Mengenai Saya

Foto saya
Hi, Nama Saya Sandra Bagus Nugroho saya pemilik Blog History Of World Empire

Sabtu, 24 Desember 2022

KEKAISARAN RUSSIA

Kekaisaran yang pernah ada sejak tahun 1721 – 1917. Kekaisaran ini adalah penerus Ketsaran Rusia dan Pendahulu Uni Soviet.

Kekaisaran Rusia adalah salah satu monarki terluas yang pernah ada dalam sejarah dunia dengan luas daratan yang hanya bisa dilampaui oleh Imperium Britania dan Kekaisaran Mongolia. Pada Tahun 1886, wilayah kekaisaran Rusia membentang dari Eropa Timur ke Asia hingga Amerika Utara. Pada awal abad ke-19, Rusia adalah monarki terbesar di dunia yang membentang dari Samudra Arktik di utara ke Laut Hitam di selatan dan dari Laut Baltik di barat hingga Samudra Pasifik di timur. Dengan penduduk sebanyak 176,4 juta jiwa, kekaisaran ini memiliki penduduk terbesar ketiga di dunia pada masanya setelah Dinasti Qing di Tiongkok dan Imperium Britania.

Kekaisaran Russia di Perintah oleh seorang Kaisar dan menjadi salah satu monarki terakhir di eropa yang meninggalkan sistem monarki absolut.

A.    PENDIRIAN KEKAISARAN

Meskipun kekaisaran secara resmi didirikankan oleh Pyotr I menyusul Perjanjian Nystad (1721). beberapa sejarawan berpendapat bahwa Kekaisaran Rusia sudah dimulai ketika Ivan III menaklukkan Novgrod atau Ketika Ivan IV menaklukan Kazan. Menurut beberapa pandangan, istilah "ketsaran" yang digunakan untuk merujuk negara Rusia setelah penobatan Ivan IV dipandang sejajar dengan istilah "kekaisaran" dalam bahasa sekarang dan Pyotr hanya mengubah nama negara tersebut dengan mengadopsi dari bahasa Latin yang memiliki makna yang sama.

Kaisar Pyotr I (1672 – 1725) memperkenalkan sistem pemerintahan otokrasi di Rusia dan memaikan peran utama dalam memperkenalkan negaranya ke sistem pemerintahan yang dianut negara-negara Eropa umumnya. Namun, wilayah Rusia yang sangat luas ini hanya memiliki populasi sekitar 14 juta jiwa. Sistem pertanian Rusia saat itu masih tertinggal jauh di belakang sistem pertanian di Eropa Barat, padahal dalam kenyataannya hampir seluruh penduduk Rusia saat itu adalah petani. Hanya sebagian kecil warganya yang hidup di kota-kota

Upaya militer pertama Pyotr I diarahkan untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Utsmaniyah di barat daya. Perhatiannya kemudian beralih ke utara. Peter masih tidak memiliki pelabuhan di pesisir utara Rusia yang bebas es, hanya Pelabuhan Archangel di Laut Putih, tetapi pelabuhan ini membeku selama sembilan bulan dalam setahun. Akses ke Baltik juga diblokir oleh Swedia. Ambisi Pyotr I untuk "membuka jendela ke laut" menuntunnya untuk membuat aliansi rahasia dengan kaum Saxony (Pada Tahun 1699), Polandia – Lithuania, dan Denmark untuk melawan Swedia, mengakibatkan terjadinya perang yang dikenal dengan sebutan Perang Besar Utara. Perang berakhir pada 1721, ketika Swedia menyerah dan mengadakan perjanjian damai dengan Rusia. Pyotr I mengakuisisi empat provinsi di sebelah selatan dan timur Teluk Finlandia. Di sana ia membangun ibu kota baru Rusia, Sankt-Peterburg, untuk menggantikan Moskwa yang sudah lama menjadi pusat budaya Rusia

Sepeninggal Kaisar Pyotr I, penguasa Rusia lain yang dipandang merupakan penguasa Rusia paling berpengaruh selanjutnya adalah Maharani Yekaterina II yang berkuasa pada 9 Juli 1762 – 6 November 1796. Ia adalah seorang putri Jerman yang menikah dengan Kaisar Pyotr III, dan naik takhta setelah menggulingkan suaminya yang baru enam bulan memerintah. Yekaterina memberi sumbangsih pada kebangkitan kaum Bangsawan Rusia yang dimulai setelah kematian Pyotr I. Layanan sosial negara dihapuskan, dan ia memerintahkan agar para bangsawan memainkan peran penting dalam pemerintahan di provinsi-provinsi Rusia.

B.    PERKEMBANGAN

Paruh Pertama Abad ke-19

Meskipun Kekaisaran Rusia akan memainkan peran diminasi politiknya pada abad berikutnya, dampak kekalahannya dari Napoleon, Prancis menghalangi kemajuan ekonomi Rusia secara signifikan. Seperti pertumbuhan ekonomi Eropa Barat yang meningkat pesat selama Revolusi Industri yang telah dimulai pada paruh kedua abad ke-18, Rusia dalam kenyataannya masih jauh tertinggal. Status ini menyebabkan inefisiensi dari pemerintahnya, keterbelakangan masyarakatnya, dan ketertinggalan ekonomi. Setelah kekalahan Rusia dari Napoleon, Aleksandr I telah siap untuk membahas reformasi konstitusional, tetapi meskipun telah dilaksanakan, reformasi tidak membawa dampak dan perubahan yang berarti bagi Rusia.

Aleksandr I digantikan oleh adiknya, Kaisar Nikolai I (1825-1855) yang pada awal pemerintahannya dihadapkan dengan berbagai pemberontakan akibat banyaknya kalangan yang menuntut reformasi kekaisaran. Namun pemberontakan-pemberontakan tersebut dengan mudah dipatahkan.

Setelah tentara Rusia membebaskan sekutunya, Georgia dari Pendudukan Persia pada tahun 1802, mereka juga terlibat konfrontasi dengan Persia akibat berebut pengaruh atas Azerbaijan dan terlibat dalam Perang Kaukasia melawan sebuah pemerintahan Muslim bernama Keimaman Kaukasia. Kaisar juga harus berurusan dengan dua pemberontakan di dalam negeri: Pemberontakan November tahun 1830 dan Pemberontakan Januari Tahun 1863.

Paruh Kedua Abad ke-19

Nikolai I meninggal secara misterius. Satu tahun sebelumnya, Rusia telah terlibat dalam Perang Krimea. Sejak memainkan peran utama regional paska kekalahannya ketika Perang Napoleon, Rusia telah dianggap sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer yang tak terkalahkan.

Ketika Aleksandr II naik tahta pada tahun 1885, keinginan untuk reformasi tersebar luas di kalangan rakyat. Sejumlah gerakan sosial-kemanusiaan berkembang. Pada tahun  1859, ada lebih dari 23 juta budak hidup di bawah kondisi yang lebih buruk dibandingkan dengan para petani dari  Eropa Barat pada abad ke-16. Aleksandr II memutuskan sendiri untuk menghapuskan perbudakan, daripada menunggu bahaya adanya tindakan-tindakan revolusioner yang dapat menganggu stabilitas dalam negeri Rusia. Aleksandr II menginvasi Manchuria Luar dari Kekaisaran Qing Tiongkok antara 1858-1860 dan menjual wilayah Alaska yang kaya akan minyak ke Amerika Serikat pada tahun 1867. Pada tahun 1870-an Rusia dan Kesultanan Utsmaniyah Kembali berkonfrontasi di Kawasan Balkan. Dari tahun 1875-1877, krisis Balkan secara intensif menjadi pemberontakan melawan kekuasaan Utsmaniyah oleh berbagai bangsa Slavia, yang di kuasi oleh Turki Utsmaniyah sejak abad ke-16. Adanya pandangan nasionalisme Slavia menjadi factor domestic utama dalam dukungan Rusia untuk membebaskan Balkan dari pemerintahan Muslim Utsmaniyah dan hal ini berdampak pada kemerdekaan Bulgaria dan Serbia. Pada tahun 1877, Rusia melakukan intervensi atas nama pasukan relawan Serbia dan Rusia ketika berperang melawan Utsmaniyah. Dalam satu tahun, pasukan Rusia sudah mendekati Istanbul dan Utsmaniyah menyerah. Diplomat nasionalis Rusia dan para jenderal membujuk Aleksandr II untuk memaksa Utsmaniyah menandatangani Perjanjian San Stefano pada Maret 1978. Ketika Inggris mengancam akan menyatakan perang akibat merasa keberatan dengan syarat-syarat yang tercantum dalam Perjanjian San Stefano, Rusia memilih mundur.

Setelah pembunuhan Aleksandr II oleh Narodnaya Volya, salah seorang anggota organisasi teroris Nihilist, pada tahun 1881, tahta diberikan kepada anaknya yaitu Aleksandr III (1881-1894), seorang reaksioner yang berusaha menghidupkan kembali maksim "Otokrasi, Ortodoks, dan Karakter Kebangsaan Nasional" yang dicanangkan oleh Nikholai I. Sebagai seorang Slavophile, Aleksandr III percaya bahwa Rusia bisa diselamatkan dari kekacauan hanya dengan menutup diri dari pengaruh subversive.

Awal Abad ke-20

Pada tahun 1894, Aleksandr III digantikan oleh putranya, Kasiar Nikholai II, yang berkomitmen untuk mempertahankan sistem otorasi di Rusia. Revolusi Industri Rusia mulai menunjukkan pengaruh yang signifikan. Namun, Partai Sosialis-Revolusioner justru menuntut dilakukannya distribusi tanah untuk para petani. Kelompok radikal lain adalah Partai Tenaga Kerja Sosial-Demokrat, salah satu partai Marxisme di Rusia. Sosial-Demokrat berbeda dari Sosialis-Revolusioner, bahwa mereka percaya revolusi harus berawal dari para pekerja dan buruh di perkotaan, bukan oleh kaum tani.

Kekalahan dalam Perang Rusia-Jepang (1904-1905) adalah pukulan besar bagi rezim Nikolai II dan semakin meningkatkan potensi kerusuhan dan pemberontakan di dalam negeri. Pada Januari 1905, sebuah insiden yang dikenal sebagai "Minggu Berdarah" terjadi ketika Pastor Gapon memimpin kerumunan massa di Istana Musim Dingin, Sankt-Peterburg, untuk mengirimkan sebuah petisi kepada Kaisar. Ketika massa mencapai istana, angkatan bersenjata menembaki kerumunan dan menewaskan ratusan orang. Masyarakat Rusia begitu marah atas pembantaian tersebut. Hal ini menandai awal dari Revolusi Rusia tahun 1905. Soviet (dewan pekerja) muncul di kota-kota untuk mengarahkan aktivitas revolusioner. Rusia lumpuh, dan pemerintahan kekaisaran tak berdaya mengahadapi gejolak-gejolak yang terjadi di seluruh negeri.

Pada tahun 1904, Nikolai II dan istrinya, Pemaisuri Aleksandra, akhirnya memiliki seorang putra, Tsarevich Aleksei Nikolaevich. Namun, Alexei mewarisi penyakit genetik yang berasal dari keluarga ibunya, Aleksandra (yang merupakan cucu Victoria, Ratu Inggris Raya), yaitu Hemofilia  penyakit yang telah menjangkit banyak bangsawan Eropa.

Nikolai II dan Rusia memasuki Perang Dunia I dengan semangat membela sesama kaum Ortodoks Slavia di Eropa Timur dan Balkan. Pada bulan Agustus 1914,  tentara Rusia menyerbu Provinsi Prusia Timur milik Jerman dan menduduki sebagian besar Austria. Namun control Jerman atas Laut Baltik dan kontrol koalisi Jerman-Utsmaniyah atas Laut Hitam mengakibatkan Rusia terputus dari sebagian besar pasokan bantuan asing dan pasar perdagangan yang potensial.

Pada 3 Maret 1917, pemogokan massal terjadi pada sebuah pabrik di ibukota Sankt-Peterburg, dalam sepekan hampir semua pekerja di kota melakukan pemogokan serupa, dan kerusuhan jalanan pecah.

Pada akhir Revolusi Febuari  yaitu tanggal 2 Maret (Kalender Julian) atau 15 Maret (Kalender Gregorian) 1917, Nikolai II memilih untuk turun takhta. Nikolai II menyusun rencana untuk menobatkan Pangeran Mikhail sebagai kaisar berikutnya atas seluruh Rusia. Mikhail menolak untuk naik takhta sampai ia diizinkan untuk memilih melalui Majelis Konstituante untuk kelanjutan Rusia sebagai sebuah negara monarki atau republik.

Pada bulan Agustus 1917, Alexander Kerensky, yang menjabat sebagai perdana Menteri Pemerintahan Sementara Rusia, mengevakuasi Nikolai II beserta istri dan anak-anaknya ke kota Tobolsk di pegunungan Urai, diduga untuk melindungi mereka dari dampak meningkatnya revolusi. Di sana mereka tinggal di bekas kediaman gubernur dalam kenyamanan yang cukup. Pada bulan Oktober tahun 1917 kaum Bolshevik berhasil merebut kekuasaan dari pemerintahan sementara pimpinan Kerensky.

Pada 1 Maret 1918, Nikolai II beserta keluarganya dipindahkan ke sebuah ransum tentara, dengan kondisi kehidupan yang jauh dari kemewahan. Pada 30 April 1918 mereka selanjutnya dipindahkan ke kota pengasingan terakhir mereka, Yekaterinburg, tempat mereka ditahan di sebuah rumah milik seorang insinyur militer bernama Nikolay Nikolayevich Ipatiev. Kaisar Nikolai II beserta seluruh keluarganya kemudian dieksekusi oleh kaum Bolshevik di rumah ini, dan menandai berakhirnya kekuasaan penuh Dinasti Romanov atas Rusia.

C.    SISTEM PEMERINTAH

Sejak pendirian kekaisaran sampai Revolusi 1905, Kekaisaran Rusia merupakan sebuah Monarki Absolut, dibawah sistem otorasi kaisar. Setelah Revolusi 1905, Rusia mengembangkan sistem pemerintahan baru yang sulit untuk didefinisikan secara resmi.

Hukum dasar Rusia menggambarkan kekuatan kaisar sebagai penguasa "otokratis dan tidak terbatas." Setelah Oktober 1905, kekaisaran masih mempertahankan gelar "Kaisar dan Autokrat seluruh Bangsa Rusia", namun hukum-hukum dasar kekaisaran dirombak.

Sementara kaisar mempertahankan hak-hak prerogatif lamanya, termasuk hak veto mutlak atas semua undang-undang. Kaisar menyetujui pembentukan parlemen. Namun, pembaruan dan perombakan hukum tersebut tidak menjadikan Rusia sebagai sebuah yang sebenarnya. "Otokrasi terbatas" dalam praktiknya sebenarnya merupakan "otokrasi semi-terbatas." Dalam "Almanach de Gotha" tahun 1910,  Rusia digambarkan sebagai "monarki konstitusional di bawah kekuasaan tsar yang otokratis".

§  KAISAR

Pyotr I mengubah gelarnya pada tahun 1721 dari tsar menjadi imperator (Bahasa Rusia император; kaisar). Meski begitu, pemimpin Rusia kerap disebut tsar atau tsaritsa oleh pihak non-Rusia sampai jatuhnya monarki tahun 1917. Sesuai Manifesto Oktober, seorang kaisar memerintah secara absolut. Kaisar dan permaisurinya juga harus seorang penganut Ortodoks.

Pada 17 Oktober 1905, kaisar secara sukarela membatasi kekuasaan legislatifnya dengan menerbitkan maklumat bahwa kaisar tidak dapat mengeluarkan sebuah hukum tanpa persetujuan dari Duma, majelis legislatif Rusia. Meski begitu, kaisar memiliki hak untuk membubarkan Duma yang baru dibentuk. Para menteri hanya bertanggung jawab kepada kaisar semata, tanpa kepada Duma atau pihak lain, yang bisa menanyai tapi tak dapat memberhentikan mereka.

Pengaruh kondisi geografis secara jetas terlihat dalam sejarah Rusia Rusia Eropa berupa dataran tanpa putus yang sangat luas, diulir oleh banyak sungai yang menjadi sarana transportasi ke setiap bagian negara, Sementara bagian lain Eropa, dengan deretan pegunungan dan lautan yang menjorok ke daratan, cenderung terbagi menjadi banyak negara terpisah, Rusia secara alamiah menjadi sebuah negara tunggal. Penduduk Rusia utamanya adalah bangsa Eastern Slavs, keturunan emigran Slavic dari lembah Danube dan Elbe selama awal Abad Penengahan. Mereka terpisah, berabad-abad lalu, menjadi tiga kelompok. Kelompok terbesar adalah kelompok Great Russian (Rusia Besar), yang menempati wilayah pedalaman, utara, dan timur Rusia. Pusat sejarah mereka adalah Moskow di Sungai Moskow, ibukota kerajaan Muscovy, Little Russian atau Rusia Kecil (Ruthenians, Ukrainians) menempati wilayah selatan dan barat daya Rusia. Pusat sejarah mereka adalah kota suci Kiev di Dnieper, dimana di tahun 988 bangsa-bangsa utara Skandinavia mengadopsi Kristen Timur dan Yunani untuk diri mereka sendiri, dan untuk bangsa Slavs yang hidup di antara mereka, White Russian, yang namanya berasal dari pakaian berwarna putih mereka, mendiami wilayah barat, di wilayah-wilayah yang pernah dikuasai Lithuania.

