa yang memicu kerusuhan.
Pasukan di ibu kota memiliki motivasi yang buruk dan perwira mereka tidak
memiliki alasan untuk setia kepada rezim, dengan sebagian besar loyalis tsar
pergi berperang dalam Perang Dunia I. Sebaliknya, tentara di Petrograd marah,
penuh semangat revolusioner dan memihak. dengan penduduk.
Kabinet Tsar memohon kepada Nicholas untuk
kembali ke ibu kota dan menawarkan untuk mengundurkan diri sepenuhnya. Tsar,
800 kilometer (500 mil) jauhnya, mendapat informasi yang salah dari Menteri
Dalam Negeri Alexander Protopopov bahwa situasinya terkendali, memerintahkan
agar tindakan tegas diambil terhadap para demonstran. Untuk tugas ini, garnisun
Petrograd sangat tidak cocok. Krim tentara reguler lama telah dihancurkan di
Polandia dan Galicia. Di Petrograd, 170.000 rekrutan, anak desa atau pria tua
dari pinggiran kelas pekerja di ibukota itu sendiri, tersedia di bawah komando
perwira di garis depan dan taruna yang belum lulus dari akademi militer.
Unit-unit di ibu kota, meskipun banyak yang menyandang nama resimen Pengawal
Istana yang terkenal, pada kenyataannya adalah batalion belakang atau cadangan
dari resimen ini, unit reguler berada jauh di depan. Banyak unit, yang
kekurangan perwira dan senapan, tidak pernah menjalani pelatihan formal.
Jenderal Khabalov berusaha untuk menerapkan
instruksi Tsar pada pagi hari Minggu, 11 Maret 1917. Meskipun poster besar
memerintahkan orang untuk menjauh dari jalan, kerumunan besar berkumpul dan
hanya dibubarkan setelah sekitar 200 orang ditembak mati, meskipun sekelompok
orang Resimen Volinsky menembak ke udara daripada ke massa, dan kompi Penjaga
Kehidupan Pavlovsky menembak petugas yang memberi perintah untuk melepaskan
tembakan. Nicholas, yang diberitahu tentang situasi tersebut oleh Rodzianko,
memerintahkan bala bantuan ke ibu kota dan menangguhkan Duma. Namun, sudah
terlambat.
Pada tanggal 12 Maret, Resimen Volinsky
memberontak dan segera diikuti oleh Semenovsky, Ismailovsky, Penjaga Kehidupan
Litovsky, dan bahkan Resimen Pengawal Kekaisaran Preobrazhensky yang
legendaris, resimen tertua dan paling gigih yang didirikan oleh Pyotr yang
Agung. Gudang senjata dijarah dan Kementerian Dalam Negeri, gedung Pemerintahan
Militer, markas polisi, Pengadilan Hukum, dan sejumlah gedung polisi dibakar.
Menjelang siang, benteng Peter dan Paul, dengan artileri beratnya, berada di
tangan para pemberontak. Menjelang malam, 60.000 tentara telah bergabung dengan
revolusi.
Ketertiban rusak dan Perdana Menteri Nikolai
Golitsyn mengundurkan diri; anggota Duma dan Soviet membentuk Pemerintahan
Sementara untuk mencoba memulihkan ketertiban. Mereka mengeluarkan tuntutan
bahwa Nicholas harus turun tahta. Dihadapkan dengan permintaan ini, yang
digemakan oleh para jenderalnya, kehilangan pasukan setia, dengan keluarganya
yang berada di tangan Pemerintahan Sementara, dan takut melancarkan perang
saudara dan membuka jalan bagi penaklukan Jerman, Nicholas tidak punya banyak
pilihan selain menyerah. .
- Revolusi
Nicholas menderita oklusi koroner hanya empat
hari sebelum turun tahta.
- Turun
tahta (1917)
Pada akhir "Revolusi Februari",
Nicholas II memilih untuk turun tahta pada tanggal 2 Maret (O.S.) / 15 Maret
(N.S.) 1917. Dia pertama kali turun tahta demi Alexei, tetapi beberapa jam
kemudian berubah pikiran setelah nasihat dari dokter itu Alexei tidak akan
hidup cukup lama jika dipisahkan dari orang tuanya, yang akan dipaksa ke
pengasingan. Nicholas kemudian turun tahta atas nama putranya, dan membuat
manifesto baru yang menamai saudaranya, Adipati Agung Michael, sebagai Kaisar
seluruh Rusia berikutnya. Dia mengeluarkan pernyataan tetapi ditekan oleh
Pemerintahan Sementara. Michael menolak untuk menerima tahta sampai orang-orang
diizinkan untuk memilih melalui Majelis Konstituante untuk kelangsungan monarki
atau republik. Pelepasan Nicholas II dan penangguhan Michael untuk menerima
tahta mengakhiri tiga abad pemerintahan dinasti Romanov. Jatuhnya otokrasi Tsar
membawa kegembiraan bagi kaum liberal dan sosialis di Inggris dan Prancis.
Amerika Serikat adalah pemerintah asing pertama yang mengakui Pemerintahan
Sementara. Di Rusia, pengumuman pengunduran diri Tsar disambut dengan banyak
emosi, termasuk kegembiraan, kelegaan, ketakutan, kemarahan, dan kebingungan.