Tiga bangsa Rusia ini berbicara dengan bahasa Slavic tetapi dengan dialek berbeda, Perbedaan dialek ini cukup untuk mencegah seorang Muscovite bisa memahami seorang Ukrainian dan mencegah keduanya untuk bisa berkomunikasi dengan White Russian, Untuk tujuan kesusasteraan dan tujuan resmi, dialek Moskow digunakan dimanamana, Alpabet yang digunakan berasal dari Yunani, diperkaya dengan tanda-tanda khusus dari huruf-huruf Slavic. Tiga bangsa Rusia ini juga bersatu dalam aliansi umum dengan Gereja Oftodoks. Gereja Ortodoks adalah cikal bakal dari Gereja Yunani abad pedengahan, yang melahirkan banyak doktrin dan ritual. Hingga Revolusi Rusia pada 191 7, tsar tetap menjadi kepala gereja, dan memiliki kewenangan membuat dan membatalkan semua penunjukkan untukjabatan eklesiastikal. Rusia, perlu diketahui, memiliki banyak sekte yang berbeda pendapat, yang sebelumnya menghadapi persekusi oleh pemerintah karena keyakinan dan praktik non-ododoks mereka.

Ekspansi laut Rusia di Eropa secara perlahan melibatkan banyak Orang-orang non-Rusia di antara subyek-subyek tsar. Mereka utamanya ditemukan di sepanjang perbatasan. Peter Agung menguasai beberapa Prcpinsi-propinsi Baltik yang dihuni bangsa Estonia, Letts, dan Jerman, Catherine Il menguasai sebagian besar wilayah Polandia, Crimea, dan pantai utara Laut Hitam. Di awal abad kesembilan belas Alexander I mengambil alih Finlandia dari Swedia (1809), merebut Bessarabia dari Turki (1812), menguasai sebagian wilayah Polandia (1815), dan memulai penaklukan di Kaukasia. Wilayah Kaukasia dengan populasi Campurannya (bangsa Georgia, Circassia, Armenia, dll) akhirnya tidak dimasukkan ke dalam kekaisaran hingga setelah pertengahan abad keSembikan belas. Rusia kemudian mencapai batas-batas teritorialnya di Eropa. Pecahnya Rusia sejak Perang Dunia membuat sebagian besar bangsa-bangsa di perbatasan membentuk negara independen.

Teritori buruh-tani dan bangsa-bangsa Babel yang membentuk Kekaisaran Rusia di abad kesembilan belas diperintah oleh seorang tsar autokratik, Dekritnya mengikat semua subyeknya, Hukum Rusia menyebut tsar sebagai seorang ”raja independen dan absolut” dan nyatakan bahwa Tuhan ['memerintahkan manusia untuk menyerahkan kekuasaan superiornya, tidak hanya dari rasa takut terhadap hukuman, tetapi sebagai tugas agama.” Banyak kaum terpelajar Rusia, Yang sebagian besar mungkin tidak tertarik dengan hak keilahian, mempertimbangkan pemerintahan autokratik sebagai kebutuhan praktis untuk Rusia. Populasi yang besar dan majemuk, ketidakpedulian sebagian besar penduduknya, dan ketiadaan keias menengah yang makmur dan progresif, yang bisa ambil bagian dalam kehidupan politik, tampak menunjukkan bahwa kemenangan demokrasi akan lama tertunda di wilayah kekuasaan tsar, Kepentingan utama sejarah Rusia selama abad terakhir karenanya terletak dalam pengembangan liberalisme, yang secara perlahan memperlemah sendi-sendi autokrasi, dan di tahun revolusi 1917 menghancurkan kekaisaran Rusia.

Alexander l, cucu Catherine Il, naik tahta dengan pandangan-pandangan tercerahkan. Di bawah pengaruh tutor Swiss-nya, ia menyerap banyak ide demokrasi di periode revolusioner di Eropa, dan ia ingin menerapkan ide-ide ini dalam praktik. Namun demikian, semangatnya untuk reformasi menjadi dingin setelah ia berada di bawah pengaruh musuh liberalisme, Prince Metternich. Tsar tidak hanya menandatangani Protocol of Troppau, tetapi juga bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan saudaranya untuk memadamkan pemberontakan liberal pedama di Italia dan Spanyol. Tahun-tahun terakhir kehidupannya tsar menjadi sangat reaksioner.

Nicholas l, tidak seperti saudaranya, tidak pernah merasakan simpati sentimental dengan liberalisme. Untuk mencegah ide-ide liberal menyebar di antara subyek-subyeknya, tsar menerapkan sensor ketat pada pers, membuat regulasi paspor yang membuat sulit bagi siapa saja untuk memasuki Rusia atau meninggalkan Rusia, membentuk pasukan mata-mata dan polisi rahasia yang dikenal sebagai Third section, Kepala Third Section memiliki kekuasaan tidak terbatas untuk menahan, memenjarakan, atau mendeportasi tersangka politik, tanpa surat peringatan dan tanpa pengadilan, Selama tiga puluh tahun kekuasaan Nicholas l, puluhan ribu pendukung liberalisme mendekam di dalam penjara atau dibuang ke Siberia, Nicholas tidak kurang autokratik dalam kebijakan luar negerinya, Kita telah mengetahui bagaimana ia secara kejam memadamkan pemberontakan rakyat Polandia dan bagaimana ia membantu Francis Joseph I menghancurkan Republik Hungaria Hanya sekali tsar mendukung sebuah gerakan revolusioner. Di 1828 ia memihak Yunani yang bangkit melawan Turks, tetapi tujuannya tidak untuk membebaskan Yunani tetapi untuk mengagung-agungkan Rusia. Setelah itu Nicholas mengobarkan Perang Crimea, sebuah spekulasi yang membawa Nicholas terlibat konflik dengan Inggris Raya, Prancis, dan Sardinia sebagai sekutu Turki. la meninggal sebelum perang berakhir.

Alexander Il naik tahta sebagai raja yang penuh kebajikan. Bagian awal pemerintahannya ditandai dengan reformasi yang terkemuka, terutama reformasi yang membebaskan budak pertanian dan membentuk majelis propinsi elektif untuk pemerintah lokal. Tetapi tsar tidak memiliki jiwa liberal, dan para konselornya adalah orang-orang yang dilatih di sekolah Nicholas l. Mereka telah meyakinkan Alexander l, bahwa liberalisme adalah kebaruan Barat, tidak cocok untuk Rusia suci, dan pasti diikuti oleh revolusi dan meruntuhkan autokrasi. Setelah pemberontakan Polandia di awal tahun "enam puluhan" yang sangat menakutkan bagi tsar, reaksi tsar memiliki ayunan penuh di Rusia.

Kekecawaan intens kelas terpelajar pada Alexender yang menghidupkan kembali cara-cara tradisional raja-raja Rusia menimbulkan lisme. Nihilisme mulai muncul sebagai doktrin akademik. Para pemikir radikal, dengan menerapkan ajaran para filsuf Prancis di abad kedela_ pan betas, menetapkan penalatan dan sains sebagai panduan ganda kehidupan. Mereka mendesak Rusia menyingkirkan autokrasi, Gereja Ortodoks, dan institusi-institusi lain yang berasal dari masa lalu yang tidak beralasan dan tidak ilmiah. Hanya ketika landasan telah dibersihkan, maka dimungkinkan untuk membangun kembali sebuah masyarakat baru dan lebih baik, Para nihilis mulai mencari orang-orang tobat di antara massa. Di bawah samaran dokter, guru sekolah, pekerja pabfik, dan buruh umum, mereka mengkhutbahkan kemerdekaan politik, sosial, dan ekonomi kepada para artisan di kota dan petani di pedesaan, Pemerintah segera mendapat angin gerakan revolusioner dan memenjarakan atau membuang mereka yang ambil bagian dalam gerakan revoluisoner. Propaganda kata-kata para nihilis sekarang berubah menjadi propaganda kata-kata. Karena pemerintahan dijalankan dengan teror, maka harus dilawan dengan teror, Sebuah komite rahasia di St. Petersburg menghukum mati sejumlah pejabat ternama, mata-mata, dan anggota Third Section, dan di beberapa kasus berhasil membunuh mereka. Alexander Il sendiri dibunuh pada 1881.

Kekuasaan Alexander Ill sangat siginifan utamanya untuk usahausaha sistematis yang di buat oleh pemerintah untuk memaksa semua orang non-Rusia di kekaisaran Rusia untuk menggunakan bahasa Rusia, menerima adat istiadat Rusia, dan beribadah menurut ritual Gereja Ortodoks. Kebijakan ini menimbulkan perlakuan keras terhadap bangsa Finn (Finlandia), Estonia, Letts, Lithuania, Polandia, Jerman, dan Yahudi. Persekusi terhadap bangsa Yunani menimbulkan migrasi besar ke Amerika Serikat.

Naiknya Nicholas ll ke tahta tidak membawa perubahan dalam si politik, Anak muda ini ramah dan memiliki maksud baik, tetapi ia memiliki sifat seorang autokrat seperti para pendahulunya, Para reaksioner yang mengelilinginya sekarang menggandakan usaha mereka untuk menjaga Rusia tetap "beku," Para guru, pelajar, jurnalis, orangorang profesional, setiap orang yang bersuara vokal akan mengalami penderitaan di bawah rezim besi. Tidak ada orang yang selamat melawan penahanan, pemenjaraan, pembuangan, atau eksekusi arbitraria Sementara itu, perlawanan terhadap autokrasi berkembang cepat di Rusia, tidak hanya di antara kaum pekerja dan petani, tetapi juga di antara kelas menengah dan anggota kebangsawanan yang tercerahkan, Kerusuhan revolusioner akhirnya memaksa tsar mengeluarkan dekrit Pada 1905-1906, yang menjamin hak warga negara dan membentuk majelis perwakilan (Duma). Duma beftemu empat kali dan menetapkan sejumlah legislasi yang berguna. Namun demikian, Duma tidak berhasil menciptakan kernerdekaan bagi rakyat Rusia. Ketika Perang Dunia Pecah, autokrasi yang korup dan tidak efisien terlihat semakin kokoh di Rusia.

§  DEWAN MENTERI

Sesuai undang-undang tahun 18 Oktober 1905, untuk mendampingi kaisar, dibentuklah dewan menteri yang dipimpin oleh presiden menteri, setara dengan perdana menteri. Kementerian yang ada di Rusia yakni:

·         Kementerian Dewan Kekaisaran

·         Kementerian Luar Negeri

·         Kementerian Perang

·         Kementerian Angkatan Laut

·         Kementerian Keuangan

·         Kementerian Perdagangan dan Industri

·         Kementerian Dalam Negeri

·         Kementerian Pertanian dan Aset Negara

·         Kementerian Komunikasi

·         Kementerian Keadilan

·         Kementerian Pencerahan Negara


D.    DAFTAR KAISAR/MAHARANI RUSIA

·         Pyotr I

Pyotr yang Agung

Пётр Вели́кий


Kaisar Pyotr yang Agung

Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 2 November 1721 - 8 Februari 1725 (3 tahun, 98 hari)

Penerus : Yekaterina I

Tsar seluruh Rusia

Berkuasa : 7 Mei 1682 - 2 November 1721 (39 tahun, 179 hari)

Penobatan : 25 Juni 1682

Pendahulu : Fyodor III

Bersama Ivan V (sampai 1696)

Kelahiran : 9 Juni 1672 Moskow

Kematian : 8 Februari 1725 (umur 52)

Wangsa : Romanov

Nama lengkap : Pyotr Alekseevich Romanov

Ayah : Aleksey, Tsar Rusia

Ibu : Natalya Naryshkina, Permaisuri Rusia

Pasangan: Yevdokiya Lopukhina & Yekaterina I, Maharani Rusia

Anak:

Ø  Aleksei Petrovich

Ø  Aleksandr Petrovich

Ø  Anna Petrovna

Ø  Yelizaveta, Maharani Rusia

Ø  Natalia Petrovna

Agama :Ortodoks Rusia


Pyotr I (bahasa Rusia: Пётр I), juga dikenal dengan Pyotr yang Agung (bahasa

Rusia: Пётр Вели́кий, tr. Pyotr Velikiy) (9 Juni [K.J.: 30 Mei] 1672 – 8 Februari [K.J.: 28

Januari] 1725), adalah Tsar Rusia terakhir (berkuasa tahun 1682–1721) dan Kaisar Rusia

pertama (berkuasa tahun 1721–1724). Melalui berbagai keberhasilannya dalam perang,

dia menjadikan Ketsaran Rusia menjadi salah satu kekaisaran besar yang menjadi salah

satu kekuatan penting di Eropa. Dia memimpin perubahan budaya yang menggantikan

tatanan lama dan tradisional beserta sistem politiknya dengan tatanan baru yang lebih

modern, ilmiah, dan kebarat-baratan berdasarkan Pencerahan.

-       Awal Kehidupan

Pyotr Alekseyevich Romanov lahir pada 9 Juni 1672 di Moskwa pada masa perang ayahnya. Namanya diambil dari nama Simon Petrus. Ayahnya adalah Aleksey, Tsar Rusia yang memerintah pada 1645 sampai 1676. Ibunya adalah Permaisuri Natalya Naryshkina, istri kedua Tsar Aleksey. Saat Aleksey naik pangkat pada 1676, meninggal diwariskan kepada Fyodor III, putra Aleksey dengan istri pertamanya, Permaisuri Maria Miloslavskaya. Pada masa pemerintahan kakak tiri Pyotr yang sakit-sakitan ini, negara dipegang oleh Artamon Matveev.

-       Masa Kekuasaan

Keadaan berubah saat Fyodor mangkat pada 1682. Dikarenakan Fyodor tidak meninggalkan anak, terjadi perselisihan antara keluarga Miloslavsky (keluarga dari Maria Miloslavskaya) dan keluarga Naryshkin (keluarga dari Natalya Naryshkina) terkait pihak yang harusnya mewarisi takhta. Secara urutan, harusnya Pangeran Ivan, putra Aleksis dan Maria, yang harusnya menjadi tsar, tetapi dia memiliki penyakit parah dan lemah pikiran. Pada akhirnya, Dewan Bangsawan Rusia menetapkan Pyotr yang baru berusia sepuluh tahun menjadi tsar.

Sofya Alekseyevna Romanova

Namun kemudian, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Putri Sofya Romanova, saudari kandung Ivan pada April-Mei 1682. Pemberontakan ini menjadikan beberapa kerabat dan sahabat Pyotr tewas dan Pyotr menyaksikan tindakan kekerasan politik ini. Sofya dan para pendukungnya berhasil mendesak untuk menjadikan Pyotr dan Ivan sebagai penguasa dwitunggal dengan Ivan berperan sebagai tsar senior. Sofya sendiri berperan sebagai wali bagi dua tsar. Di ruang pembakaran, sebuah lubang dibuat di belakang dua singgasana tsar dan menjadi tempat duduk Sofya dan mendengarkan saat Pyotr berbicara dengan para bangsawan.

Pada musim panas 1689, Pyotr yang berusia 17 tahun berencana mengambil kendali pemerintahan sepenuhnya dari Sofya, terutama setelah posisinya melemah karena dua kali kegagalannya dalam kampanye melawan Krimea. Sofya yang mengetahui rencana itu merencanakan makar dengan pasukan penjaga, tetapi mereka justru mengubah Pyotr akan menjadi rencana kakak tirinya itu. Pyotr melarikan diri pada tengah malam dan mengumpulkan kekuatan dan berhasil menggulingkan Sofya. Sofya dipaksa menjadi biarawati dan menyerahkan gelar dan kedudukan istananya, sementara Pyotr dan Ivan melanjutkan peran mereka sebagai tsar.

Meski Sofya telah digulingkan, Pyotr masih belum bisa memegang kendali penuh negara karena kekuatan poros beralih ke Ibu Suri Natalya. Setelah Natalya diangkat pada tahun 1694, barulah Pyotr yang telah berusia 22 tahun menjadi penguasa yang benar-benar berdaulat. Meski begitu, Ivan masih berkuasa bersama Pyotr secara resmi, meski sebenarnya Ivan hanya berperan sebagai simbol belaka. Barulah saat Tsar Ivan V mangkat pada tahun 1696, Pyotr sepenuhnya menjadi penguasa berdaulat tunggal Rusia.

Pyotr segera melakukan reformasi untuk memodernisasi Rusia. Sangat dipengaruhi penasihatnya dari Eropa Barat, Pyotr menata ulang angkatan bersenjata Rusia agar memiliki beban yang luar biasa. Dia mendapat penentangan atas kebijakannya, tetapi secara tegas memberantas segala pemberontakan yang berusaha menggoyangkan kemampuannya.

Untuk meningkatkan peran Rusia dalam masalah cedera, Pyotr berusaha menguasai daerah pesisir. Wilayah pesisir yang dikuasai Rusia saat itu hanyalah kawasan Laut Putih. Laut Baltik saat itu menguasai Swedia, Laut Hitam dikuasai oleh kekaisaran Utsmaniyah, dan Laut Kaspia sebelah selatan dikuasai oleh kekaisaran Safawiyah.

Untuk menguasai Laut Hitam, Pyotr berusaha menyingkirkan Kekhanan Krimea, negara bawahan Utsmani yang berkuasa di kawasan tersebut. Tujuan Pyotr adalah melindungi benteng Utsmani di Azov. Perang dilangsungkan pada musim panas pada 1695, tetapi usaha ini menuai kegagalan. Namun pada Juli setahun setelahnya, Azov berhasil menguasai Rusia setelah Pyotr membentuk angkatan laut yang besar.

-       Kunjungan ke Luar Negeri

Mengetahui bahwa dia tidak dapat mengalahkan Utsmaniyah sendirian yang merupakan negara adidaya saat itu, Pyotr mulai melakukan perjalanan ke luar negeri pada tahun 1697. Hal ini dilakukan untuk mencari sekutu dari negara-negara di Eropa Barat demi membentuk aliansi anti-Utsmaniyah. Pyotr sendiri melakukan penyamaran sepanjang perjalanan agar tidak diketahui. Namun tingginya yang mencapai 203 cm membuat pemimpin Eropa lain dapat mengetahui jati dirinya yang sesungguhnya.

Monogram istana

Usahanya untuk membentuk persekutuan anti-Utsmaniyah nyatanya tidak berhasil. Prancis tidak bersedia karena biasanya mereka sendiri menjalin persekutuan dengan Utsmaniyah. Austria lebih cenderung mengadakan perdamaian dengan Utsmaniyah karena sedang marah di barat. Pyotr sendiri mengambil waktu yang tidak tepat karena saat itu bangsa Eropa lebih menaruh perhatian kepada pihak yang sekiranya akan menjadi penerus dari Carlos II, Raja Spanyol daripada harus sibuk bertarung dengan Sultan Utsmaniyah.

Meski demikian, Pyotr tetap melanjutkan kunjungannya, kali ini ke Republik Belanda. Dia belajar pembuatan kapal di Zaandam dan Amsterdam. senyawa teknologi kehancuran menjadi suatu hal yang penting demi mengembangkan armada laut Rusia. Kunjungan Pyotr ke Belanda dianggap sebagai kunjungannya yang paling berpengaruh dibandingkan ke negara lainnya. Tidak hanya dapat mempelajari berbagai masalah teknis, Pyotr juga mempelajari cara hidup masyarakat Eropa Barat.

Pyotr kemudian mengunjungi Inggris Raya dan bertemu Raja William III. Di sana Pyotr belajar mengenai tata kota yang kemudian diterapkannya di Sankt-Peterburg. Setelah itu dia juga mengunjungi, August II, Raja Polandia, dan Leopold I, Kaisar Romawi Suci.

Kunjungannya ke Eropa Barat saat mempengaruhi Pyotr. Pyotr merasa bahwa budaya Eropa Barat lebih beradab dari Rusia, sehingga dia mulai melakukan berbagai perubahan di negaranya. Pyotr menerapkan pembaharuan sosial secara mutlak dengan memperkenalkan pakaian gaya Prancis dan Eropa Barat ke istana. Para pejabat istana, pejabat negara, dan anggota angkatan bersenjata untuk mencukur janggut mereka dan menerapkan gaya pakaian yang baru. Salah satu cara menyukseskan program ini adalah dengan pengadaan pajak janggut dan jubah panjang pada bulan September 1698.

Dalam urusan keluarga, Pyotr berusaha menghapus praktik pernikahan yang diatur sebagaimana norma para bangsawan Rusia. Hal itu dipandang sebagai sesuatu yang barbar dan dapat menyebabkan rasa benci di antara pasangan.

Pada tahun 1699, Pyotr juga mengubah perayaan tahun baru dari 1 September menjadi 1 Januari. Lebih lanjut, pada tahun 7207 penanggalan Rusia kuno, Pyotr mengumumkan pemberlakuan penanggalan Julian dan tahunnya adalah 1700. Hal ini dilakukan agar sistem penanggalan Rusia dapat lebih sejalan dengan yang diberlakukan di Eropa Barat.

-       Perang Utara Raya

Pyotr membuat perjanjian damai sementara dengan Ahmed III, Sultan Utsmaniyah, yang memungkinkannya untuk tetap mempertahankan benteng Azov dan memusatkan perhatian untuk meningkatkan pengaruh maritim Rusia. Dia berusaha menguasai Laut Baltik yang telah menguasai Swedia setengah abad sebelumnya. Pyotr menyatakan perang dengan Swedia yang saat itu dipimpin oleh Raja Karl XII yang masih belia. Swedia saat itu juga berhadapan dengan Denmark-Norwegia, Elektorat Sachsen, dan Persemakmuran Polandia-Lituania. Namun persiapan Rusia yang buruk menjadikan mereka kalah dalam pertempuran melawan Swedia dalam Perang Narva (1700). Daripada melakukan pengepungan yang dinilai lambat, Karl XII segera melakukan penyerangan dengan memanfaatkan badai salju yang membutakan sebagai peluang mereka. Karl XII kemudian mengarahkan timnya untuk menyerang Polandia-Lituania setelah itu, membuat Rusia memiliki kesempatan untuk menata ulang angkatan bersenjata mereka.

Peta kuno Sankt-Peterburg dan Kronstadt; kota-kota yang dibangun Kaisar Pyotr.

Saat pertempuran antara Swedia dan Polandia sedang berlangsung, Pyotr membangun sebuah kota baru pada tahun 1703 di Ingriya (nama kawasan yang terletak di sebelah selatan Teluk Finlandia). Kota itu dinamai Sankt-Peterburg, dinamai mengikuti nama santo pelindung Pyotr, Santo Petrus. Kota ini kemudian menjadi ibu kota Rusia pada tahun 1713–1728 dan 1732–1918.

Setelah mengalami beberapa kali kekalahan, August II, Raja Polandia dan Adipati Agung Lituania, turun tahta pada 1706. Raja Karl segera kembali mengalihkan perhatiannya kepada Rusia dan melakukan penyerangan pada 1708. Karl berhasil mengalahkan Pyotr dalam Perang Golovchin pada bulan Juli. Dikabarkan bahwa ini adalah kemenangan yang paling disukai Karl.[12] Pada Perang Lesnaya pada Oktober (K.J. September) 1708, Karl mengalami kekalahan pertamanya setelah Pyotr menghancurkan pasukan bala bantuan Swedia yang berada di Riga. Ketiadaan bantuan ini membuat Karl terpaksa mengurungkan niatnya untuk menyerang Moskwa.

Karl menolak untuk menyerah kepada Polandia atau kembali ke Swedia, sehingga dia kemudian menyerang Ukraina. Pyotr menarik pasukannya ke selatan dan melakukan taktik bumi hangus untuk menghancurkan segala sesuatu yang mungkin dapat digunakan pihak Swedia untuk memperkuat mereka. Ketidakmampuannya untuk mengambil perbekalan dari kawasan setempat membuat Swedia harus menahan serangan mereka pada musim dingin 1708–1709. Pada musim panas 1709, Swedia kembali berusaha merebut Ukraina yang berpuncak pada pertempuran Poltava pada 27 Juni. Perang ini merupakan kekalahan telak bagi Swedia, mengakhiri usaha Karl untuk menduduki Ukraina dan memaksanya mencari perlindungan di kehancuran Utsmaniyah. Kemenangan ini mengubah pandangan orang-orang yang awalnya menganggap angkatan bersenjata Rusia tidak kompeten. Di Polandia, August II diangkat kembali menjadi raja.

Pyotr I dalam Pertempuran Poltava. Mosaik oleh Mikhail Lomonosov.

Pyotr yang sangat percaya diri dengan dukungan yang didapat dari sekutu Balkannya mulai melancarkan serangan kepada kekaisaran Utsmaniyah pada 1710.[14] Namun perang ini justru menjadi bencana bagi pihak Rusia dan diakhiri dengan Perjanjian Prut. Dalam perjanjian ini, Tsar Pyotr harus menyerahkan pelabuhan di Laut Hitam yang dia kuasai sejak tahun 1697.[14] Sebaliknya, Sultan Ahmed III akan mengusir Raja Karl XII dari negaranya.

Normalnya, Boyar Duma (Dewan Bangsawan Rusia) yang memegang kendali negara saat tsar tidak berada di tempat. Namun Pyotr tidak memercayai para bangsawannya yang membuatnya membubarkan Duma, membentuk senat yang terdiri atas sepuluh anggota. Meski awalnya dibentuk untuk mengurus negara saat ketiadaan tsar, badan ini menjadi permanen setelah mengembalikannya Pyotr dari perang. Senat ini kemudian menjadi salah satu hal terpenting di Rusia.

Pasukan utara Pyotr menduduki Livonia (kawasan yang pada masa modern berada di Latvia bagian utara dan Estonia bagian selatan), membuat pasukan Swedia menuju Finlandia. Pada tahun 1714, Rusia menang dalam Perang Gangut dan menduduki sebagian besar wilayah Finlandia.

Meski begitu, Karl XII tetap menolak untuk menyerah dan baru setelah gugurnya dalam perang, perjanjian damai dapat terlaksana. Perjanjian Nystad ditandatangani pada 1721, mengakhiri apa yang disebut dengan Perang Utara Raya. Dalam perjanjian itu, Rusia mendapatkan Ingriya, Estonia, dan Livonia, juga sebagian besar Karelia. Sebagai gantinya, Rusia membayar ganti kerugian sejumlah dua juta riksdaler dan menyerahkan sebagian besar Finlandia. Tsar tetap mempertahankan sebagian wilayah Finlandia yang dekat dengan Sankt-Peterburg

-       Masa-masa Akhir Kekuasaan

Pada 28 Februari 1714, Pyotr mengeluarkan maklumat untuk mewajibkan mereka yang berusia sepuluh sampai lima belas tahun dari putra-putra bangsawan, pegawai pemerintah, dan pejabat tingkat bawah untuk mempelajari matematika dasar dan geometri, dan harus melakukan pengujian di akhir masa belajar mereka.

Di sisi selatan, Kekaisaran Safawiyah mengalami kemunduran besar-besaran. Kesempatan ini digunakan Pyotr untuk melancarkan perang dengan Safawiyah pada tahun 1722–1723, yang meningkatkan dominasi Rusia secara pesat untuk pertama kali di wilayah Kaukasus dan Laut Kaspia, juga guna membendung agar Utsmaniyah tidak memperluas wilayahnya ke daerah ini setelah kemunduran Safawiyah. Derbent, Shirvan, Mazandaran, Baku, dan Astrabad jatuh ke tangan Rusia. Setelah itu, Safawiyah dan Rusia membentuk persekutuan melawan Utsmaniyah yang dipandang sebagai musuh bersama.

-       Agama

Pyotr merupakan sosok yang religius, dibesarkan dalam iman Ortodoks Rusia. Namun meskipun religius, dia tidak menghargai Gereja yang lebih tinggi. Ia selalu menjaga agar Gereja berada di bawah kendali pemerintah. Secara adat, pemimpin gereja adalah Patriark Moskwa. Namun saat posisi kosong pada 1700, Pyotr menolak untuk memilih pengganti. Pyotr tidak menerima bila kekuatan patriark sampai membayang-bayangi tsar, sebagaimana yang terjadi pada masa Patriark Filaret (menjadi pemimpin Rusia de facto pada masa kekuasaan anak, Tsar Mikhail I) dan Patriark Nikon. Pada akhirnya, dia membubarkan kepatriarkan dan membentuk Sinode Kudus yang berada di bawah kendali pemerintah, dengan tsar (kemudian kaisar) yang menetapkan semua uskup.

Untuk kepemimpinan gereja, Pyotr cenderung kepada Ukraina yang lebih terbuka terhadap pembaharuan, tetapi tidak disukai oleh para pendeta Rusia. Pyotr juga mengeluarkan undang-undang yang melarang para laki-laki Rusia menjadi biarawan bila usianya belum mencapai lima puluh tahun. Dia melihat bahwa menjadi biarawan adalah suatu hal yang sia-sia, terlebih karena para pemuda dapat bergabung dengan angkatan bersenjatanya yang baru.

Bergelut menjadi bagian dari pemuka agama bukanlah jalan yang dipilih oleh masyarakat kelas atas. Sebagian besar pendeta paroki adalah anak-anak imam, umumnya berpendidikan rendah dan dibayar rendah. Para biarawan memiliki kedudukan yang sedikit lebih tinggi dan tidak diperkenankan untuk menikah. Semenjak masa Pyotr, gereja tidak memiliki kekuasaan di ranah politik.

-       Gelar

Terjadi kebingungan terkait penerjemahan gelar tsar di Eropa Barat, apakah disepadankan dengan raja atau kaisar. Sebagai catatan, kaisar berada di atas raja. Pada umumnya negara Eropa Barat tidak menerjemahkan gelar tsar, sebagaimana mereka tidak menerjemahkan gelar sultan atau syah. Demi memperjelas persenjataannya untuk menjadikan Rusia sebagai salah satu kekuatan berpengaruh di Eropa, Pyotr mengubah gelarnya menjadi imperator (император, diterjemahkan menjadi kaisar dalam bahasa Indonesia) pada tahun 1721, yang diambil dari bahasa Latin. Kedudukan Pyotr sebagai kaisar yang diakui oleh August II, Raja Polandia; Friedrich Wilhelm I, Raja Prusia; dan Fredrik I, Raja Swedia, tetapi tidak diakui sebagai kepala monarki Eropa lainnya. Mereka memandang bahwa pengakuan mereka akan berdampak pada klaim Pyotr atas mereka, sebagaimana Kaisar Romawi Suci yang menyatakan kepemimpinannya atas semua negara-negara Kristen.

Meski kepala monarki Rusia secara resmi telah menggunakan imperator (imperatritsa untuk wanita) sejak tahun 1721 sampai jatuhnya monarki pada tahun 1917, banyak pihak di luar Rusia yang masih menyebut mereka dengan gelar tsar atau tsaritsa.

-       Pernikahan dan Keluarga

Pyotr memiliki dua orang permaisuri yang melahirkan empat belas anak, tiga di antaranya hidup sampai usia dewasa. Natalya memilihkan Yevdokiya Fyodorovna Lopukhina sebagai istri anak atas nasihat para bangsawan. Hal ini sejalan dengan adat Romanov yang memilih calon istri dari kalangan bangsawan rendah, untuk menghindari persaingan di antara bangsawan tinggi, juga untuk memperkaya garis keturunan dalam istana keluarga. Di samping istrinya, Pyotr juga menjalin asmara dengan seorang wanita Jerman bernama Anna Mons. Meski begitu, Pyotr tidak bahagia dengan pernikahannya dengan Yevdokiya, sehingga dia kemudian menceraikan sang permaisuri dan memaksanya menjadi biarawati.

Dua istri Pyotr. Kiri: Yevdokiya Fyodorovna Lopukhina sebagai biarawati. Kanan: Yekaterina Alekseevna

Kemudian Pyotr mengambil wanita dari kalangan jelata bernama Martha Skavronskaya sebagai kekasihnya. Martha berpindah agama menjadi Ortodoks dan mengambil nama baru, Yekaterina Alekseyevna. Meski tidak ada catatan yang dapat dipertanggung jawabkan, Pyotr menyatakan telah menikahi Yekaterina dalam sebuah pernikahan rahasia di Sankt-Peterburg antara 23 Oktober sampai 1 Desember 1707. Pyotr kemudian menikahi Yekaterina secara resmi pada 9 Februari 1712 sehingga Yekaterina dapat secara resmi dinobatkan sebagai permaisuri. Berbeda dengan pernikahan pertamanya, pernikahan Pyotr dan Yekaterina terbilang termasuk pernikahan yang bahagia.

Putra tertuanya, Putra Mahkota Aleksei, menentang melakukan pemberontakan melawan Pyotr sehingga dia ditangkap dan mengaku di bawah penganiayaan pengadilan sekuler. Sebelum Pyotr memberikan izin hukuman mati untuk anak itu, Aleksei meninggal terlebih dahulu akibat penyiksaan yang diterimanya. Ibu Aleksei, Yevdokiya, juga diseret dari rumahnya karena didakwa melakukan perzinaan.

-       Mangkat

Pyotr mangkat pada tanggal 8 Februari 1725 pada usia 52 tahun 7 bulan setelah memerintah Rusia selama 42 tahun. Sepeninggalnya, Permaisuri Yekaterina diangkat menjadi maharani, menjadikan dirinya sebagai wanita pertama yang secara resmi menjadi kepala monarki Rusia.

·         Yekaterina I

Yekaterina I

Екатерина I

 

Maharani Yekaterina I yang Agung

Maharani dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 8 Februari 1725 – 17 Mei 1727

Penobatan : 7 Mei 1724

Pendahulu : Pyotr I

Penerus : Pyotr II

Permaisuri Kaisar Rusia

Periode : 2 November 1721 – 8 Februari 1725

Permaisuri Tsar Rusia

Periode 9 Februari 1712 – 2 November 1721

Kelahiran : 15 April 1684[1]

Kematian : 17 Mei 1727 (umur 43), Sankt-Peterburg, kekaisaran Rusia

Keluarga : Skowroński

Nama lengkap :

Ø  bahasa Polski: Marta Helena Skowrońska

Ø  bahasa Rusia: Marfa Samuilovna Skavronskaya

Ayah : Samuel Skowroński

Ibu : Elisabeth Moritz

Pasangan : Pyotr I, Kaisar Rusia

Anak : Anna Petrovna & Yelizaveta, Maharani Rusia

Agama : Ortodoks Timur, Lutheran sebelumnya

Yekaterina I (bahasa Rusia: Екатерина I Алексеевна; Yekaterina I Alekseyevna, lahir bahasa Polski: Marta Helena Skowrońska, bahasa Latvia: Marta Elena Skavronska, kemudian dikenal dengan Marta Samuilovna Skavronskaya) (lahir 15 April [K.J.: 5 April] 1684 – meninggal 17 Mei [K.J.: 6 Mei] 1727) adalah Maharani (kaisar wanita) Rusia yang berkuasa dari tahun 1725 sampai 1727. Kepemimpinannya merupakan sesuatu yang sangat tidak lazim di Eropa karena Yekaterina berasal dari kalangan rakyat jelata, berbeda dengan kepala monarki Eropa lain yang selalu memiliki darah Bangsawan

-       Latar Belakang

Kehidupan Yekaterina merupakan sesuatu yang tidak biasa. Tidak ada berkas mengenai asal-usulnya secara pasti. Nama aslinya adalah Marta Helena Skowrońska dan dikatakan lahir tanggal 15 April 1684. Ayahnya bernama Samuel Skowroński, petani Katolik dari Persemakmuran Polandia-Lituania. Ibunya bernama Elizabeth Moritz, putri dari seorang wanita Jerman Baltik dan pejabat Swedia, meski hal ini juga masih diperdebatkan. Sedangkan beberapa biografi menyatakan bahwa ayah Marta adalah seorang penggali kubur.

Orangtua Marta meninggal sekitar tahun 1689 karena pes dan meninggalkan lima orang anak. Menurut cerita populer, Marta kemudian diasuh oleh bibinya saat berusia tiga tahun dan dikirim ke Marienburg (sekarang bagian dari Latvia) yang kemudian dibesarkan oleh Johann Ernst Glück, seorang pendeta Lutheran, dan menjadi pelayan rendah di rumahnya. Tidak ada upaya untuk mengajarinya membaca dan menulis dan Marta adalah seorang buta huruf sepanjang hidupnya.