- Kemungkinan
pengasingan
Baik Pemerintah Sementara dan Nicholas ingin
keluarga kerajaan pergi ke pengasingan setelah pengunduran dirinya, dengan
Britania Raya menjadi pilihan yang lebih disukai. Pemerintah Inggris dengan
enggan menawarkan suaka keluarga pada 19 Maret 1917, meskipun disarankan agar
Romanov lebih baik pergi ke negara netral. Berita tentang tawaran tersebut
memicu kegemparan dari Partai Buruh dan banyak kaum Liberal, dan duta besar
Inggris Sir George Buchanan menasihati pemerintah bahwa ekstrim kiri akan
menggunakan kehadiran mantan Tsar "sebagai alasan untuk membangkitkan
opini publik terhadap kami". Perdana Menteri Liberal David Lloyd George
lebih suka keluarga itu pergi ke negara netral, dan ingin tawaran itu diumumkan
atas permintaan pemerintah Rusia. Tawaran suaka ditarik pada bulan April
menyusul keberatan dari Raja George V, yang bertindak atas saran sekretarisnya
Arthur Bigge, Baron Stamfordham ke-1, khawatir bahwa kehadiran Nicholas dapat
memicu pemberontakan seperti Pemberontakan Paskah tahun sebelumnya di Irlandia.
Namun, kemudian raja menentang sekretarisnya dan pergi ke upacara peringatan
Romanov di Gereja Rusia di London. Pada awal musim panas 1917, pemerintah Rusia
mendekati pemerintah Inggris mengenai masalah suaka dan diberi tahu bahwa
tawaran tersebut telah ditarik karena pertimbangan politik internal Inggris.
Pemerintah Prancis menolak untuk menerima
Romanov mengingat meningkatnya kerusuhan di Front Barat dan di front rumah
sebagai akibat dari perang yang sedang berlangsung dengan Jerman. Duta Besar
Inggris di Paris, Lord Francis Bertie, memberi tahu Menteri Luar Negeri bahwa
Romanov tidak akan diterima di Prancis karena mantan Permaisuri dianggap
pro-Jerman.
Bahkan jika tawaran suaka datang, akan ada
kendala lain yang harus diatasi. Pemerintahan Sementara tetap berkuasa melalui
aliansi yang tidak nyaman dengan Petrograd Soviet, sebuah pengaturan yang
dikenal sebagai "Kekuatan Ganda". Rencana awal untuk mengirim keluarga
kerajaan ke pelabuhan utara Murmansk harus dibatalkan ketika diketahui bahwa
pekerja kereta api dan tentara yang menjaga mereka setia kepada Petrograd
Soviet, yang menentang pelarian tsar; proposal selanjutnya untuk mengirim
Romanov ke pelabuhan netral di Laut Baltik melalui Kadipaten Agung Finlandia
menghadapi kesulitan yang sama.
- Hukuman
penjara
Pada tanggal 20 Maret 1917, Pemerintah
Sementara memutuskan bahwa keluarga kerajaan harus ditahan di Istana Alexander
di Tsarskoye Selo.
- Tsarskoye
Selo
Nikolay II dijaga di halaman Tsarskoye Selo
pada musim panas 1917.
Nicholas bergabung dengan anggota keluarga
lainnya di sana dua hari kemudian, setelah melakukan perjalanan dari markas
besar masa perang di Mogilev. Keluarga memiliki privasi total di dalam istana,
tetapi jalan-jalan di pekarangan diatur dengan ketat. Anggota staf rumah tangga
mereka diizinkan tinggal jika mereka mau dan standar kuliner dipertahankan.
Kolonel Eugene Kobylinsky ditunjuk untuk memimpin garnisun militer di Tsarskoye
Selo, yang semakin harus dilakukan melalui negosiasi dengan komite atau soviet
yang dipilih oleh tentara.
- Tobolsk
Rumah Gubernur di Tobolsk, tempat keluarga
Romanov ditahan antara Agustus 1917 dan April 1918
Musim panas itu, kegagalan Serangan Kerensky
terhadap pasukan Austro-Hongaria dan Jerman di Galicia menyebabkan kerusuhan
anti-pemerintah di Petrograd, yang dikenal sebagai Hari Juli. Pemerintah
khawatir gangguan lebih lanjut di kota dapat dengan mudah mencapai Tsarskoye
Selo dan diputuskan untuk memindahkan keluarga kerajaan ke lokasi yang lebih
aman. Alexander Kerensky, yang telah menjabat sebagai perdana menteri, memilih
kota Tobolsk di Siberia Barat, karena jauh dari kota besar mana pun dan
berjarak 150 mil (240 km) dari stasiun kereta api terdekat. Beberapa sumber
menyatakan bahwa ada niat untuk mengirim keluarga tersebut ke luar negeri pada
musim semi tahun 1918 melalui Jepang, tetapi penelitian terbaru menunjukkan
bahwa ini hanyalah rumor Bolshevik. Keluarga tersebut meninggalkan Istana
Alexander pada akhir tanggal 13 Agustus, mencapai Tyumen dengan kereta api
empat hari kemudian dan kemudian dengan dua feri sungai akhirnya mencapai
Tobolsk pada tanggal 19 Agustus. Di sana mereka tinggal di bekas Rumah Gubernur
dengan sangat nyaman. Namun, pada bulan Oktober 1917, kaum Bolshevik merebut
kekuasaan dari Pemerintahan Sementara Kerensky; Nicholas mengikuti peristiwa di
bulan Oktober dengan penuh minat tetapi belum dengan rasa khawatir. Boris
Soloviev, suami dari Maria Rasputin, berusaha mengatur penyelamatan dengan
faksi-faksi monarki, tetapi tidak berhasil. Desas-desus terus beredar bahwa
Soloviev bekerja untuk kaum Bolshevik atau Jerman, atau keduanya. Persiapan
terpisah untuk penyelamatan oleh Nikolai Yevgenyevich Markov digagalkan oleh
aktivitas Soloviev yang tidak efektif. Nicholas terus meremehkan kepentingan
Lenin. Sementara itu ia dan keluarganya menyibukkan diri dengan membaca buku,
berolahraga dan bermain game; Nicholas sangat menikmati memotong kayu bakar.