Saat Rusia mengambil alih kepemimpinan Marienburg, Pastur Glück menawarkan diri sebagai penerjemah dan Marsekal Lapangan Boris Sheremetev membawanya ke Moskwa. Kemungkinan Marta juga kemudian bekerja di rumah tangga Sheremetev sebagai pelayan atau bahkan bisa jadi gundiknya. Marta kemudian ikut ke Rusia bersama dengan pasukan Sheremetev.

Setelah itu dia menjadi bagian dari rumah tangga Pangeran Aleksandr Menshikov, sahabat karib Tsar Pyotr I. Tampak bahwa Menshikov dan Marta telah membentuk persekutuan seumur hidup di antara mereka. Saat Pyotr mengunjungi Menshikov di kediamannya, dia bertemu dengan Marta. Pada tahun 1704, dia menjadi bagian dari rumah tangga Tsar dan menjadi gundiknya, dan melahirkan seorang putra bernama Pyotr. Pada tahun 1705, dia berganti agama menjadi Ortodoks dan mengambil nama baru, Yekaterina Alekseyevna.

-       Kehidupan dengan Pyotr

Meski tidak ada catatan resmi terkait hal ini, dikatakan bahwa Pyor dan Yekaterina menikah secara rahasia antara 23 Oktober sampai 1 Desember 1707 di Sankt Peterburg. Mereka memiliki dua belas anak, dua putri di antaranya hidup sampai usia dewasa, yakni Anna Petrovna (lahir 1708) dan Yelizaveta Petrovna (lahir 1709).

Pyotr memindahkan ibu kota Rusia ke Sankt Peterburg pada tahun 1703. Saat kota berada dalam proses pembangunan, Pyotr tinggal di sebuah rumah kayu kecil bersama Yekaterina. Di sana, mereka hidup layaknya keluarga biasa. Yekaterina memasak dan merawat anak, sementara Pyotr berkebun. Hubungannya dengan Yekaterina merupakan salah satu hal yang paling berhasil dalam kehidupan Pyotr dan banyak sumber menuliskan tentang seberapa kuat hubungan di antara mereka berdua. Yekaterina sendiri adalah seorang yang selalu bersemangat, penyayang, luwes, dan selalu ceria. Dia mampu menenangkan Pyotr saat marah dan mendampinginya saat suaminya terserang epilepsi.

Yekaterina juga turut serta serta Perang Utsmani-Rusia di Sungai Prut pada tahun 1711. Dikatakan bahwa Yekaterina ikut berperan dalam menyelamatkan Pyotr dan Rusia. Saat sudah terkepung pasukan Utsmani, Yekaterina menyarankan agar perhiasannya dan perhiasan para wanita dikumpulkan dan diserahkan kepada Baltacı Mehmed Pasya, Wazir Agung Utsmani, sebagai sogokan agar pasukan Rusia diperbolehkan mundur. Pada akhirnya, Mehmed membiarkan pasukan Rusia mundur, meski tidak tahu apakah karena sogokan tersebut atau pertimbangan diplomasi.

Bagaimanapun, Pyotr memuji Yekaterina dan kemudian menikahinya (kali ini secara resmi) di Katedral Santo Ishak pada 9 Februari 1712. Yekaterina kemudian dianugerahi gelar tsaritsa, gelar yang biasanya disandang oleh permaisuri tsar. Saat Pyotr mengganti gelarnya menjadi imperator (император, kaisar) pada tahun 1721, Yekaterina juga dianugerahi gelar imperatritsa (императрица).

-       Masa Kekuasaan

Kaisar Pyotr I diangkat pada Februari 1725 tanpa pewarisan. Yekaterina yang sangat populer didukung oleh Menshikov dan orang-orang di resimen penjaga kemudian menyatakan janda Pyotr tersebut sebagai maharani (kaisar wanita). Meski begitu, kendali negara yang sebenarnya berada di tangan Menshikov dan anggota Dewan Penasihat Agung Rusia. Di masa pemerintahannya yang singkat, Yekaterina mengurangi pengeluaran militer karena negara berada dalam keadaan damai.

Yekaterina adalah perempuan pertama yang menjadi kepala monarki dari kekaisaran Rusia. Meski dirinya bukanlah pemimpin yang berkuasa secara mandiri, Yekaterina telah membuka jalan resmi bagi para wanita untuk memimpin dan mendominasi atas Rusia selama hampir seabad tersebut. Tiga wanita yang menjadi Maharani Rusia sepeninggalnya: Anna Ivanovna, Yelizaveta Petrovna, dan Yekaterina yang Agung; adalah pemimpin cakap yang cenderung memiliki kekuasaan yang sangat besar di atas negara. Keempat maharani ini semuanya berkuasa pada abad kedelapan belas.

Maharani Yekaterina I mangkat dua tahun setelah suaminya, yakni pada 17 Mei 1727 pada usia 43 tahun karena tuberkulosis. Sepeninggalnya, kematian diwariskan kepada Pyotr II yang merupakan anak dari Putra Mahkota Alexei, putra Pyotr dan istri pertamanya, Yevdokiya.

·         Pyotr II

Pyotr II

Пётр II


Kaisar Pyotr II

Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 18 Mei 1727 – 30 Januari 1730 (2 tahun, 257 hari)

Penobatan : 25 Februari 1728

Pendahulu : Yekaterina I

Penerus : Anna

Kelahiran : 23 Oktober 1715, Sankt Peterburg

Kematian : 30 Januari 1730 (umur 14) Moskow

Pemakaman : Katedral Malaikat Agung

Wangsa : Romanov

Nama lengkap : Pyotr Alekseevich Romanov

Ayah : Alexei Petrovich, Putra Mahkota Rusia

Ibu : Charlotte Christine

Agama : Ortodoks Timur

Pyotr II (bahasa Rusia: Пётр II Алексеевич) (23 Oktober 1715 – 30 Januari 1730) adalah Kaisar Rusia dari tahun 1727 sampai kematiannya pada tahun 1730. Dia adalah cucu dari Pyotr I dan merupakan penguasa pria terakhir yang merupakan anggota Wangsa Romanov dari garis ayah . Meski dipandang memiliki kecerdasan alamiah dan hati yang baik, Pyotr tidak menaruh minat pada urusan pemerintahan, membuat dia gagal menjadi penguasa yang cakap dalam masa kekuasaannya yang singkat.

-       Masa Kecil

Pyotr Alekseyevich lahir di Sankt Peterburg pada 23 Oktober 1715. Ayahnya adalah Putra Mahkota Alexei Petrovich, putra Kaisar Pyotr yang Agung dan istri pertamanya, Permaisuri Eudoxia Lopukhina. Ibunya adalah Charlotte Christine dari Wangsa Welf. Charlotte meninggal saat Pyotr dikenal sepuluh hari dan Alexei meninggal di tahanan pada tahun 1718 karena dugaan pemberontakan.

Meski Pyotr dan kakak perempuannya, Natalya, menjadi yatim piatu, kakek mereka, Kaisar Pyotr, tidak tertarik untuk mengasuh dan mendidik mereka. Kaisar Pyotr tidak menyukai ayah mereka bahkan nenek mereka yang merupakan istri pertama Kaisar Pyotr sendiri karena dugaan keterlibatan mereka dalam pemberontakan. Oleh karena itu, mereka berdua hidup dalam pemingitan ketat sejak masih sangat belia.

Kaisar Pyotr yang Agung mangkat pada tahun 1725 dan istri keduanya, Yekaterina, naik tahta sebagai maharani (kaisar wanita). Salah satu menteri pendukung Yekaterina, Aleksandr Menshikov, menjadikan Andrey Ostermann sebagai guru bagi Pyotr muda. Ostermann mengajari Pangeran Pyotr berbagai macam pelajaran, di antaranya matematika, sejarah, geografi, dan beberapa bahasa asing. Namun Pyotr tidak begitu memberikan perhatian kepada ilmu pengetahuan dan lebih suka berburu dan berpesta.

Pada masa pemerintahan Yekaterina, Pyotr cenderung diabaikan, tetapi jelas bahwa dia adalah orang yang akan meneruskan keturunan Rusia kelak karena dia adalah satu-satunya cucu Kaisar Pyotr dari jalur ayah. Tiga perempat bangsawan memberi dukungan kepadanya, begitu pula Karl VI, Kaisar Romawi Suci yang sekaligus paman dari pihak ibu. Atas usaha Menshikov, Pyotr ditetapkan secara resmi sebagai pewaris Yekaterina, meskipun sang maharani sendiri memiliki dua putri. Yekaterina sendiri memberikan persetujuan perjanjian antara Pyotr dengan anak perempuan Menshikov, Maria Aleksandrovna.

-       Masa Kekuasaan

Maharani Yekaterina mangkat pada tahun 1727 dan Pyotr naik tahta sebagai Kaisar Pyotr II. Menshikov segera membawa sang kaisar muda ke kediamannya di Pulau Vasilyevsky dan memegang kendali penuh atas segala tindakannya. Meski begitu, Menshikov kemudian jatuh sakit. Atas pengaruh Ostermann dan Dolgorukov, Pyotr yang sejak lama telah muak dengan perlakuan Menshikov melucuti segala pangkat dan jabatannya dan kemudian diasingkan di Siberia. Pyotr sendiri kemudian membatalkan perjanjiannya dengan Maria Aleksandrovna.

Pyotr dikenal cerdas, tetapi juga keras kepala dan cenderung tidak patuh seperti kakeknya. Terlepas dari kesamaan ini, Pyotr tidak memiliki keinginan untuk memerintah, berbeda dengan Pyotr yang Agung. Dia hampir tidak pernah hadir dalam rapat dengan anggota dewan. Sikapnya ini membuat para bawahannya kesal karena mereka tidak berani bertanggung jawab atas berbagai keputusan penting. Armada Rusia ditinggalkan dan Pyotr tidak berminat untuk memperhatikan masalah tersebut.   

Setelah Minshekov diasingkan, Pangeran Aleksey Dolgorukov dan anaknya, Ivan, yang menjadi orang kepercayaannya dan mereka memiliki pengaruh besar dalam berbagai kebijakan sang kaisar. Ivan memiliki gaya hidup boros yang kemudian memengaruhi Pyotr untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan pesta, bermain kartu, bermain wanita. Segera dia juga menjadi kecanduan alkohol.

Yekaterina Alekseyevna Dolgorukova

Pengaruh keluarga Dolgorukov semakin menguat hingga berusaha menjodohkan anak perempuan Aleksey, Yekaterina Dolgorukov menjadi istri kaisar. Namun kemudian tampak bahwa Pyotr tampak tidak tertarik dengan pengantinnya, sangat mungkin karena pengaruh bibi Pyotr, Putri Yelizaveta, yang tidak menyukai Yekaterina. Meski begitu, pernikahan tetap direncanakan untuk dilangsungkan pada 30 Januari 1730.

-       Mangkat

Di penghujung Desember 1729, Pyotr terserang penyakit berbahaya dan keadaan semakin menurun terlebih setelah Hari Epifani pada Januari 1730. Dokter mendiagnosisnya terkena cacar. Pada saat genting ini, keluarga Dolgorukov berusaha membujuk Pyotr agar menetapkan Yekaterina Dolgorukov sebagai pewarisnya. Mereka berusaha meniru Maharani Yekaterina I yang naik ke atas sepeninggal suaminya, Kaisar Pyotr I untuk menguasai takhta, tetapi mereka tidak diperkenankan bertemu dengan kaisar yang memudar.

Pada akhirnya, Kaisar Pyotr II mangkat di usia empat belas tahun saat fajar tanggal 30 Januari 1730, hari yang telah direncanakan sebagai waktu pernikahannya dengan Yekaterina. Sepeninggalnya, Dewan Penasihat Agung Rusia menetapkan putri dari Tsar Ivan V (kakak Pyotr I), Anna Ivanovna, sebagai Maharani Rusia.

·         Anna

Anna

Анна


Maharani Anna

Maharani dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 30 Januari 1730 – 28 Oktober 1740 (10 tahun, 272 hari)

Pendahulu : Pyotr II

Penerus : Ivan VI

Pemakaman : Katedral Pyotr dan Pavel

Wangsa : Romanov

Ayah : Ivan V, Tsar Rusia

Ibu : Praskovia, Permaisuri Rusia

Pasangan : Friedrich Wilhelm, Adipati Kurlandia

Agama : Ortodoks Rusia

Anna Ivanovna (bahasa Rusia: Анна Иоанновна, Anna Ioannovna) (7 Februari

K.J.:28 Januari] 1693, Moskow – 28 Oktober [K.J.: 17 Oktober] 1740) adalah Maharani

(kaisar wanita) Rusia dari tahun 1730 hingga tahun 1740. Sebelumnya dia berkuasa

sebagai wali di Kadipaten Kurlandia selama hampir dua puluh tahun setelah suaminya

meninggal.

-       Latar Belakang


Anna menyobek kertas perjanjian yang dirumuskan dewan penasihat

Anna lahir di Moskwa pada tahun 1693. Ayahnya adalah Tsar Ivan V dan ibunya adalah Permaisuri Praskovia Saltykova. Meski Ivan seorang tsar, adik tirinya, Pyotr, yang secara de facto memimpin negara karena Ivan sendiri mengalami cacat mental. Dia memiliki kakak perempuan bernama Yekaterina Ivanovna yang menikah dengan Karl Leopold, Adipati Mecklenburg, dan seorang adik perempuan bernama Praskovya Ivanovna.

Ivan mangkat pada Februari 1696 saat Anna baru berusia tiga tahun. Anna dan saudari-saudarinya dibesarkan dengan disiplin oleh ibunya yang menjanda. Terlahir dalam keluarga yang relatif sederhana, Praskovia telah menjadi istri teladan bagi pria yang mengalami cacat mental dan mengharapkan putri-putrinya memiliki standar moral dan kebaikan yang tinggi. Anna tumbuh di lingkungan yang sangat menghargai kebaikan dan sifat kewanitaan di atas segalanya dan tekanan penghematan, amal, dan ibadah agama.

Pada masa pemerintahan pamannya, Pyotr I, Anna disarankan untuk pindah dari Moskwa ke Sankt Peterburg. Perpindahan ini tidak hanya membawa perubahan terkait tempat tinggal, tetapi lingkungan masyarakatnya dan ini membawa perubahan besar pada Anna. Dia sangat menikmati kemegahan istana di sana dan gaya hidup mewah masyarakatnya, sangat berkebalikan dengan kesederhanaan yang lebih disukai ibunya.

-       Pernikahan

Pada tahun 1710, Pyotr menikahkan Anna dengan Friedrich Wilhelm, Adipati Kurlandia yang memiliki umur yang sama dengannya. Kedua pasangan ini menikmati hidup di Rusia selama beberapa minggu sampai kemudian mereka pindah ke Kurlandia yang jaraknya hanya dua puluh mil dari Sankt Peterburg. Namun di tengah perjalanan, Friedrich meninggal karena sebab yang belum pasti. Anna tetap melanjutkan perjalanan ke Kurlandia bersama jenazah suaminya, dan di sana dia memimpin Kadipaten Kurlandia hampir selama dua puluh tahun.

-       Naik Tahta

Pyotr mangkat dan meninggal diwariskan kepada istri keduanya, Yekaterina. Saat Yekaterina mangkat pada 1727, meninggal kemudian diwariskan kepada Pyotr II, cucu Pyotr I dari istri pertamanya. Pyotr II diangkat pada Januari 1730 pada usia empat belas tahun tanpa meninggalkan keturunan, sehingga ada lima calon penguasa Rusia selanjutnya, semuanya perempuan, yakni tiga putri Ivan V: Yekaterina, Anna sendiri, dan Praskovya; dan putri Pyotr I dengan Yekaterina: Anna dan Yelizaveta.

Ivan adalah kakak Pyotr sehingga dipandang bahwa keturunannya yang lebih berhak duduk di tahta. Namun sebagian berpendapat bahwa penguasa selanjutnya harus dipilih dari yang memiliki hubungan keluarga paling dekat dengan penguasa sebelumnya sehingga dalam sudut pandang ini, putri-putri Pyotr lebih memenuhi syarat. Namun status anak-anak Pyotr terganjal dengan dua hal: kelahiran mereka yang berada di luar pernikahan resmi (meski dikatakan bahwa Pyotr dan Yekaterina sudah menikah secara rahasia sebelumnya) dan kedudukan ibu mereka, Yekaterina, yang sebelum menjadi permaisuri, hanyalah pelayan istana biasa. Hal ini berbeda dengan Praskovia Saltykova, ibu dari tiga putri Ivan, yang jelas berasal dari keluarga bangsawan. Terlebih Praskovia yang dipandang memiliki kebaikan yang tinggi dan terkenal akan kegiatan amalnya, menambah berat nilai putri Ivan.

 

Pada akhirnya, Dewan Penasihat Agung Rusia memutuskan untuk menunjuk Anna sebagai penguasa Rusia yang baru, meski Anna masih memiliki kakak yang tinggal di Rusia dan Anna sendiri masih berada di Kurlandia. Pertimbangan yang diambil adalah bahwa status Anna yang janda dan tidak memiliki anak justru dapat mencegah masuknya pengaruh asing yang tidak diinginkan di Rusia, berbeda dengan kakaknya, Yekaterina, yang bersuamikan orang asing dan telah memiliki seorang putri. Selain itu, Anna yang telah menguasai Kadipaten Kurlandia lebih dipandang memiliki pengalaman politik. Dengan penunjukan ini, diharapkan pula bahwa Anna akan merasa berutang budi kepada para bangsawan dan merasa terikat dengan mereka. Untuk memastikan hal tersebut, Anna meminta persetujuan persetujuan bahwa dia akan memerintah berdasarkan arahan anggota dewan dan dia tidak dapat menyatakan perang atau perjanjian damai, membuat pajak baru tanpa persetujuan mereka. Anna juga tidak dapat menghukum seorang bangsawan tanpa pengadilan, tidak dapat memberikan tanah kepemilikan, membangun seorang pejabat tinggi dan mengasingkan seseorang tanpa persetujuan anggota dewan.

Anna menyembunyikan berkas perjanjian itu pada 18 Januari 1730 di Jelgava, ibu kota Kurlandia. Pada tanggal 20 Februari 1730, segera setelah kedatangannya di Rusia, sang maharani yang baru menggunakan hak prerogatifnya untuk membubarkan anggota dewan penasihat. Dewan Penasihat Agung yang membuat perjanjian dengan Anna kebanyakan anggotanya terdiri dari keluarga Dolgorouki dan Galitzin. Beberapa hari berikutnya, faksi lain menyatakan penentangannya terhadap dominasi dari keluarga tersebut. Pada tanggal 7 Maret 1730, beberapa orang dari faksi ini (antara 150 sampai 800 orang, tergantung sumber) tiba di istana dan mengajukan petisi agar Maharani Anna membatalkan perjanjian yang telah dimintakan kepada dewan penasihat. Yekaterina, kakak Anna, merupakan salah satu orang yang mendukung keputusan ini. Anna kemudian membatalkan perjanjian tersebut dan mengatur beberapa perjanjian perjanjian itu ke Siberia, yang secara otomatis menjadikan Anna sebagai kepala monarki absolut sebagaimana para pendahulunya. Pada malam saat Anna membatalkan perjanjian tersebut, muncul aurora borealis di langit, membuat cakrawala terlihat seperti darah, yang kemudian dipandang sebagai gambaran bagi masa kekuatan Anna di masa mendatang.

-       Masa Kekuasaan

Pada masa pemerintahannya, Anna melanjutkan untuk memajukan arsitektur mewah di Sankt Peterburg. Anna juga mendaftar untuk mendaftar Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia yang didirikan sejak masa pamannya, Pyotr yang Agung. Tujuan sikap akademi ini adalah untuk memajukan ilmu pengetahuan di Rusia yang tertinggal jauh bila dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat. Beberapa ilmu yang dipelajari di sini adalah matematika, astronomi, dan botani. Akademi ini juga bertanggung jawab atas beberapa penjelajahan, khususnya di Laut Bering. Di masanya pula, akademi ini mulai memasukkan program seni dalam pengajarannya, begitu juga teater, arsitektur, dan jurnalisme.


Monogram istana

Anna juga mendirikan ulang Kantor Penyidik Rahasia untuk menghukum mereka yang melakukan kejahatan politik. Hukuman yang diberikan seringnya sangat menyakitkan dan menjijikkan. Seperti mereka yang didakwa melawan negara akan dikoyak hidungnya dan dipukuli dengan cambukan.


Koin Anna

Westernisasi juga dilakukan pada masa pemerintahannya, seperti dalam Akademi Ilmu Pengetahuan, pendidikan pasukan kadet, dan juga masalah kebudayaan seperti teater dan opera. Tidak seperti penguasa Rusia yang lain, istananya dipenuhi orang asing, kebanyakan dari Jerman. Anna sering memberi orang-orang Jerman posisi penting. Ini karena ketidakpercayaannya dengan orang-orang Rusia sendiri. Pengaruh Jerman yang sangat mengakar kuat ini menimbulkan kebencian dari orang-orang Rusia terhadap mereka.

Dalam masa pemerintahannya, Rusia terlibat dengan dua masalah besar: Perang Pewaris Polandia dan Perang Rusia-Utsmani. Rusia dan Austria bersama mendukung August II dan melawan pencalonan Stanisław Leszczyński sebagai Raja Polandia, karena Satnislaw bergantung dengan Prancis dan bersahabat dengan Utsmaniyah dan Swedia. Pada 1732, Nader Syah, Syah (raja) Persia untuk wilayah utara Persia yang telah direbut pada Perang Rusia-Persia pada masa Pyotr yang Agung. Kemudian penandatangananlah Perjanjian Rasyt yang merupakan kesepakatan antara Rusia dan Persia untuk melawan Utsmaniyah.

·         Ivan VI

Ivan VI

Иван VI

 

Kaisar Ivan Antonovich

Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 28 Oktober 1740 – 6 Desember 1741 (1 tahun, 39 hari)

Penobatan : 28 Oktober 1740

Pendahulu : Anna

Penerus : Yelizaveta

Wali Anna : Leopoldovna

Kelahiran : 23 Agustus 1740, Sankt Peterburg

Kematian : 16 Juli 1764 (umur 23), Shlisselburg

Pemakaman : Kholmogory atau Shlisselburg

Wangsa : Brunswick-Bevern

Nama lengkap : Ivan Antonovich

Ayah :  Anton Ulrich, Adipati Brunswick

Ibu :  Anna Leopoldovna

Agama : Ortodoks Timur

Ivan VI (bahasa Rusia: Иван VI; 23 Agustus [K.J.: 12 Agustus] 1740 – meninggal 16 Juli [K.J.: 5 Juli] 1764), adalah Kaisar Rusia dari Oktober 1740 sampai Desember 1741. Ivan masih lahir berusia dua bulan saat dinobatkan sebagai kaisar, sehingga ibunya ditunjuk sebagai wali kaisar yang memerintah negara atas namanya. Namun sang kaisar muda kemudian digulingkan oleh Yelizaveta, putri Pyotr I, pada tahun 1741. Ivan menghabiskan sisa hidupnya sebagai penahanan dan pembunuhan oleh penjaga saat ada upaya untuk membebaskan dirinya.

-       Latar Belakang

Ivan Antonovich lahir di Sankt Peterburg pada 23 Agustus 1740 di penghujung masa kekuasaan Anna, Maharani Rusia yang berkuasa dari tahun 1730 - 1740. Ayahnya adalah Anton Ulrich dari keluarga Brunswick-Lüneburg, sebuah cabang keluarga dari Wangsa Welfen (Guelf), sebuah keluarga bangsawan yang menurunkan banyak penguasa Eropa. Ibunya adalah Anna Leopoldovna. Dari jalur ayah, Anna adalah anggota keluarga Mecklenburg. Meski begitu, Anna Leopoldovna sendiri memiliki darah Wangsa Romanov karena ibunya adalah Yekaterina Ivanovna, putri Tsar Ivan V dan kakak perempuan Maharani Anna.

-       Kaisar Rusia

Demi menjaga agar takhta Rusia selalu dikuasai keturunan Ivan V, Maharani Anna mengadopsi Ivan yang merupakan cucu kakaknya itu saat berusia delapan pekan dan menyatakan bahwa dia adalah pewarisnya pada tanggal 5 Oktober 1740. Maharani Anna juga menobatkan kekasihnya, Ernst Johann von Biron, sebagai wali bagi Ivan bila dia naik takhta. Keinginan agar kekasihnya tetap memegang kekuasaan di istana yang mendorong Maharani Anna lebih memilih Ivan yang masih bayi sebagai penerusnya daripada memilih Anna Leopoldovna yang lebih dekat dengan Wangsa Romanov secara silsilah.

Maharani Anna Ivanovna mangkat pada 28 Oktober 1740 dan Ivan ditetapkan sebagai Kaisar Rusia yang baru. Namun orang tua Ivan dan kebanyakan bangsawan tidak menerima bila Biron yang bertindak sebagai wali dari kaisar muda, karena dia telah membuat banyak musuh selama kekuasaan Maharani Anna. Biron ditangkap di tempat tidurnya dan kemudian dibuang di Siberia. Ibu Ivan, Anna Leopoldovna, ditetapkan sebagai wali kaisar, meski sebenarnya Andrei Osterman, menteri luar negeri Rusia, yang memegang kendali pemerintahan.

-       Penggulingan

Masa Ivan menjadi kaisar hanya berlangsung sampai akhir tahun 1741 karena kudeta yang dilancarkan Yelizaveta, putri dari Kaisar Pyotr I. Pyotr sendiri adalah adik dari Tsar Ivan V. Ivan digulingkan dan ditahan di Benteng Dünamünde. Pada Juni 1744, Ivan dikirim ke Kholmogory di Laut Putih, terpisah dari keluarganya. Dia ditahan selama dua belas tahun dan kemudian dipindahkan secara rahasia di Shlisselburg. Para penjaga sendiri bahkan tidak diberitahu mengenai jati diri Ivan yang sebenarnya. Pada masa pemerintahan Yelizaveta, semua berkas, koin, dan segala pengumuman yang menyebutkan nama Ivan dimusnahkan. Keadaan Ivan cukup membaik saat masa kekuasaan Kaisar Pyotr III yang bersimpati dengannya.

-       Kematian

Kondisi Ivan kembali memburuk saat Pyotr digulingkan dari naik dan Yekaterina II naik naik sebagai maharani. Perintah baru diberikan kepada penjaga untuk memborgol bahkan mencambuknya. Dalam keadaan apapun, dia tidak diperkenankan untuk dikirim kepada siapapun juga tanpa persetujuan tertulis dari Yekaterina. Dalam keadaan seperti ini, Ivan mengalami gangguan mental, meski tidak sepenuhnya gila. Meski begitu, Ivan mengetahui asal-usulnya dan menyebut dirinya sendiri sebagai Gosudar (penguasa). Perintah diberikan agar dia tidak mendapat pendidikan.

Namun Vasily Mirovich, letnan dari Resimen Smolensk mengetahui jati diri Ivan dan berusaha membebaskannya, untuk kemudian diangkat menjadi kaisar. Namun saat serangan di benteng dilakukan untuk membebaskan Ivan, salah satu penjaga bermarga Chekin segera membunuh Ivan sesuai dengan perintah rahasia yang telah diberikan kepada para penjaga. Mirovich kemudian ditahan dan dihukum mati segera setelahnya. Kematian Ivan mengamankan kedudukan Yekaterina di kematian. Saudara-saudara Ivan yang lahir pada masa tahanan dibebaskan atas permintaan bibi Ivan dari pihak ayah, Juliane Marie, Permaisuri Denmark, pada 30 Juni 1780. Mereka kemudian hidup dalam perlindungan Juliane dan mendapat dukungan keuangan dari Yekaterina.

·         Yelizaveta

Yelizaveta
Елизаве́та

 

  

Maharani Yelizaveta

Maharani dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 6 Desember 1741 – 5 Januari 1762 (20 tahun, 30 hari)

Penobatan : 6 Maret 1742

Pendahulu : Ivan VI

Penerus : Pyotr III

Kelahiran : 29 Desember 1709, Kolomenskoye, Moskwa

Kematian : 5 Januari 1762 (umur 52), Sankt Peterburg

Pemakaman : 3 Februari 1762, Katedral Pyotr dan Pavel

Wangsa : Romanov

Nama lengkap : Yelizaveta Petrovna Romanova

Ayah : Pyotr I, Kaisar Rusia

Ibu : Yekaterina I, Maharani Rusia

Pasangan : Aleksey Razumovsky 

Agama : Ortodoks Timur

Yelizaveta (Yelisavet) Petrovna (bahasa Rusia: Елизаве́та (Елисаве́та) Петро́вна, bahasa Inggris: Elizabeth) (29 Desember 1709 – 5 Januari 1762) adalah Maharani (kaisar wanita) Rusia yang memerintah pada tahun 1741 sampai 1762. Di masanya, Yelizaveta membawa Rusia ke dalam dua tantangan besar di Eropa saat itu: Perang Pewaris Austria (1740 – 1748) dan Perang Tujuh Tahun (1756 – 1763). Yelizaveta adalah penguasa Rusia terakhir yang merupakan anggota Wangsa Romanov dari jalur ayah.

Politik dalam negerinya mengizinkan para bangsawan untuk mendominasi pemerintahan lokal dengan memperpendek masa pelayanan mereka untuk negara. Ia mendorong sikap Universitas Moskwa oleh Mikhail Lomonosov dan kapabilitas Akademi Seni kekaisaran oleh Ivan Shuvalov di Sankt Peterburg. Ia juga menghabiskan banyak uang untuk proyek agung barok dari arsitek favoritnya, Bartolomeo Rastrelli, terutama di Istana Peterhof dan Tsarskoye Selo. Istana Musim Dingin dan Katedral Smolny merupakan peninggalan utama dari masa pemerintahannya di Sankt Petersburg. Ia merupakan salah satu penguasa Rusia yang paling dicintai rakyatnya karena perlawanannya yang kuat terhadap kebijakan Prusia dan keputusannya untuk tidak menghukum mati seorangpun pada masa kekuasaannya.

-       Latar Belakang

Yelizaveta lahir di Kolomenskoye, dekat Moskwa, pada 29 Desember 1709 (kalender Julius: 18 Desember). Ayahnya adalah Pyotr, Tsar Rusia terakhir dan Kaisar Rusia pertama. Ibunya adalah Yekaterina, seorang pelayan yang menjadi istri kedua Pyotr, dan kemudian naik tahta sebagai maharani sepeninggal suaminya.

Dari dua belas anak Pyotr dan Yekaterina, hanya dua orang putri yang hidup sampai usia dewasa, yakni Anna (lahir 1708) dan Yelizaveta sendiri. Mereka memiliki kakak laki-laki yang lahir dari istri pertama ayah mereka, Putra Mahkota Aleksei.

Sejak belia, Yelizaveta sudah menjadi kesayangan ayahnya. Dia mirip dengan ayahnya, baik dari pertarungan maupun temperamennya. Meski sangat mengembalikan bayinya, Pyotr tidak memberi perhatian pada pendidikannya. Dia sudah memiliki putra dan cucu laki-laki dari istri pertamanya yang seorang bangsawan, dan tidak pernah memikirkan kemungkinan anak laki-laki naik tahta, karena memang belum pernah ada perempuan yang menjadi penguasa Rusia saat itu.

-       Pernikahan

Terdapat kesulitan saat Pyotr berusaha menjodohkan putri-putrinya yang merupakan anak dari Yekaterina. Hal ini karena kedudukan ibunya yang sebelumnya hanya sebatas pelayan di istana. Saat Pyotr berusaha menjodohkannya dengan pangeran Prancis, pihak Prancis menyatakan bahwa asal muasal ibunya terlihat terlalu kabur dan tidak bisa diterima.

Pada tahun 1724, Pyotr menjodohkan kedua putrinya dengan sepupu mereka. Anna ditunangkan dengan Karl Friedrich, Adipati Holstein-Gottorp, yang saat itu tinggal di Rusia menjadi tamu Pyotr setelah gagal membantu paman dari ibunya menjadi Raja Swedia. Yelizaveta sendiri ditunangkan dengan sepupu Karl Friedrich, Karl August.[5] Pernikahan Anna digelar pada tahun 1725 sesuai rencana, meski Pyotr mangkat terlebih dahulu sebelum upacara pernikahan berlangsung. Dalam kasus Yelizaveta, tunangannya meninggal pada 31 Mei 1727 dan ibunya yang naik tahta sepeninggal Pyotr mangkat dua pekan sebelum meninggalnya Karl August. Dengan meninggalnya tunangan dan kedua orangtuanya, juga naiknya keponakan tirinya menjadi Kaisar Rusia dengan nama Pyotr II, menjadikan nilai jualnya dalam pernikahan jatuh. Keadaan ini tidak berubah saat sepupunya, Anna, naik naik menjadi maharani. Tidak ada bangsawan atau pangeran asing yang melamarnya. Yelizaveta juga tidak bisa menikah dengan orang biasa karena selain mempertaruhkan kedudukan dan gelar istananya, tetapi juga haknya atas keturunan

-       Naik Tahta

Ivan VI naik tahta setelah bibinya, Maharani Anna, diangkat pada tahun 1740. Namun dia baru dua bulan saat naik tahta, sehingga ibunya bertindak sebagai wali. Masa ini dikenal dengan pajak yang tinggi dan berbagai permasalahan ekonomi. Sebagai putri dari Pyotr yang Agung, Yelizaveta mendapat dukungan dari resimen pasukan penjaga. Yelizaveta kerap mengunjungi resimen penjaga, mengadakan beberapa acara khusus untuk para pejabat, dan bertindak sebagai ibu baptis bagi anak-anak mereka.

Para penjaga membalas kebaikannya ketika pada malam 25 November 1741, Yelizaveta mengambil alih kekuasaan dengan bantuan dari Resimen Preobrazhensky. Dia kaisar menahan muda bersama orangtuanya dan berhasil melakukan kudeta tanpa pertumpahan darah. Yelizaveta bersumpah bahwa setelah naik darah, dia tidak akan setuju dengan persetujuan hukuman mati, sebuah janji luar biasa yang dia pegang sampai mati.

-       Kebijakan

Di usianya yang ketiga puluh tiga, dengan pengalaman politik yang relatif sedikit, Yelizaveta mendapati dirinya sebagai pemimpin dari kekaisaran besar yang berada di salah satu masa paling genting. Rusia berada dalam pengaruh kuat penasihat Jerman dan pada masa Yelizaveta, banyak yang dari mereka kemudian diasingkan.

Yelizaveta menghapus dewan kabinet yang digunakan pada masa pemerintahan Anna dan membentuk ulang senat sebagaimana pada masa Pyotr yang Agung dengan pimpinan dari tiap departemen (tidak ada orang Jerman di dalamnya) hadir. Urusan pertama yang dia selesaikan adalah menangani masalah perang dengan Swedia. Perjanjian Abo ditandatangani tanggal 7 Agustus 1743. Swedia menyerahkan Finlandia selatan sebelah timur sungai Kymmene ke Rusia yang menjadi batas bagi kedua negara. Perjanjian ini juga memberikan Rusia Benteng Villmanstrand dan Fredrikshamn.