Namun, pada Januari 1918, komite detasemen penjaga semakin tegas, membatasi
waktu yang dapat dihabiskan keluarga di halaman dan melarang mereka berjalan ke
gereja pada hari Minggu seperti yang telah mereka lakukan sejak Oktober. Dalam
insiden selanjutnya, tentara merobek tanda pangkat dari seragam Kobylinsky, dan
dia meminta Nicholas untuk tidak mengenakan seragamnya di luar karena takut
memprovokasi kejadian serupa.
Nicholas dan Alexei menggergaji kayu di Tobolsk
pada akhir 1917; hiburan favorit.
Pada Februari 1918, Dewan Komisaris Rakyat
(disingkat "Sovnarkom") di Moskow, ibu kota baru, mengumumkan bahwa
subsidi negara untuk keluarga akan dikurangi secara drastis, mulai 1 Maret. Ini
berarti berpisah dengan dua belas pelayan yang setia dan melepaskan mentega dan
kopi sebagai barang mewah, meskipun Nicholas menambah dana dari sumber dayanya
sendiri. Nicholas dan Alexandra dikejutkan oleh berita tentang Perjanjian
Brest-Litovsk, di mana Rusia setuju untuk menyerahkan Polandia, Finlandia,
Negara Baltik, sebagian besar Belarusia, Ukraina, Krimea, sebagian besar
Kaukasus, dan sebagian kecil Rusia termasuk daerah sekitar Pskov dan
Rostov-on-Don. Yang menjaga semangat keluarga adalah keyakinan bahwa bantuan
sudah dekat. Keluarga Romanov percaya bahwa berbagai plot sedang dilakukan untuk
membebaskan mereka dari penangkaran dan menyelundupkan mereka ke tempat yang
aman. Sekutu Barat kehilangan minat pada nasib Romanov setelah Rusia keluar
dari perang. Pemerintah Jerman menginginkan monarki dipulihkan di Rusia untuk
menghancurkan kaum Bolshevik dan menjaga hubungan baik dengan Blok Sentral.
Situasi di Tobolsk berubah menjadi lebih buruk
pada tanggal 26 Maret, ketika 250 Pengawal Merah yang tidak disiplin tiba dari
ibu kota daerah, Omsk. Tidak mau kalah, soviet di Yekaterinburg, ibu kota
wilayah tetangga Ural, mengirim 400 Pengawal Merah untuk mengerahkan pengaruh
mereka di kota itu. Gangguan antara kelompok saingan ini dan kurangnya dana
untuk membayar detasemen penjaga menyebabkan mereka mengirim delegasi ke Moskow
untuk mengajukan kasus mereka. Hasilnya adalah Sovnarkom menunjuk komisaris
mereka sendiri untuk memimpin Tobolsk dan memindahkan Romanov ke Yekaterinburg,
dengan maksud untuk membawa Nicholas ke persidangan pertunjukan di Moskow. Pria
yang dipilih adalah Vasily Yakovlev, seorang veteran Bolshevik, Merekrut
sekumpulan pria setia dalam perjalanan, Yakovlev tiba di Tobolsk pada 22 April;
dia memaksakan otoritasnya pada faksi-faksi Pengawal Merah yang bersaing,
membayar dan mendemobilisasi detasemen penjaga, dan menempatkan pembatasan
lebih lanjut pada Romanov. Keesokan harinya, Yakovlev memberi tahu Kobylinsky
bahwa Nicholas akan dipindahkan ke Yekaterinburg. Alexei terlalu sakit untuk
bepergian, jadi Alexandra memilih untuk pergi bersama Nicholas bersama Maria,
sementara putri lainnya akan tetap di Tobolsk sampai mereka dapat melakukan
perjalanan.
- Yekaterinburg
Pada pukul 3 pagi tanggal 25 April, ketiga
Romanov, pengiring mereka, dan pengawal detasemen Yakovlev, meninggalkan
Tobolsk dengan konvoi sembilan belas tarantas (gerbong roda empat), karena
sungai masih membeku sebagian sehingga mencegah penggunaan feri. . Setelah
perjalanan yang sulit yang mencakup dua perhentian semalam, mengarungi sungai,
sering mengganti kuda, dan plot yang digagalkan oleh Pengawal Merah Yekaterinburg
untuk menculik dan membunuh para tahanan, rombongan tiba di Tyumen dan naik
kereta yang diminta. Yakovlev dapat berkomunikasi dengan aman dengan Moskow
melalui teleprinter Hughes dan memperoleh persetujuan untuk mengubah tujuan
mereka ke Omsk, di mana diperkirakan kepemimpinannya cenderung tidak merugikan
Romanov. Meninggalkan Tyumen lebih awal pada tanggal 28 April, kereta berangkat
menuju Yekaterinburg, tetapi dengan cepat berubah arah menuju Omsk. Hal ini
membuat para pemimpin Yekaterinburg percaya bahwa Yakovlev adalah seorang
pengkhianat yang mencoba membawa Nicholas ke pengasingan melalui Vladivostok;
pesan telegraf dikirim, dua ribu orang bersenjata dikerahkan dan sebuah kereta
dikirim untuk menangkap Yakovlev dan Romanov. Kereta Romanov dihentikan di
stasiun Omsk dan setelah pertukaran kabel yang panik dengan Moskow, disepakati
bahwa mereka harus pergi ke Yekaterinburg dengan imbalan jaminan keselamatan
bagi keluarga kerajaan; mereka akhirnya tiba di sana pada pagi hari tanggal 30
April.