Kejadian besar berikutnya yang terjadi pada masa pemerintahan Yelizaveta adalah Perang Tujuh Tahun. Dia menyepakati Perjanjian Versailles untuk melakukan persekutuan dengan Prancis dan Austria untuk melawan Prusia. Dia ingin mendesak tapal batas Prusia sehingga negara itu tidak lagi dapat membahayakan kekaisaran Rusia.

Dikarenakan kemungkinan akan terjadinya pemberontakan dari pendukung mantan kaisar sebelumnya, Ivan, Yelizaveta memusnahkan semua kertas, koin, dan berkas yang memuat tentang Ivan.

-       Pemilihan Pewaris

Sebagai seorang maharani yang tidak memiliki anak, sangat penting bagi Yelizaveta untuk memilih pewaris. Untuk itu dia memilih putra dari kakak kandung perempuannya, Pyotr, untuk menjadi pewaris. Pyotr yang yatim piatu diundangkan di Sankt Peterburg dan diterima sebagai anggota Gereja Ortodoks dan ditetapkan sebagai putra mahkota pada 7 November 1742. Pyotr kemudian dinikahkan dengan Sophie yang kemudian diberi nama baru Yekaterina setelah menjadi bagian dari Gereja Ortodoks. Pernikahan mereka dilangsungkan pada 21 Agustus 1745. Sembilan tahun setelahnya, Yekaterina melahirkan seorang anak laki-laki bernama Pavel. Namun ada kebaikan bahwa ayah Pavel bukanlah Pyotr, melainkan salah satu kekasih Yekaterina bernama Serge Saltykov.

Yekaterina mengambil alih pengasuhan Pavel dan dia sendiri bertindak sebagai ibunya, dan bukan Yekaterina. Yekaterina tidak dapat melihat anak-anaknya pada bulan berikutnya sampai pertemuan singkat mereka saat upacara gereja. Yelizaveta memperbolehkan Yekaterina untuk melihat anak-anaknya lagi enam bulan kemudian. Pavel muda tidak lagi dipandang hanya sebatas milik kedua orangtuanya, tetapi juga milik negara, yang kemudian diambil dan dirawat Yelizaveta sebagaimana keyakinannya bahwa dia adalah pewaris warisan yang sejati dan cicit dari ayahnya, Pyotr yang Agung.

-       Istana Rusia

Dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, Istana Rusia termasuk yang paling megah. Yelizaveta sendiri dikabarkan meiliki 15.000 pakaian dan ribuan pasang sepatu. Dia tidak pernah memakai sebuah pakaian lebih dari sekali dan dapat berganti pakaian mulai dua sampai enam kali sehari. Aturan ini juga ditetapkan kepada orang-orang di istana dan pejabatnya juga. Untuk memastikan agar mereka tidak memakai pakaian yang sama untuk beberapa kali acara pesta dansa dan pertemuan resmi, sang maharani memerintahkan para penjaga untuk memberi pakaian mereka tinta khusus. Kemegahan Yelizaveta juga ditampilkan dalam makanan yang dihidangkan. Meski begitu, gaya hidup sang maharani yang membawa manfaat besar bagi infrastruktur negara. Jalan-jalan dimodernisasi agar dapat mengangkut barang-barang yang dikehendaki Yelizaveta dengan lancar.

Sebagai wanita muda, Yelizaveta dikenal sangat menarik dan dia menginginkan selalu menjadi pribadi yang tampil paling menarik. Untuk memastikan hal tersebut, sebuah maklumat dibuat untuk melarang siapa pun untuk memiliki gaya rambut, memakai pakaian dan aksesori yang dipakai sang maharani. Seorang wanita, Natalya Lopukhina, secara tidak sengaja mengenakan barang yang sama dengan yang dikenakan Yelizaveta dan dia mendapat cambukan di wajah atas pelanggarannya.

Yelizaveta juga disebutkan telah mengubah istananya menjadi pusat permusikan negara. Yelizaveta mengundang banyak sekali musisi dari Jerman, Italia, dan Prancis. Sang maharani juga memerintahkan berbagai pembangunan atas kecintaannya terhadap arsitektur. Biara Smolny, dibangun ketika Yelizaveta dianggap akan menjadi biarawati, merupakan satu dari banyak bangunan keagamaan yang dibangun atas perintahnya menggunakan dana negara. Seperti penuturan Robert Nisbet Bain tentang Yelizaveta, "tidak ada penguasa Rusia lain yang membangun begitu banyak gereja."

-       Kehidupan Pribadi

Dikarenakan sulitnya untuk menjalin ikatan pernikahan setelah kedua orangtuanya meninggal dan sebelum menjadi maharani, Yelizaveta kemudian mengambil kekasih bernama Aleksis Shubin, seorang sersan tampan dari pasukan penjaga kekaisaran kekaisaran. Saat Maharani Anna yang saat itu masih berkuasa mengetahui hubungan mereka, dia memerintahkan agar lidah Shubin dipotong dan dia diasingkan ke Siberia. Yelizaveta menghibur dirinya dengan menjalin hubungan dengan seorang kusir tampan yang dia jadikan pelayannya untuk menikmati seksualnya. Pada akhirnya dia menjalin hubungan jangka panjang dengan Aleksis Razumovsky, seorang pemuda tampan yang merupakan rakyat jelata Ukraina yang memiliki suara bass yang bagus. Razumovsky dibawa ke Sankt Peterburg dari desanya oleh tuannya yang seorang bangsawan untuk menjadi penyanyi gereja dan Yelizaveta membeli dari tuannya untuk paduan suara pribadinya. Razumovsky sendiri adalah seorang lelaki yang membisikkan sederhana yang tidak pernah berambisi untuk masalah pemerintahan dan dia terus bersama Yelizaveta sejak hari-harinya yang penuh pembebasan sampai naik menjadi maharani. Timbal baliknya, Yelizaveta juga setia kepadanya dan percaya bahwa mereka telah menjalin ikatan pernikahan secara rahasia. Razumovsky sendiri kemudian dikenal sebagai "Kaisar Malam".

Tidak hanya status pernikahannya dengan Razumovsky, tetapi keberadaan anak-anak mereka juga menjadi pertanyaan. Ada yang menyatakan bahwa mereka memiliki dua putri. Pertama adalah Augusta Tarakanova yang kemudian menjadi biarawati dengan nama Dosifeya dan meninggal pada tahun 1810. Anak kedua bernama Yelizaveta Tarakanova yang ditahan di Benteng Pyotr dan Pavel dan meninggal di sana karena tuberkulosis.

-       Mangkat

Yelizaveta meninggal pada tanggal 5 Januari 1762 dan dimakamkan di Katedral Pyotr dan Pavel pada 6 Februari 1762. Yelizaveta adalah penguasa Rusia terakhir yang merupakan anggota Wangsa Romanov dari jalur ayah. Meski begitu, Pyotr dan penerusnya tetap menggunakan nama 'Romanov' atas keterkaitannya dengan Wangsa Romanov melalui ibunda Pyotr III, Anna, yang sekaligus kakak Yelizaveta, meski secara garis ayah harusnya nama keluarga mereka adalah Holstein-Gottorp. Atau dalam beberapa kesempatan, wangsa mereka kerap disebut "Holstein-Gottorp-Romanov."

·         Pyotr III

Pyotr III

Пётр III

 

 

Kaisar Pyotr III, 1762

Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 5 Januari 1762 – 9 Juli 1762 (185 hari)

Pendahulu : Yelizaveta

Penerus : Yekaterina II

Kelahiran : 21 Februari 1728, Kiel

Kematian : 17 Juli 1762 (umur 34), Ropsha, Rusia

Pemakaman : Katedral Pyotr dan Pavel

Wangsa : Holstein-Gottorp (jalur ayah), Romanov (resmi)

Nama lengkap : Karl Peter Ulrich (nama lahir) & Pyotr Fyodorovich (nama Rusia)

Ayah : Karl Friedrich, Adipati Holstein-Gottorp

Ibu : Anna Petrovna

Pasangan : Yekaterina II, Maharani Rusia

Anak : Pavel I, Kaisar Rusia

Agama : Ortodoks Timur

Pyotr III (bahasa Rusia: Пётр III Фëдорович, Pyotr III Fyodorovich, bahasa Inggris: Peter III; 21 Februari 1728 – 17 Juli 1762) adalah Kaisar Rusia pada tahun 1762. Kebijakannya yang sangat pro-Prusia membuat Pyotr menjadi pemimpin yang tidak disukai oleh para bangsawan. Masa kekuasaan Pyotr yang hanya berlangsung selama enam bulan berakhir dengan penggulingannya yang dipimpin oleh istrinya sendiri, Yekaterina, yang naik tahta sepeninggalnya.

-       Latar Belakang

Pyotr lahir di Kiel, Kadipaten Holstein-Gottorp, pada 1728 dengan nama Karl Peter Ulrich. Ayahnya adalah Karl Friedrich, Adipati Holstein-Gottorp. Ibunya adalah Anna Petrovna, putri Kaisar Pyotr I dan Maharani Yekaterina I. Anna meninggal saat Pyotr berusia tiga bulan. Tahun 1739, Karl Friedrich juga meninggal, menjadikan Pyotr diangkat sebagai Adipati Holstein-Gottorp yang baru pada usia sebelas tahun.

Saat adik Anna Petrovna, Yelizaveta, menjadi Maharani Rusia, dia membawa Karl Peter ke Rusia dan dinobatkan sebagai putra mahkota pada musim gugur 1742. Sebelumnya, Karl Peter didaulat sebagai Raja Finlandia pada Perang Russo-Swedia (1741-1743) sedang berlangsung saat pasukan Rusia memasuki wilayah Finlandia. Pada Oktober 1742, Karl Peter juga dinyatakan oleh Parlemen Swedia sebagai pewaris takhta Swedia, tanpa menyadari bahwa Peter sudah dinobatkan sebagai putra mahkota Rusia. Saat utusan Swedia tiba di Sankt-Peterburg pada bulan November, semuanya sudah terlambat. Swedia menarik kembali pernyataan mereka dan Peter sendiri berpindah agama menjadi Ortodoks Rusia dan mengambil nama baru, Pyotr Fyodorovich.

Maharani Yelizaveta kemudian menjodohkan Pyotr dengan Sophie Friederike. Sophie kemudian masuk Ortodoks dan berganti nama menjadi Yekaterina Alekseyevna. Mereka menikah pada 21 Agustus 1745. Pernikahan mereka sendiri bukanlah pernikahan yang bahagia. Pyotr menjalin hubungan asmara dengan Yelizaveta Vorontsova dan Yekaterina sendiri juga menjalin asmara dengan beberapa pria. Mereka dikaruniai dua orang anak, Pavel Petrovich (lahir 1 Oktober 1754) dan Anna Petrovna (lahir 20 Desember 1757). Meski begitu, Yekaterina menyatakan bahwa Pavel bukanlah anaknya dengan Pyotr, tetapi dengan salah satu kekasihnya.

-       Masa Kekuasaan

Maharani Yelizaveta mangkat pada 5 Januari 1762 (K.J. 25 Desember 1761) dan Pyotr naik tahta sebagai Kaisar Rusia yang baru. Sangat berbeda dengan bibinya, Pyotr sangat mendukung kebijakan pro-Prusia. Dia langsung menarik pasukan Rusia dari Perang Tujuh Tahun dan membuat perdamaian dengan Prusia pada 5 Mei (K.J. 24 April) 1762. Setelah menjadikan Prusia sebagai sekutu, pasukan Rusia yang telah ditarik dari Berlin segera dikerahkan untuk menyerang Austria. Friedrich II, Raja Prusia menduduki Silesia pada Oktober 1762 dan memaksa Austria untuk duduk di meja diselesaikan.



Monogram istana

Sebagai Adipati Holstein-Gottorp, Pyotr berencana menyatakan perang dengan Denmark untuk Schleswig sebagai bagian dari wilayah kadipatennya. Dia membuat kesepakatan damai dengan Swedia dan Inggris Raya untuk memastikan agar kedua negara tersebut tidak berdiri di pihak Denmark. Khawatir dengan keberadaan pasukan Rusia di wilayah perbatasan mereka dan kekurangan dana untuk perang, pemerintah Denmark mengancam untuk menduduki Hamburg di Jerman Utara. Pyotr menganggap upaya Denmark sebagai casus belli dan bersiap melakukan peperangan terbuka dengan Denmark.

-       Kebijakan Dalam Negeri

Pada setengah tahun masa kekuasaannya, Pyotr menerbitkan 220 hukum baru yang telah dikembangkannya sejak masih menjadi putra mahkota. Elena Palmer menyatakan bahwa reformasi yang dikembangkan Pyotr bersifat demokratis. Dia juga menyatakan kebebasan beragama, suatu hal yang bahkan belum ada di Eropa Barat. Dia juga berusaha memberantas korupsi di pemerintahan, membentuk pengadilan terbuka, dan membubarkan lembaga rahasia polisi Lebih jauh, Pyotr juga membuka sekolah teknik untuk anak-anak dari kalangan masyarakat menengah dan bawah. Pyotr juga melakukan pembaharuan di angkatan bersenjata Rusia. Di masa Pyotr pulalah pertama kali penjatuhan hukuman bagi tuan tanah yang membunuh budaknya.

-       Penggulingan

Berbagai perubahan yang dilakukan Pyotr menjadikannya tidak populer di kalangan bangsawan Rusia. Kebijakannya untuk menjadikan Prusia sebagai sekutu dipandang sebagai bentuk pengkhianatan terhadap negara. Pembaharuan yang dia lakukan dipandang sebagai bentuk pengucilan Gereja Ortodoks dan para bangsawan. Hal ini membuat para penentangnya merapat ke sisi istrinya, Permaisuri Yekaterina. Hubungan pribadi atara Yekaterina dan Pyotr sendiri terbilang buruk dan sang permaisuri sendiri percaya bahwa dirinya akan diceraikan suaminya.

Pada Juli 1762, Pyotr berlibur bersama beberapa pejabat di Oranienbaum dan meninggalkan Yekaterina di Sankt-Peterburg. Pada malam 8 Juli, Yekaterina mendapat kabar bahwa salah satu konspiratornya ditahan oleh Pyotr. Yekaterina segera meninggalkan istana menuju Resimen Izmaylovski dan meminta para prajurit untuk melindunginya dari suaminya. Yekaterina kemudian bergerak bersama resimen menuju Barak Semenovsky dan pendeta menunggu di sana, bersiaplah untuk menahbiskan Yekaterina sebagai penguasa yang baru. Yekaterina menahan Pyotr dan memaksa suaminya untuk menahan surat kesediaan untuk turun tahta. 17 Juli 1762, delapan hari setelah kudeta, Pyotr ditemukan tewas di Ropsha oleh Alexei Orlov. Para pelaku sejarah tidak menemukan keterlibatan langsung Yekaterina dalam masalah ini. Setelah Kaisar Pyotr III digulingkan, Permaisuri Yekaterina naik tahta sebagai maharani.

-       Watak

Pandangan lama tentang sifat dan watak Pyotr utamanya diambil dari memoar istri dan penerusnya. Yekaterina sendiri menyebutnya sebagai "bodoh", "pemabuk dari Holstein", dan semacamnya. Meski begitu, ada beberapa upaya untuk mengimbangi pendapat-pendapat lama tersebut. Sejarawan Jerman Elena Palmer menyatakan bahwa Pyotr III adalah kaisar yang berbudaya dan berpikiran terbuka yang mencoba mengenalkan berbagai perubahan berani dan bahkan demokratis di Rusia pada abad kedelapan belas.

·         Yekaterina II

Yekaterina yang Agung

Екатерина Великая

 

Velikaya (yang Agung)

Maharani dan Autokrat seluruh Rusia

Permaisuri Kaisar Rusia

Periode 5 Januari 1762 – 9 Juli 1762

Nama Lengkap : Sophie Friederike Auguste von Anhalt-Zerbst-Domburg

Kelahiran : 2 Mei 1729, Stettin, Pomerania, Prusia

Kematian : 17 November 1796 (umur 67), Istana Musim Dingin, Sankt-Peterburg

Pemakaman Katedral Pyotr dan Pavel, Sankt-Peterburg

Wangsa : Askania (lahir)

Ayah Christian : August, Pangeran Anhalt-Zerbst

Ibu : Johanna-Elisabeth dari Holstein-Gottorp

Pasangan : Pyotr III, Kaisar Rusia

Anak : Pavel I, Kaisar Rusia, Anna Petrovna, Aleksei, Yelizaveta

Agama : Ortodoks Rusia,

 

Yekaterina II (bahasa Rusia: Екатерина II, bahasa Inggris: Catherine II; 2 Mei [K.J.: 21 April] 1729 – 17 November [K.J.: 6 November] 1796), juga dikenal dengan Yekaterina yang Agung (bahasa Rusia: Екатерина Великая, Yekaterina Velikaya, bahasa Inggris: Catherine the Great) adalah seorang Maharani (kaisar wanita) Rusia yang memerintah selama 34 tahun, yakni dari tahun 1762 sampai mangkatnya karena stroke pada tahun 1796. Sebelum duduk di takhta, dia adalah seorang permaisuri sebagai istri dari Kaisar Pyotr III .

Masa pemerintahan Yekaterina dikenal sebagai masa keemasan kekaisaran dan bangsawan Rusia. Dia membangun banyak kota dan melanjutkan memodernisasi Rusia sejalan dengan Eropa Barat. Pada masa kekuasaannya pula, wilayah Rusia meluas berkali-kali lipat karena penaklukan dan diplomasi. Kekhanan Krimea berhasil ditaklukan disusul dengan kemenangan Rusia dalam peperangan melawan kekaisaran Utsmaniyah. Di barat, Yekaterina menjadikan Persemakmuran Polandia-Lituania sebagai negara satelit Rusia dan mengangkat kekasihnya, Stanisław August Poniatowski, sebagai raja di negara tersebut. Di timur, Rusia juga menduduki Alaska.

-       Masa Kecil

Yekaterina lahir di Szczecin, Pommern, Kerajaan Prusia dengan nama Sophie Friederike Auguste von Anhalt-Zerbst-Domburg. Ayahnya adalah Christian August, pangeran Jerman dari wangsa Askania yang memerintah Kepangeranan Anhalt-Dornburg dari tahun 1742 sampai 1747. Ibunya adalah Johanna Elisabeth dari wangsa Holstein-Gottorp. Keluarganya adalah bangsawan papa, dan masa kecilnya Sophie harus bergantung pada hubungan dan keluarga jauh dari sang ibu untuk pendidikan serta masa depannya.

-       Pernikahan

Pilihan untuk menjadikan Sophie sebagai istri dari Pyotr merupakan hasil dari hubungan perubahan antara Jean Armand (petualang Prancis yang memiliki pengaruh besar pada politik luar negeri Rusia pada saat itu), Maharani Yelizaveta (bibi Pyotr dan penguasa Rusia), dan Raja Friedrich II (penguasa Prusia ). Sophie dan Pyotr pertama kali bertemu saat berusia sepuluh tahun. Dalam catatannya, dia tidak menyukai Pyotr yang sudah kecanduan alkohol sejak masih muda. Pyotr juga masih memainkan mainan tentara-tantaraan. Sophie kemudian menuliskan bahwa dia tinggal di satu kastil, sementara Pyotr tinggal di kastel yang lain.

Rencana ini sempat gagal karena ibu Sophie, Johanna, ikut campur dalam urusan ini. Dalam catatan sejarah, Johanna digambarkan sebagai wanita yang dingin dan suka bergunjing, juga haus akan perluasan karena peluang putrinya untuk menjadi Permaisuri Rusia. Hal ini membuat Yelizaveta tidak senang dan kemudian melarang Johanna untuk masuk ke Rusia karena dilarang sebagai mata-mata Friedrich II. Meski begitu, Yelizaveta sudah memiliki ketertarikan sendiri dengan Sophie yang datang ke Rusia tahun 1744 atas usahanya yang tidak hanya berusaha mengambil hati sang maharani, tetapi juga orang-orang Rusia. Sophie sendiri berusaha belajar bahasa Rusia dengan penuh semangat.

Meski menjadi ayah Sophie yang seorang Kristen Lutheran yang taat pada anaknya membela agama, Gereja Ortodok Rusia menerima Sophie sebagai anggota baru mereka pada 28 Juni 1744 dan memberinya nama baru, Yekaterina, dan nama patronimik buatan, Alekseyevna, yang berarti putri Aleksey. Pertunangan mereka berdua diadakan keesokan harinya. Pernikahan secara resmi dilangsungkan pada 21 Agustus 1745 di Sankt-Peterburg saat Yekaterina berusia 16 tahun. Ayahnya tidak hadir dalam pernikahannya.

Hubungan Pyotr dan Yekaterina tidak berjalan dengan harmonis. Pyotr memiliki kekasih bernama Elizaveta Vorontsova yang menurut kabar hendak dijadikan istri setelah Yekaterina akan diceraikan. Yekaterina sendiri juga memiliki beberapa kekasih, yaitu Serge Saltykov, Grigory Grigoryevich Orlov (1734–1783), Aleksandr Vasilchikov, Grigory Potemkin, Stanisław August Poniatowski, dan lainnya. Yekaterina juga berteman dekat dengan Putri Yekaterina Vorontsova, saudari Elizaveta Vorontsova, yang kemudian mengenalkan Yekaterina kepada para politikus dan pejabat yang melawan suami.

-       Naik Tahta

Setelah mangkatnya Maharani Yelizaveta pada 5 Januari 1762 (kalender lama: 25 Januari 1761), Pyotr dinobatkan sebagai Kaisar Rusia dengan nama kerajaan Pyotr III dan Yekaterina menjadi Permaisuri Rusia. Mereka kemudian pindah ke Istana Musim Dingin yang baru di Sankt-Peterburg. Kaisar yang baru segera menarik pasukan Rusia dari Perang Tujuh Tahun dan mengatur perjanjian damai dengan Prusia pada 5 Mei 1762, menjadikan Rusia yang semula menjadi musuh Prusia berubah menjadi sekutu. Langkah ini dipandang sebagai pengkhianatan kepada negara yang sudah mengorbankan banyak hal selama perang.

-       Masa Pemerintahan

Dalam masa pemerintahannya, Pyotr juga melakukan berbagai pembaharuan, seperti kebebasan beragama, penghapusan lembaga polisi rahasia, dan pelarangan tuan tanah untuk membunuh hamba sahayanya. Pembaharuan yang dia lakukan dipandang sebagai bentuk pengucilan Gereja Ortodoks dan para bangsawan. Kepribadian dan kebijakannya yang sulit ditebak membuat pihak penentangnya meminta bantuan Yekaterina untuk melancarkan perlawanan. Yekaterina sendiri percaya bahwa Pyotr sendiri akan menceraikannya.

-       Pemberontakan

Pada Juli 1762, Pyotr berlibur bersama beberapa pejabat di Oranienbaum dan meninggalkan Yekaterina di Sankt-Peterburg. Pada malam 8 Juli, Yekaterina mendapat kabar bahwa salah satu konspiratornya ditahan oleh Pyotr. Yekaterina segera meninggalkan istana menuju Resimen Izmaylovski dan meminta para prajurit untuk melindunginya dari suaminya. Yekaterina kemudian bergerak bersama resimen menuju Barak Semenovsky dan pendeta menunggu di sana, bersiaplah untuk menahbiskan Yekaterina sebagai penguasa yang baru. Yekaterina menahan Pyotr dan memaksa suaminya untuk menahan surat kesediaan untuk turun tahta. 17 Juli 1762, delapan hari setelah kudeta, Pyotr ditemukan tewas di Ropsha oleh Aleksei Orlov. Para pelaku sejarah tidak menemukan keterlibatan langsung Yekaterina dalam masalah ini.

Atas dukungan kekasihnya, Gregori Orlov, Yekaterina mengumpulkan pasukan untuk mendukungnya dan menyatakan dirinya sebagai Yekaterina II, penguasa Rusia yang baru, dan menetapkan putra sulungnya, Pavel, sebagai pewaris, meskipun Yekaterina sama sekali bukan keturunan dari penguasa Rusia sebelumnya dari wangsa Romanov. Yekaterina dinobatkan secara resmi sebagai maharani (kaisar wanita) pada pemahkotaannya di Katedral Dormisi, Moskwa. Dia adalah maharani kedua yang naik tahta menggantikan suaminya. Maharani pertama yang melakukannya adalah Yekaterina I.

-       Politik Luar Negeri

Pada masa kekuasaannya, Yekaterina memperluas tapal batas Rusia di selatan dan barat dengan menguasai Novorossiya (Rusia baru), Krimea, Kaukasus Utara, tepi kanan Ukraina, Belarusia, Lituania, dan Kurzeme. Dia menambahkan wilayah seluas 520.000 km persegi ke dalam wilayah Rusia.


 

Monogram istana

-       Ekonomi dan Keuangan

Yekaterina menjadikan Rusia sebagai kekuatan dominan di Eropa tenggara setelah perang pertamanya dengan kekaisaran Utsmaniyah pada tahun 1768-1764. Kemenangan ini membuat Rusia memiliki akses ke Laut Hitam. Rusia juga kemudian menjadi penjaga Kristen Ortodoks di Utsmaniyah. Rusia juga menduduki Kekhanan Krimea pada 1783 setelah negara itu melepaskan diri dari Utsmaniyah sembilan tahun sebelumnya.



Yekaterina yang Agung

Yekaterina juga melancarkan peperangan dengan Persia pada tahun 1796 saat mereka, di bawah kepemimpinan Mohammad Khan Qajar, kembali menduduki Georgia pada tahun 1795. Tujuan utama pemerintah Rusia adalah untuk menggulingkan syah (raja) yang sedang berkuasa dan menggantinya dengan saudara tirinya, Morteza Qoli Khan, yang memiliki pandangan politik pro-Rusia.

Pada tahun 1746, Yekaterina menempatkan mantan kekasihnya, Stanislawa August Poniatowski, ke Inggris. Tahun 1768, Yekaterina secara resmi dinobatkan sebagai pelindung dari Persemakmuran Polandia-Lituania yang mengakibatkan munculnya pemberontakan anti-Rusia. Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan, Yekaterina membentuk Rzeczpospolita yang merupakan sistem pemerintahan yang sepenuhnya dikendalikan oleh kekaisaran Rusia.

-       Seni dan Pendidikan

Yekaterina dikenal akan pelindung seni, sastra, dan pendidikan. Tahun 1764, dia mendirikan Institut Smolny yang merupakan tempat pendidikan untuk putri bangsawan. Yekaterina percaya bahwa pendidikan dapat mengubah hati dan pikiran masyarakat Rusia dan dapat bangkit dari keterbelakangan. Ini berarti pengembangan individu, baik secara moral maupun ilmu, dapat memberi mereka pengetahuan dan keterampilan, dan mendorong rasa tanggung jawab bernegara.

-       Keagamaan

Yekaterina melakukan beberapa pendekatan berbeda dengan Islam pada masa kekuasaannya. Umat Muslim ditekan untuk pindah keyakinan menjadi Ortodoks, baik melalui bantuan keuangan maupun pemberian keringanan untuk bantuan. Meski begitu, Komisi Legislatif tahun 1767 menawarkan beberapa kursi kepada umat Muslim dan Menjanjikan untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak beragama mereka. Masyarakat Ortodoks yang terancam dengan perubahan ini membakar masjid-masjid sebagai bentuk perlawanan. Yekaterina lebih memilih mengasimilasi umat Muslim daripada mengucilkan mereka. Setelah maklumat mengenai toleransi terhadap semua kepercayaan tahun 1773 dikeluarkan, umat muslim diperbolehkan membangun beberapa masjid dan melakukan ibadah haji yang sebelumnya dilarang. Yekaterina juga menyetujui pemberian bantuan untuk pembangunan masjid-masjid dan kota-kota baru untuk kaum Muslim. Dengan ini, sang maharani berharap dapat mendorong masyarakat pengembara di kawasan selatan untuk menetap. Dengan demikian, pemerintah Rusia dapat mengendalikan lebih banyak orang, terlebih bagi mereka yang sebelumnya tidak termasuk dalam yurisdiksi hukum Rusia.

Sedangkan bagi umat Yahudi, pemerintah menganggap mereka sebagai kesatuan yang terpisah, yang memiliki sistem birokrat dan hukum yang terpisah. Yekaterina membebankan umat Yahudi pajak dua kali lebih besar daripada umat Kristen Ortodoks dan pajak tersebut akan dihilangkan jika mereka berpindah keyakinan menjadi Ortodoks. Demi mengasimilasi Yahudi ke dalam ekonomi Rusia, Yekaterina memasukkan hak dan undang-undang mereka ke dalam Piagam Kota 1782. Banyak kaum Ortodks Rusia yang tidak menyukai keterlibatan Yahudi, terutama karena masalah ekonomi, dan Yekaterina tetap menjaga agar umat Yahudi agar tetap jauh dari beberapa bidang ekonomi tertentu. Pada tahun 1785, Yekaterina menyatakan umat Yahudi sebagai warga asing yang diberi perlakuan layaknya warga asing lainnya.

Pada masa kekuasaan Yekaterina, terjadi pengambilalihan lahan gereja. Anggaran biara dan keuskupan diatur oleh pemerintah. Dia menutup 569 dari 954 biara dan hanya 161 yang mendapat tunjangan pemerintah. Saat umat agama lain mendapat kursi di legislatif, pemuka agama Ortodoks tidak mendapat hak serupa. Pendidikan agama juga ditinjau ulang dengan ketat. Yekaterina juga meniadakan semua agama dan pendidikan rohani dari pendidikan umum.[28]

-       Kehidupan Pribadi

Semasa hidupnya, Yekaterina memiliki 22 kekasih dan sering dari mereka diberikan kedudukan tinggi. Dia membawa kekasih yang berusia muda, meski saat Yekaterina sudah berusia senja. perilaku seksualnya ini memicu berbagai rumor dan beberapa menyebut Yekaterina dengan "Messalina dari Newa". Messalina sendiri adalah nama permaisuri Kaisar Romawi yang dikenal memiliki hubungan dengan beberapa lelaki.

-       Anak

§  Pavel (1754 - 1801). Beberapa saat menjelang mangkatnya, Yekaterina berencana untuk mengeluarkan Pavel dari daftar pewaris. Karakter Pavel memunculkan rasa ketidakpercayaan politik Yekaterina terhadap putranya tersebut dan dia semi-menahan Pavel di Gatchina dan Pavlovks, dan tidak mengizinkan Pavel untuk berbagi kekuasaan dengannya. Meski begitu, Pavel kemudian naik takhta sepeninggal ibunya dan dinobatkan sebagai Pavel I.

§  Anna Petrovna (1757 -1759), kemungkinan anak Yekaterina dengan Stanisław Poniatowski.

§  Aleksei Grigorievich Bobrinsky (1762 - 1813), ayahnya adalah Grigory Grigoryevich Orlov.

§  Yelizaveta Grigoryevna Temkina (1775 - 1854)

·         Pavel I

Pavel I

Па́вел I

 

Kaisar Pavel I yang Agung

Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 17 November 1796 – 23 Maret 1801 (4 tahun, 126 hari)

Penobatan : 5 April 1797

Pendahulu : Yekaterina II

Penerus :  Aleksandr I

Adipati Holstein-Gottorp

Berkuasa : 17 Juli 1762 – 1 Juli 1773

Pendahulu : Karl Peter Ulrich

Penerus : Christian VII

Kelahiran : 1 Oktober [K.J.: 20 September] 1754, Sankt-Peterburg

Kematian : 23 Maret 1801 (umur 46), Katel Santo Michael

Pemakaman : Katedral Pyotr dan Pavel

Wangsa : Holstein-Gottorp (jalur ayah), Romanov (resmi)

Nama lengkap : Pavel Petrovich Romanov

Ayah : Pyotr III, Kaisar Rusia

Ibu : Yekaterina II, Maharani Rusia

Pasangan : Natalia Alekseevna & Maria Fyodorovna

Anak : Aleksandr I, Kaisar Rusia, Konstantin Pavlovich, Aleksandra Pavlovna, Elena Pavlovna, Maria Pavlovna, Yekaterina, Permaisuri Raja Württemberg, Olga Pavlovna, Anna, Permaisuri Raja Belanda, Nikolai I, Kaisar Rusia, Mikhail Pavlovich

Agama : Ortodoks Timur

Pavel I (bahasa Rusia: Па́вел I Петро́вич, Pavel Petrovich; bahasa Inggris: Paul I) (lahir 1 Oktober [K.J.: 20 September] 1754 – meninggal 23 Maret [K.J.: 11 Maret] 1801) adalah Kaisar Rusia yang berkuasa dari tahun 1796 hingga 1801. Berbeda dengan pendahulunya, Pavel lebih menyukai melakukan perjanjian damai dan menjaga keseimbangan kekuatan di Eropa, daripada harus memperluas tapal batas negaranya. Dia juga mendukung autokrasi dan sistem pemerintahan monarki saat gerakan kaum pendukung republik mulai bangkit di Eropa. Pavel juga mendukung nilai-nilai kekesatriaan abad pertengahan dan berusaha menerapkannya atas bangsawan Rusia yang dipandang terlalu korup, membuatnya dipandang sebagai gangguan bagi para bangsawan yang menghantarkan pada pembunuhannya pada tahun 1801.

-       Latar Belakang

Pavel Petrovich Romanov lahir pada 1 Oktober (K.J.: 20 September) 1754 di Sankt-Peterburg. Ibunya adalah Yekaterina II, Maharani Rusia yang berkuasa selama tiga puluh empat tahun sebelum masa kekuasaan Pavel. Terjadi perbedaan pendapat mengenai status ayah Pavel. Yekaterina menyatakan bahwa ayah Pavel adalah salah satu kekasihnya, Sergei Saltykov. Meski begitu, watak dan penampilan Pavel sangat menyerupai Kaisar Pyotr III, suami Yekaterina.

Setelah kelahirannya, Maharani Yelizaveta langsung mengambil Pavel dari kedua orangtuanya dan diasuh di bawah pengawasan sang maharani. Orangtuanya hanya dapat melihatnya sesuai jadwal yang telah ditentukan.

-       Keluarga Pavel

Demi melangsungkan garis keturunan, Yekaterina menjodohkan anak dengan Putri Wilhelmina Louisa. Dia adalah putri dari Ludwig IX, Landgraf Hesse-Darmstadt. Mereka menikah pada tahun 1773. Wilhelmina sendiri sebelumnya berganti agama menjadi Ortodoks dan menerima nama baru, Natalya Alekseyevna. Namun Natalya meninggal saat persalinan yang berat pada tahun 1776.

Setelah kematian Natalya, Yekaterina menjodohkan Pavel dengan Sophie Marie Dorothea, putri Friedrich II, Adipati Württemberg atas saran Friedrich II, Raja Prusia. Sesuai hukum, Sophie juga pindah agama menjadi Ortodoks dan menerima nama baru, Maria Fyodorovna. Maria tetap mendampingi Pavel sampai suaminya naik takhta sebagai kaisar kelak.

-       Hubungan Pavel dengan Yekaterina

Hubungan Pavel dan ibunya, Yekaterina tidak begitu dekat dan bahkan bisa dikatakan buruk. Semenjak kelahirannya, Pavel langsung diambil dari ibunya untuk dirawat di bawah pengawasan Maharani Yelizaveta. Setelah Yelizaveta mangkat-pun, hubungan ibu dan anak ini tetap tidak mendapat kemajuan berarti. Pavel sering merasa cemburu dengan perhatian ibunya yang lebih ditujukan kepada kekasihnya dan dia sendiri jauhkan dari permasalahan politik. Saat Maria Fyodorovna melahirkan seorang putra, Pangeran Aleksandr, Yekaterina merasa bahwa dia menemukan calon pewaris tahta yang lebih pantas. Dia mengambil pengasuhan Aleksandr dari kedua orangtuanya, sebagaimana Yelizaveta mengambil pengasuhan Pavel dari orangtuanya dulu.