Mereka dipenjarakan di Rumah Ipatiev berlantai
dua, rumah insinyur militer Nikolay Nikolayevich Ipatiev, yang kemudian disebut
sebagai "rumah tujuan khusus". Di sini keluarga Romanov ditahan dalam
kondisi yang lebih ketat; pengiring mereka semakin dikurangi dan harta benda
mereka digeledah. Menyusul tuduhan pencurian dari rumah tangga kerajaan, Yakov
Yurovsky, mantan anggota polisi rahasia Cheka, ditunjuk untuk memimpin
detasemen penjaga, beberapa di antaranya diganti dengan anggota Latvia
tepercaya dari "detasemen layanan khusus" Yekaterinburg. Romanov yang
tersisa meninggalkan Tobolsk dengan kapal uap pada tanggal 20 Mei dan tiba di
Yekaterinburg tiga hari kemudian.[160] Pada minggu-minggu pertama bulan Juni,
kaum Bolshevik dikejutkan oleh Pemberontakan Legiun Cekoslowakia, yang
pasukannya mendekati kota dari timur. Hal ini memicu gelombang eksekusi dan
pembunuhan terhadap orang-orang di wilayah tersebut yang diyakini
kontra-revolusioner, termasuk Adipati Agung Michael, yang dibunuh di Perm pada
13 Juni.
Meskipun kepemimpinan Bolshevik di Moskow masih
bermaksud untuk mengadili Nicholas, karena situasi militer memburuk, Leon
Trotsky dan Yakov Sverdlov mulai mengelak secara terbuka tentang kemungkinan
nasib mantan tsar. Pada 16 Juli, kepemimpinan Yekaterinburg memberi tahu
Yurovsky bahwa telah diputuskan untuk mengeksekusi Romanov segera setelah
persetujuan tiba dari Moskow, karena Ceko diharapkan segera mencapai kota.
Telegram berkode tiba di Moskow dari Yekaterinburg malam itu; setelah Lenin dan
Sverdlov berunding, balasan dikirim, meskipun tidak ada jejak dokumen itu yang
pernah ditemukan. Sementara itu, Yurovsky telah mengatur regu tembaknya dan
mereka menunggu sepanjang malam di Rumah Ipatiev untuk sinyal untuk bertindak.
- Eksekusi
Ada beberapa laporan tentang apa yang terjadi
dan para sejarawan belum menyetujui ruang lingkup peristiwa yang solid dan
terkonfirmasi. Menurut laporan perwira Bolshevik Yakov Yurovsky (kepala
algojo), pada dini hari tanggal 17 Juli 1918, keluarga kerajaan dibangunkan
sekitar pukul 2 pagi, berpakaian, dan dibawa ke ruang setengah bawah tanah di
belakang rumah Ipatiev. Dalih untuk langkah ini adalah keamanan keluarga, mis.
bahwa pasukan anti-Bolshevik mendekati Yekaterinburg, dan rumah itu mungkin
akan ditembaki.
Nicholas bersama keluarganya (kiri ke kanan):
Olga, Maria, Nicholas II, Alexandra Fyodorovna, Anastasia, Alexei, dan Tatiana.
Istana Livadia, 1913.
Hadir bersama Nicholas, Alexandra dan anak-anak
mereka adalah dokter mereka dan tiga pelayan mereka, yang secara sukarela memilih
untuk tetap bersama keluarga: dokter pribadi Tsar Eugene Botkin, pembantu
istrinya Anna Demidova, dan koki keluarga, Ivan Kharitonov, dan bujang , Alexey
Trupp. Sebuah regu tembak telah dibentuk dan sedang menunggu di ruangan
sebelah, terdiri dari tujuh tentara Komunis dari Eropa Tengah, dan tiga orang
Bolshevik setempat, semuanya di bawah komando Yurovsky.
Nicholas sedang menggendong putranya. Ketika
keluarga tiba di ruang bawah tanah, mantan Tzar bertanya apakah kursi bisa
dibawa masuk untuk diduduki istri dan putranya. Yurovsky memerintahkan untuk
membawa dua kursi, dan ketika permaisuri dan ahli waris duduk, para algojo
berbaris ke dalam ruangan. Yurovsky mengumumkan kepada mereka bahwa Deputi
Pekerja Soviet Ural telah memutuskan untuk mengeksekusi mereka. Nicholas yang
tertegun bertanya, "Apa? Apa yang kamu katakan?" dan menoleh ke arah
keluarganya. Yurovsky dengan cepat mengulangi perintah itu dan Nicholas
berkata, menurut Peter Ermakov, "Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan."
Para algojo mengeluarkan pistol dan mulai
menembak; Nicholas adalah yang pertama mati. Yurovsky mendapat pujian setelah
itu karena melepaskan tembakan pertama yang membunuh Tsar, tetapi anak didiknya
- Grigory Nikulin - mengatakan bertahun-tahun kemudian bahwa Mikhail Medvedev
telah melepaskan tembakan yang membunuh Nicholas. "Dia melepaskan tembakan
pertama. Dia membunuh Tsar," katanya pada tahun 1964 dalam pernyataan
rekaman radio. Nicholas ditembak beberapa kali di dada (kadang-kadang secara
keliru dikatakan ditembak di kepalanya, tetapi tengkoraknya tidak memiliki luka
tembak ketika ditemukan pada tahun 1991). Anastasia, Tatiana, Olga, dan Maria
selamat dari hujan peluru pertama; para suster mengenakan lebih dari 1,3
kilogram berlian dan permata berharga yang dijahit ke pakaian mereka, yang
memberikan perlindungan awal dari peluru dan bayonet. Mereka kemudian ditusuk
dengan bayonet dan akhirnya ditembak dari jarak dekat di kepala mereka.
Sebuah pengumuman dari Presidium Soviet
Regional Ural dari Pemerintah Buruh dan Tani menekankan bahwa konspirasi telah
terungkap untuk membebaskan mantan tsar, bahwa kekuatan kontra-revolusioner
menekan wilayah Soviet Rusia, dan bahwa mantan tsar bersalah atas kejahatan
yang tak termaafkan terhadap bangsa.
Mengingat kedekatan musuh dengan Yekaterinburg
dan pengungkapan oleh Cheka tentang plot serius Pengawal Putih dengan tujuan
menculik mantan Tsar dan keluarganya… Mengingat pendekatan kelompok
kontrarevolusioner menuju ibu kota Merah Ural dan kemungkinan tentang algojo
yang dimahkotai melarikan diri dari persidangan oleh rakyat (komplot di antara
Pengawal Putih untuk mencoba menculik dia dan keluarganya terungkap dan dokumen
kompromi akan diterbitkan), Presidium Soviet Regional Ural, memenuhi keinginan
Revolusi, memutuskan untuk menembak mantan Tsar, Nikolai Romanov, yang bersalah
atas tindakan kekerasan yang tak terhitung jumlahnya, berdarah, terhadap rakyat
Rusia.
Mayat dibawa ke hutan terdekat, digeledah dan
dibakar. Jenazahnya direndam dalam asam dan akhirnya dibuang ke mineshaft bekas.
Keesokan harinya, anggota keluarga Romanov lainnya termasuk Grand Duchess
Elizabeth Feodorovna, saudara perempuan permaisuri, yang ditahan di sebuah
sekolah di Alapayevsk, dibawa ke lubang tambang lain dan dilempar hidup-hidup,
kecuali Adipati Agung Sergei Mikhailovich yang ditembak ketika dia mencoba
melawan.
- Identifikasi
Pada tahun 1979, jenazah Tsar Nicholas II,
Tsaritsa Alexandra, tiga putri mereka, dan empat anggota non-keluarga yang
terbunuh bersama mereka, ditemukan di dekat Sverdlovsk (Yekaterinburg) oleh
arkeolog amatir Alexander Avdonin. Pada bulan Januari 1998, sisa-sisa yang
digali dari bawah jalan tanah dekat Yekaterinburg secara resmi diidentifikasi
sebagai milik Nicholas II dan keluarganya, tidak termasuk satu putri (baik
Maria atau Anastasia) dan Alexei. Identifikasi—termasuk perbandingan dengan
kerabat yang masih hidup, yang dilakukan oleh ilmuwan Rusia, Inggris, dan
Amerika secara terpisah menggunakan analisis DNA—setuju dan ternyata konklusif.
Rumah Ipatiev, Yekaterinburg, (kemudian Sverdlovsk)
pada tahun 1928
Pada Juli 2007, seorang sejarawan amatir
menemukan tulang di dekat Yekaterinburg milik seorang anak laki-laki dan
perempuan muda. Jaksa membuka kembali penyelidikan atas kematian keluarga
kekaisaran dan, pada April 2008, tes DNA yang dilakukan oleh laboratorium
Amerika membuktikan bahwa pecahan tulang yang digali di Pegunungan Ural adalah
milik dua anak Nicholas II, Alexei dan seorang putri. Pada hari yang sama
diumumkan oleh otoritas Rusia bahwa jenazah dari seluruh keluarga telah
ditemukan.
"Gereja di Atas Darah" Yekaterinburg,
dibangun di tempat di mana Rumah Ipatiev pernah berdiri
Pada 1 Oktober 2008, Mahkamah Agung Rusia
memutuskan bahwa Nikolay II dan keluarganya menjadi korban penganiayaan politik
dan harus direhabilitasi. Pada bulan Maret 2009, hasil tes DNA dipublikasikan,
mengkonfirmasikan bahwa dua mayat yang ditemukan pada tahun 2007 adalah milik
Alexei dan salah satu saudara perempuannya.
Pada akhir 2015, atas desakan Gereja Ortodoks
Rusia, penyelidik Rusia menggali jenazah Nikolay II dan istrinya, Alexandra,
untuk pengujian DNA tambahan,[186] yang memastikan bahwa tulang-tulang tersebut
adalah pasangan tersebut.
- Upacara
pemakaman
Setelah tes DNA tahun 1998, jenazah Kaisar dan keluarga dekatnya dikebumikan di Katedral St. Peter dan Paul, Saint Petersburg, pada tanggal 17 Juli 1998, pada ulang tahun kedelapan puluh pembunuhan mereka. Upacara tersebut dihadiri oleh Presiden Rusia Boris Yeltsin, yang mengatakan, "Hari ini adalah hari bersejarah bagi Rusia. Selama bertahun-tahun, kami diam tentang kejahatan mengerikan ini, tetapi kebenaran harus diungkapkan."
Keluarga Kerajaan Inggris diwakili di pemakaman
oleh Pangeran Michael dari Kent, dan lebih dari dua puluh duta besar untuk
Rusia, termasuk Sir Andrew Wood, Uskup Agung John Bukovsky, dan Ernst-Jörg von
Studnitz, juga hadir.
- Kesucian
Pada tahun 1981, Nicholas dan keluarga dekatnya diakui sebagai orang suci martir oleh Gereja Ortodoks Rusia di Luar Rusia. Pada 14 Agustus 2000, mereka diakui oleh sinode Gereja Ortodoks Rusia. Kali ini mereka tidak disebut sebagai martir, karena kematian mereka tidak langsung diakibatkan oleh iman Kristen mereka; sebaliknya, mereka dikanonisasi sebagai pembawa nafsu. Menurut pernyataan sinode Moskow, mereka dimuliakan sebagai orang suci karena alasan berikut:
Dalam raja Rusia Ortodoks terakhir dan anggota
keluarganya, kita melihat orang-orang yang dengan tulus berusaha untuk
mewujudkan perintah Injil dalam hidup mereka. Dalam penderitaan yang ditanggung
oleh Keluarga Kerajaan di penjara dengan kerendahan hati, kesabaran, dan
kelemahlembutan, dan dalam kematian para martir mereka di Yekaterinburg pada
malam tanggal 17 Juli 1918 terungkap terang iman Kristus yang mengalahkan
kejahatan.