Dalam urusan kenegaraan pun Pavel dan Yekaterina tidak sepaham. Pavel dengan tegas memprotes ibunya kebijakan dan menulis kritik melalui sebuah tulisannya terkait pembaharuan dalam angkatan bersenjata.[3] Yekaterina menganggap kritik sang putra sebagai ancaman atas kewenangan mutlaknya. Para pejabat yang secara terbuka mendukung atau menunjukkan kedekatan pada Pavel, terlebih setelah Pavel menyampaikan kritik tersebut, dianggap sebagai tindakan bunuh diri.

Semakin tua, Yekaterina justru semakin tidak memedulikan pentingnya kehadiran Pavel di dewan dan lebih memusatkan perhatian pada Aleksandr. Tahun 1787, Yekaterina mungkin berusaha mengeluarkan Pavel dari daftar pewaris tahta. Dia bertemu secara rahasia dengan guru Aleksandr, Frédéric-César, tentang kemungkinan muridnya naik tahta. Sang Maharani juga berusaha membujuk ibu Aleksandr, Maria, untuk mendukung keinginannya. Namun semua usaha itu tidak membuahkan hasil. Meskipun setuju dengan nasihat sang nenek, Aleksandr sendiri menghormati kedudukan ayahnya sebagai pewaris selanjutnya.

-       Kenaikan Tahta

Maharani Yekaterina mangkat pada 17 November 1796 karena pukulan, mengakhiri 34 tahun masa kekuatannya. Tidak sesuai dengan wasiat Yekaterina, Pavel naik tahta sebagai Kaisar Rusia yang baru. Kebijakan pertama yang dikeluarkannya adalah menghancurkan ibunya yang meminta agar penyerahan diserahkan kepada Aleksandr. Masalah ini yang mungkin mendorong Pavel merumuskan hukum pewarisan pewarisan Rusia pada tahun 1797, yang mensyaratkan bahwa pewarisan harus dilakukan kepada putra dari kaisar atau maharani yang memerintah. Hukum yang membentuk Pavel menghapus hukum pewarisan yang membentuk Kaisar Pyotr I yang menyetujui kaisar atau maharani untuk memilih pewarisnya.



Monogram istana

Pasukan yang ditugaskan untuk menyerang Persia juga dipanggil ke ibu kota setelah sebulan meninggalnya Pavel. Mendiang ayahnya, Kaisar Pyotr III, dimakamkan ulang dengan megah dan dikebumikan di Katedral Pyotr dan Pavel. Aleksey Orlov yang terlibat dalam pembunuhan Pyotr 35 tahun disuruh membawa mahkota kekaisaran di belakang peti mati sepanjang perjalanan.

-       Masa Kekuasaan

Pada tahun pertama masa kekuasaannya, Pavel membatalkan beberapa kebijakan ibunya yang dinilai kejam. Dia memanggil kembali tokoh-tokoh yang dibuang di pengasingan atau di penjara. Pavel memandang bahwa bangsawan Rusia sudah terlalu korup, sehingga dia berusaha membuat mereka menjadi kelompok yang disiplin, setia, dan berprinsip sesuai dengan nilai-nilai kekesatriaan Abad Pertengahan. Pihak-pihak yang sejalan dengannya akan memberikan lebih banyak budak selama lima tahun masa pemerintahannya dibandingkan dengan memberikan Yekaterina kepada para kekasihnya selama tiga puluh empat tahun masa kekuasaan Yekaterina.

Pavel juga mengenalkan beberapa pembaharuan yang cenderung tidak populer di angkatan bersenjata. Pada masa kekuasaan Yekaterina, Grigori Potemkin memperkenalkan lambang yang murah, nyaman, praktis, dan didesain sesuai gaya Rusia. Pavel memutuskan untuk memenuhi keinginan Pyotr III untuk memperkenalkan konvensi Prusia. Seragam ini dipandang tidak praktis dan membutuhkan usaha untuk menyesuaikan diri dengannya. Kesukaannya akan berparade dan upacara juga tidak begitu disukai bawahannya. Dia memerintahkan pengadaan parade setiap pagi di lapangan latihan istana, tanpa memedulikan cuaca. Dia akan mencambuk pasukan yang melakukan kesalahan. Pernah suatu ketika pasukan penjaga melakukan kesalahan saat bermanuver dan Pavel memerintahkan mereka untuk pergi ke Siberia, meski kemudian Pavel mengurungkan niatnya setelah mereka berjalan sejauh 16 km.

Kaisar Pavel juga memerintahkan makam Grigori Potemkin, salah satu kekasih ibunya, untuk dibongkar.

-       Urusan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri awal Pavel dipandang sebagai perlawanan dari kebijakan Yekaterina. Dia tidak menyepakati perang-perang yang ditujukan untuk memperluas wilayah negara dan berusaha lebih memilih jalan damai dan diplomasi. Pavel memerintahkan penarikan kembali semua pasukan yang berada di luar tapal batas Rusia, seperti pasukan yang dikirim untuk menaklukan Persia melalui Kaukasus dan 60.000 orang yang Yekaterina janjikan kepada Inggris Raya dan Austria untuk membantu mereka melawan Prancis. Pavel sendiri sebenarnya tidak menyukai Prancis, apalagi setelah revolusi dan menyebarkan pandangan anti-agama di sana. Meski perluasan wilayah yang dilakukan Prancis akan merugikan kepentingan Rusia, dia tetap menarik kembali pasukannya karena tidak menyukai perang untuk memperluas wilayah. Pavel percaya bahwa saat Rusia lebih membutuhkan pemerintahan yang baik dan pembaharuan angkatan bersenjata untuk menghindari ambruknya ekonomi dan revolusi, sebelum akhirnya Rusia dapat memainkannya di negara asing.

Pavel menawarkan untuk menengahi Austria dan Prancis melalui Prusia dan mendorong Austria untuk berdamai, tetapi kedua negara tersebut mengadakan perjanjian damai, Perjanjian Campoformio, pada Oktober 1797 tanpa pendampingannya. Perjanjian ini mengesahkan Prancis untuk mengendalikan kepulauan di Laut Tengah dan membagi Republik Venesia. Hal ini membuat Pavel tidak senang karena memandang kesepakatan ini justru menciptakan gonjang-ganjing di kawasan tersebut, juga menyuratkan ambisi Prancis untuk menguasai wilayah Laut Tengah. Sebagai tanggapan, Pavel memberikan suaka kepada Raja Louis XVIII.

-       Perang Melawan Prancis

Pada masa itu, Republik Prancis sudah menguasai Italia, Belanda, dan Swiss. Dengan semakin menguatnya Prancis, Pavel mulai merasa bahwa Rusia harus berperan aktif menumbangkan republik dan mengembalikan pemerintahan monarki lama. Rusia mulai membentuk persekutuan dengan Austria, kemudian Inggris Raya dan Utsmaniyah juga bergabung dengan mereka. Kekuatan besar Eropa yang tidak bergabung dalam aliansi anti-Prancis Pavel hanyalah Prusia yang tidak percaya dengan Austria. Keamanan yang mereka dapatkan karena pertempuran dengan Prancis juga mencegah Prusia bergabung dengan aliansi tersebut. Pavel menjanjikan bantuan sebanyak 60.000 pasukan untuk membantu Austria dan Italia dan 45.000 orang untuk membantu Inggris Raya di Jerman Utara dan Belanda.

Meskipun begitu, persekutuan yang terbentuk tidak berjalan mulus. Selain menderita kekalahan besar melawan Prancis, terdapat perbedaan tujuan dari masing-masing pihak. Pihak Rusia ingin memerdekakan Italia dan mengembalikan kembali pemerintahan monarki, sedangkan pihak Austria ingin menjadikan Italia sebagai bagian wilayah mereka. Ketidakkompakan ini membuat mereka menderita kekalahan besar di Swiss, dan berujung pada saling menyalahkan. Pada akhirnya, aliansi Austria dan Rusia resmi dibatalkan pada Oktober 1799.

-       Hubungan Rusia dengan Inggris Raya

Meski persekutuan dengan Austria telah putus, Pavel masih bekerja sama dengan Inggris Raya dan bersama menyerang Prancis. Tidak seperti Austria, baik Inggris Raya maupun Rusia tampak tidak memiliki keinginan terselubung untuk memperluas wilayah. Pihak kedua hanya bersepakat untuk menjatuhkan Prancis.[20] Penyerangan Anglo-Rusia di Holandia berjalan baik, dengan kemenangan Inggris Raya pada pertempuran Callantsoog (Agustus 1799). Namun saat pasukan Rusia tiba pada bulan September, tim menghadapi cuaca buruk dan perlawanan keras yang tak terduga dari pihak Prancis, dan membuat mereka menguap begitu saja. Suasana cuaca semakin memburuk dan pihak sekutu semakin menderita kekalahan yang mendorong mereka untuk gencatan senjata pada Oktober 1799. Pada akhirnya aliansi Rusia dengan Inggris Raya juga putus, meski penyebabnya tidak begitu jelas sebagaimana dengan Austria sebelumnya, tetapi beberapa kejadian yang terjadi menunjukkan kemungkinan kemungkinan cedera. Bonaparte membebaskan 70.000 tawanan Rusia, tetapi Inggris Raya menolak untuk membayar tebusannya. Hubungan Pavel semakin dekat dengan negara-negara Skandinavia yang berimbas pada mengalahkannya pihak Inggris Raya. Inggris Raya menarik dutanya di Sankt-Peterburg pada 1800 dan tidak menunjuk pengganti. Inggris Raya sendiri yang membutuhkan sekutunya, pada akhirnya memilih Austria yang jelas akan melawan Prancis sampai akhir.

-       Pembunuhan

Kebijakan Pavel yang berusaha menekan para bangsawan untuk mengambil nilai-nilai kekesatriaan membuatnya tidak disukai para bangsawan. Selain itu, banyak kebijakan Pavel lain yang dipandang sebagai gangguan besar bagi para bangsawan, membuat mereka merencanakan makar untuk menggulingkan Pavel.

Para pemakar masuk ke kamarnya pada malam 23 Maret (K.J.: 11 Maret) 1801 dan memaksanya untuk turun tahta. Sang Kaisar memberikan perlawanan yang menyebabkan dirinya ditusuk pedang, lalu dicekik dan diinjak-injak sampai mati. Salah satu orang yang bersekongkol dalam pembunuhan Pavel adalah Nikita Petrovich Panin, keponakan dari Nikita Ivanovich Panin, guru dari Pavel. Sepeninggalnya, putra tertua Pavel, Aleksandr, dinobatkan sebagai kaisar yang baru. Para pemakar itu tidak dikutuk oleh Kaisar Aleksandr dan tabib istana menyatakan apopleksi sebagai penyebab resmi kematian Pavel.

-       Galeri

 

Keluarga Pavel, oleh Gerhard von Kügelgen

  

Pavel Petrovich semasa kanak-kanak (1761), oleh Fyodor Rokotov

 

Ruangan di Istana Gatchina tempat Pavel menghabiskan masa mudanya

 

 

Lambang negara di bawah kepemimpinan Kaisar Pavel, 1799

·         Aleksandr I

Alexander I

Александр I

 

Kaisar Aleksandr I

Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 23 Maret 1801 – 1 Desember 1825 (24 tahun, 253 hari)

Penobatan : 15 September 1801

Pendahulu : Pavel I

Penerus :  Nikolai I

Pemakaman : Katedral Pyotr dan Pavel

Wangsa : Holstein-Gottorp (jalur ayah), Romanov (resmi)

Ayah : Pavel I, Kaisar Rusia

Ibu : Maria Fyodorovna, Permaisuri Rusia

Pasangan : Yelizaveta Alekseyevna

Agama : Ortodoks Rusia

Aleksandr I (bahasa Rusia: Александр I) (23 Desember 1777 – 1 Desember 1825) adalah Kaisar Rusia yang berkuasa pada 23 Maret 1801 sampai 1 Desember 1825. Dia juga orang Rusia pertama yang menjadi Raja Polandia dan berkuasa pada 1815–1825.



Dalam urusan dalam negeri, Aleksadr juga melakukan berbagai pembaharuan sosial dan dalam pendidikan, dengan sistem pendidikan yang lebih berorientasi agama. Dalam masalah luar negeri, Aleksandr menguasai Rusia pada masa Peperangan Napoleon berkobar. Hubungannya sendiri dengan Prancis sendiri berubah-ubah, dari netral, musuh, hingga sekutu. Dia juga membentuk Aliansi Suci guna menekan gerakan revolusi yang mengancam kedudukan kepala monarki Kristen yang sah.


-       Latar Belakang

Aleksandr lahir pada masa kekuatan neneknya, Maharani Yekaterina II. Ayahnya adalah Pavel, putra Yekaterina. Ibunya adalah Sophie Marie Dorothea, putri Adipati Württemberg, yang kemudian berganti nama menjadi Maria Fyodorovna setelah masuk agama Ortodoks Rusia.



Dia dan adiknya, Konstantin, dibesarkan dalam asuhan nenek mereka dan beberapa sumber menyatakan bahwa Aleksandr hendak dijadikan pewaris Yekaterina sepeninggalnya, dengan mengeluarkan Pavel dari daftar pewaris tahta.

Pada usia lima belas tahun, Aleksandr menikah dengan Louise Maria yang masih berusia empat belas tahun. Louise berganti nama menjadi Yelizaveta Alekseyevna setelah menganut agama Ortodoks.

Maharani Yekaterina II mangkat pada November 1796 sebelum sempat menyatakan Aleksandr sebagai pewarisnya. Pavel Naik menggantikan ibunya dan memerintah hanya dalam waktu kurang dari lima tahun karena pembunuhan oleh para bangsawan yang merasa terancam dengan berbagai kebijakan yang ditetapkannya. Aleksandr yang juga berada di istana saat pembunuhan ayahnya terjadi kemudian dinobatkan sebagai Kaisar Rusia yang baru oleh salah satu pembunuh ayahnya. Sejarawan berdebat mengenai peran Aleksandr dalam kematian ayahnya. Pendapat paling umum menyatakan bahwa Aleksandr membiarkan para pemakar itu masuk ke kamar Pavel tetapi dengan syarat agar tidak membunuh pada awalnya. Terlepas dari kebenarannya, Aleksandr naik kematian melalui kejahatan yang harus dibayar dengan nyawa ayahnya yang membuatnya terbebani dengan rasa berdosa dan bersalah.

-       Masa Kekuasaan

Penobatan Aleksandr dan Yelizaveta sebagai Kaisar dan Permaisuri Rusia secara resmi dilangsungkan di Kremlin pada 15 September 1801. Sang Kaisar muda bertekad untuk memperbaharui sistem pemerintahan terpusat Rusia yang tidak efisien. Aleksandr membentuk Dewan Penasihat yang terdiri dari kawan-kawannya yang bertujuan untuk mengubah Rusia menjadi monarki konstitusional.

-       Kebijakan Dalam Negeri

Aleksandr juga berusaha menyelesaikan satu masalah penting, yakni mengenai status para petani budak. Secara hati-hati, dia memperpanjang hak untuk memiliki tanah kepada hampir semua kelas masyarakat. Pada 1803, muncullah kelas sosial baru, petani bebas, yakni petani budak yang dibebaskan oleh tuan mereka. Meski begitu, masih banyak juga petani budak yang statusnya tidak berubah. Pada masa kekuasaan Aleksandr, ada sekitar 0,5% petani budak yang dibebaskan.

Ketika masa kekuasaan Aleksandr dimulai, Rusia memiliki tiga universitas, yakni di Moskwa, Vilnius, dan Dorpat. Aleksandr kemudian mendirikan tiga universitas lain di Sankt-Peterburg, Kharkov, dan Kazan. Lembaga literasi dan keilmuan dibentuk, dan keilmuan dan seni disokong oleh Kaisar dan bangsawan kaya. Aleksandr kemudian mengusir para pelajar asing.

-       Kebijakan Luar Negeri

Setelah menjadi kaisar, Aleksandr mengamankan kebijakan Pavel, membubarkan Liga Blok-Netral Bersenjata dan melakukan perjanjian damai dengan Inggris Raya pada April 1801. Pada saat yang sama, dia juga membuka pembayaran dengan Franz, Kaisar Romawi Suci. Segera dia juga menjalin hubungan dekat dengan Kerajaan Prusia atas dasar rasa kekesatriaan dan pertemanan dengan Raja Friedrich Wilhelm III dan istrinya, Permaisuri Luise Auguste.

-       Rusia dan Prancis

Di sisi lain, Napoleon Bonaparte tidak menyerah untuk memisahkan Aleksandr dari persekutuannya dengan Prusia, Inggris Raya, dan negara lain, dan berargumen bahwa mereka adalah "sekutu geografis"[10] dan tidak ada konflik kepentingan di antara mereka. Meski begitu, Aleksandr sendiri lebih memilih kembali bersekutu dengan Prusia. Meski tetap ingin menjalin persekutuan dengan Rusia, Prancis menghasut Polandia, Utsmaniyah, dan Iran untuk memecah kekeraskepalaan Aleksandr. Saudara Kaisar sendiri, Pangeran Konstantin, mendesak untuk mengadakan perdamaian, tetapi Kaisar Aleksandr tidak menginginkan aliansi dan menarik Rusia ke dalam perang suci melawan Napoleon yang dipandang sebagai musuh agama Ortodoks. Hasil dari tindakan ini adalah pertempuran Friedland pada 13/14 Juni 1807 yang berujung pada kemenangan telak Prancis.

Aleksandr I menyetujui konstitusi Finlandia dan menjadikan wilayah Keharyapatihan otonom

Dua kaisar bertemu di Tilsit pada 25 Juni 1807. Napoleon menjanjikan untuk membagi kekaisaran dunia kepada Aleksandr. Sebagai langkah awal, Napoleon