Namun, kanonisasi Nicholas kontroversial.
Gereja Ortodoks Rusia di Luar Negeri terpecah karena masalah ini pada tahun
1981, beberapa anggota berpendapat bahwa kaisar adalah penguasa yang lemah dan
telah gagal menggagalkan kebangkitan Bolshevik. Ditunjukkan oleh seorang
pendeta bahwa kesyahidan di Gereja Ortodoks Rusia tidak ada hubungannya dengan
tindakan pribadi martir, melainkan terkait dengan mengapa dia dibunuh.
Gereja Ortodoks Rusia di dalam Rusia menolak
klasifikasi keluarga tersebut sebagai martir karena mereka tidak dibunuh karena
keyakinan agama mereka. Pemimpin agama di kedua gereja juga keberatan untuk
mengkanonisasi keluarga Tsar karena mereka menganggap dia sebagai kaisar yang
lemah yang ketidakmampuannya menyebabkan revolusi dan penderitaan rakyatnya dan
membuatnya ikut bertanggung jawab atas pembunuhannya sendiri dan pembunuhan
istri, anak-anak dan istrinya. pelayan. Bagi para penentang ini, fakta bahwa
Tsar, dalam kehidupan pribadinya, adalah seorang pria yang baik hati dan
seorang suami dan ayah yang baik atau seorang pemimpin yang menunjukkan
kepedulian yang tulus terhadap kaum tani tidak mengesampingkan pemerintahannya
yang buruk di Rusia.
Terlepas dari penentangan awal, Gereja Ortodoks
Rusia di dalam Rusia akhirnya mengakui keluarga tersebut sebagai "pembawa
nafsu", atau orang yang menemui ajalnya dengan kerendahan hati Kristiani.
Sejak akhir abad ke-20, orang percaya mengaitkan kesembuhan dari penyakit atau
pertobatan ke Gereja Ortodoks dengan doa mereka kepada anak-anak Nicholas,
Maria dan Alexei, serta anggota keluarga lainnya.
- Warisan
Evaluasi kontemporer terhadap Nicholas
menggambarkannya sebagai seorang pemimpin yang bermaksud baik tetapi ragu-ragu,
yang tindakannya sebagai raja sangat dipengaruhi oleh para penasihatnya.
Sejarawan Raymond Esthus menyatakan:
Penilaian kontemporer Nicholas sangat seragam.
Dia digambarkan sebagai orang yang pemalu, menawan, lembut dalam watak, takut
akan kontroversi, ragu-ragu, memanjakan kerabatnya, dan sangat berbakti kepada
keluarganya. Aleksandr Mosolov, yang mengepalai Kanselir Pengadilannya selama
enam belas tahun, menulis bahwa Nicholas, meskipun cerdas dan terpelajar, tidak
pernah mengambil sikap tegas dan energik dan benci membuat keputusan di hadapan
orang lain. Sergei Witte, yang melayani Nicholas dan ayahnya selama sebelas
tahun sebagai Menteri Keuangan, berkomentar bahwa Tsar adalah anak yang
bermaksud baik, tetapi tindakannya sepenuhnya bergantung pada karakter para
penasihatnya, yang kebanyakan buruk.
Selama periode Soviet, warisan Nicholas II
dikritik secara luas di Rusia, meskipun diskusi sangat dipengaruhi oleh
propaganda negara, yang menggambarkannya sebagai seorang tiran yang haus darah.
Pavel Bykov, yang menulis kisah lengkap pertama tentang kejatuhan Tsar untuk
pemerintahan Soviet yang baru, mencela Nicholas sebagai "tiran, yang
membayar dengan nyawanya untuk penindasan kuno dan pemerintahan sewenang-wenang
nenek moyangnya atas rakyat Rusia, atas negara yang miskin dan berlumuran
darah". Sejarawan era Soviet menggambarkan Nicholas II tidak layak untuk memerintah,
dengan alasan bahwa dia memiliki kemauan yang lemah dan dimanipulasi oleh
pasukan petualang. Dia juga dikritik karena mengipasi nasionalisme dan
chauvinisme, dan rezimnya dikutuk karena penggunaan tentara, polisi, dan
pengadilan secara ekstensif untuk menghancurkan gerakan revolusioner. Selama
masa pemerintahannya, Nicholas dikenal sebagai "Nicholas si Berdarah"
karena perannya dalam Tragedi Khodynka dan penindasan Revolusi 1905.
Untuk sebagian besar abad ke-20, Nicholas
secara umum dianggap oleh para sejarawan tidak kompeten dalam tugas kolosal
memerintah Kekaisaran Rusia yang sangat besar, meskipun pengaruh propaganda
Soviet pada pendapat umum harus dipertimbangkan. Barbara Tuchman memberikan
evaluasi yang memberatkan pemerintahannya dalam bukunya tahun 1962 The Guns of
August, menggambarkan satu-satunya fokusnya sebagai berdaulat sebagai
"untuk mempertahankan keutuhan monarki absolut yang diwariskan kepadanya
oleh ayahnya", dan menulis bahwa, "kurang intelek, energi atau
pelatihan untuk pekerjaannya", Nicholas "kembali ke favorit pribadi,
tingkah, kebodohan sederhana, dan perangkat lain dari otokrat berkepala kosong
... ketika sebuah telegram dibawa kepadanya yang mengumumkan pemusnahan armada
Rusia di Tsushima, dia membacanya, memasukkannya ke dalam sakunya, dan terus
bermain tenis."
Sejarawan Robert K. Massie memberikan dakwaan serupa tentang ketidakmampuannya, meskipun dia menekankan moralitas pribadi Nicholas, menggambarkannya sebagai sosok yang tragis:
... masih ada orang yang karena alasan politik
atau lainnya terus bersikeras bahwa Nicholas adalah "Nicholas
Berdarah". Paling umum, dia digambarkan sebagai orang yang dangkal, lemah,
bodoh—sosok satu dimensi yang memimpin dengan lemah di hari-hari terakhir
sistem yang korup dan runtuh. Ini, tentu saja, adalah citra publik yang berlaku
dari tsar terakhir. Sejarawan mengakui bahwa Nicholas adalah "orang
baik"—bukti sejarah tentang pesona pribadi, kelembutan, cinta keluarga,
keyakinan agama yang dalam, dan patriotisme Rusia yang kuat terlalu berlebihan
untuk disangkal—tetapi mereka berpendapat bahwa faktor pribadi tidak relevan;
yang penting adalah bahwa Nicholas adalah tsar yang buruk .... Intinya, tragedi
Nicholas II adalah dia muncul di tempat yang salah dalam sejarah.
Menyusul runtuhnya Uni Soviet, sejarawan Rusia
saat ini memberikan penilaian yang lebih positif kepada Nicholas, terutama
ketika mengevaluasi reformasi yang dilakukan oleh negara Rusia selama masa
pemerintahannya.
- Judul,
gaya, kehormatan dan senjata
Gelar lengkap Nikolay II sebagai Kaisar, sebagaimana
diatur dalam Pasal 59 Konstitusi 1906, adalah: "Dengan Rahmat Tuhan, Kami
Nikolas, Kaisar dan Otokrat Seluruh Rusia, Moskow, Kiev, Vladimir, Novgorod;
Tsar Kazan , Tsar Astrakhan, Tsar Polandia, Tsar Siberia, Tsar Tauric
Chersonesus, Tsar Georgia; Penguasa Pskov, dan Pangeran Agung Smolensk,
Lituania, Volhynia, Podolia, dan Finlandia; Pangeran Estonia, Livonia,
Courland, dan Semigalia , Samogitia, Bielostok, Karelia, Tver, Yugor, Perm,
Vyatka, Bogar dan lainnya; Sovereign dan Grand Prince Nizhni Novgorod,
Chernigov, Ryazan, Polotsk, Rostov, Jaroslavl, Beloozero, Udoria, Obdoria,
Kondia, Vitebsk, Mstislav, dan Penguasa seluruh negara Severian; Penguasa dan
Penguasa Iveria, Kartalinia, tanah Kabardian dan provinsi Armenia: Penguasa
turun-temurun dan Pemilik Pangeran Sirkasia dan Pegunungan dan lainnya;
Penguasa Turkestan, Pewaris Norwegia, Adipati Schleswig-Holstein, Stormarn,
Dithmarschen, dan Oldenb urg, dan seterusnya, dan seterusnya, dan
seterusnya."
- Kehormatan
Tanah Kaisar Nicholas II (bahasa Rusia: Земля
Императора Николая II, Zemlya Imperatora Nikolaya II) ditemukan pada tahun 1913
oleh Ekspedisi Hidrografi Samudra Arktik yang dipimpin oleh Boris Vilkitsky
atas nama Dinas Hidrografi Rusia. Masih belum sepenuhnya disurvei, wilayah baru
tersebut secara resmi dinamai untuk menghormati Kaisar atas perintah Sekretaris
Angkatan Laut Kekaisaran pada tahun 1914. Kepulauan ini berganti nama menjadi
"Severnaya Zemlya" pada tahun 1926 oleh Presidium Komite Eksekutif
Pusat Uni Soviet.
i.
Lokal
Ø
Knight of St. Andrew, 1 Juni 1868
Ø
Ksatria St Alexander Nevsky, 1 Juni 1868
Ø
Ksatria Elang Putih, 1 Juni 1868
Ø
Ksatria St. Anna, Kelas 1, 1 Juni 1868
Ø
Knight of St. Stanislaus, Kelas 1, 1 Juni 1868
Ø
Ksatria St. Vladimir, Kelas 4, 11 September
1890
Ø
Knight of St. George, Kelas 4, 7 November 1915
ii.
Luar Negeri
Ø
Austria-Hongaria: Salib Agung Ordo St. Stephen
Kerajaan Hongaria, 18 Mei 1884
Ø
Belgia:
Grand Cordon dari Ordo Leopold, 18 Mei 1884
Ø
Kekaisaran Brasil: Salib Agung Salib Selatan,
1 Oktober 1884
Ø
Emirat
Bukhara:
Ordo Bukhara Mulia, 14 November 1885; dalam Diamonds, 11 Maret 1889
Order of the Crown of Bukhara, in Diamonds, 3 Desember 1893
Orde Matahari Alexander, 30 Mei 1898
Ø
Kepangeranan Bulgaria:
Salib Agung St. Alexander, 18 Mei 1884
Knight of Saints Cyril dan Methodius, 23 Februari 1910
Ø
Denmark:
Ksatria Gajah, 18 Mei 1884
Salib Kehormatan Ordo Dannebrog, 11 September 1891
Medali Peringatan Pernikahan Emas Raja Christian IX dan Ratu Louise,
1892
Panglima Besar Dannebrog, 26 November 1894
Ø
Kekaisaran Ethiopia: Salib Besar Meterai
Sulaiman, 12 Juli 1895
Ø
Prancis: Salib Agung Legiun Kehormatan, 18
Mei 1884
Ø
Kekaisaran Jerman:
Ksatria Elang Hitam, 6 Mei 1884; dengan Collar, 25 Januari 1893
Salib Komandan Agung Ordo Rumah Kerajaan Hohenzollern, 31 Agustus 1890
Ø
Baden:
Knight of the House Order of Fidelity, 1883
Ksatria Ordo Berthold yang Pertama, 1883
Ø
Bayern:
Ksatria St. Hubert, 1884
Ø
Kadipaten Agung Hesse Hesse dan oleh Rhine:
Ø
Salib Agung Ordo Ludwig, 15 Juni 1884
Ø
Ksatria Singa Emas, dengan Kerah, 26 November
1894
Ø
Mecklenburg: Salib Agung Mahkota Wendish,
dengan Mahkota di Bijih, 21 Januari 1879
Ø
Oldenburg: Salib Agung Ordo Adipati Peter
Friedrich Ludwig, dengan Mahkota Emas, 27 April 1881
Ø
Saxe-Weimar-Eisenach: Grand Cross of the
White Falcon, 1881
Ø
Kerajaan Sachsen Sachsen: Knight of the Rue
Crown, 1896
Ø
Württemberg: Salib Agung Mahkota Württemberg,
1884[214]
Ø
Yunani Kerajaan Yunani: Salib Agung Penebus, 18
Mei 1884
Ø
Kerajaan Italia:
Knight of the Annunciation, 29 April 1884
Salib Agung Santo Maurice dan Lazarus, 18 Mei 1884
Medali Emas Keberanian Militer, 4 September 1916
Ø
Bendera Kota Vatikan (2 oleh 3).svg Tahta Suci:
Salib Agung Makam Suci Yerusalem, 18 Mei 1884
Ø
Orde Militer Berdaulat Malta Orde Militer
Malta: Salib Besar Kehormatan dan Pengabdian Jurusita
Ø
Kekaisaran Jepang:
Grand Cordon Ordo Krisan, 17 Juni 1882; Kerah, 3 Maret 1896
Grand Cordon of the Rising Sun, dengan Bunga Paulownia, 16 September
1882
Ø
Monako:
Salib Agung St. Charles, 16 Mei 1896
Ø
Mongolia: Order of the Precious Rod, 1913
Ø
Kepangeranan Montenegro: Salib Agung Ordo
Pangeran Danilo I
Ø
Belanda:
Salib Besar Singa Belanda, 27 Maret 1881
Medali Peringatan Konferensi Perdamaian Den Haag Kedua, 1907
Ø
Kekaisaran
Ottoman: Ordo Osmanieh, Kelas 1, 9 Agustus 1884
Ø
Kekaisaran Persia: Orde Potret Agustus, 9
Agustus 1884
Ø
Kerajaan Portugal: Salib Agung Selempang Dua
Ordo, 25 Mei 1881; Tiga Perintah, 9 April 1896
Ø
Dinasti
Qing: Ordo Naga Ganda, Kelas I Tingkat I dalam Berlian, 4 Mei 1896
Ø
Kerajaan Rumania:
Salib Agung Bintang Rumania, 18 Mei 1884
Kerah Ordo Carol I, 15 Juni 1906
Ø
Kerajaan Serbia:
Salib Agung St. Sava
Salib Agung Bintang Karađorđe, 1910
Ø
Siam:
Knight of the Order of the Royal House of Chakri, 20 Maret 1891[224]
Ø
Spanyol: Ksatria Bulu Emas, 12 April 1883
Ø
Swedia:
Knight of the Seraphim, 19 Mei 1883; dengan Collar, 25 Mei 1908
Ø
Britania Raya:
Ø
Ksatria Asing dari Garter, 1 Juli 1893
Ø
Rantai Kerajaan Victoria, 6 September 1904
Ø
Salib Agung Kehormatan Pemandian (militer), 20
Oktober 1916
Nikolay II diberikan pangkat senior kehormatan
di sejumlah tentara asing, sebagai balasannya dengan memberikan penghargaan
serupa kepada sejumlah rekan rajanya. Ini termasuk tentara Kekaisaran Jerman,
Spanyol, Italia, Denmark dan Inggris.
Dia adalah Kolonel-in-Chief dari Royal Scots
Greys dari tahun 1894 sampai kematiannya. Saat menjadi Kolonel-in-Chief, dia
menghadiahkan Resimen dengan kulit beruang putih, yang sekarang dikenakan oleh
drummer bass dari Pipes and Drums of the Royal Scots Dragoon Guards. Lagu
Kebangsaan Kekaisaran Rusia masih dimainkan pada malam makan malam di Mess
Perwira, di mana terdapat potret Tsar berseragam Scots Grey. Sejak kematiannya,
Resimen mengenakan alas hitam di balik lencana topinya sebagai simbol
berkabung.
- Lengan
Lambang Kecil Kekaisaran Rusia dan Lambang
Kaisar Kecil
- Anak-anak
Gambar |
Nama |
Lahir |
Kematian |
Catatan |
|
Alexandra Feodorovna (Alix dari Hesse) |
6 June 1872 |
17 Juli 1918 |
Dibunuh, bersama dengan orang tua mereka, di Yekaterinburg
oleh kaum Bolshevik |
|
Adipati Agung Olga Nikolaevna |
15 November [O.S. 3 November] 1895 |
||
|
Adipati Agung Tatiana Nikolaevna |
10 Juni [O.S. 29 Mei] 1897 |
||
|
Adipati Agung Maria Nikolaevna |
26 June[O.S. 14 June] 1899 |
||
|
Adipati Agung Anastasia Nikolaevna |
8 Juni [O.S. 5 Juni] 1901 |
||
Tsarevich Alexei Nikolaevich |
12 Agustus [O.S. 30 Juli] 1904 |
E. DAFTAR PEMAISURI
F. DAFTAR MAHKOTA
G. DAFTAR KASTIL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar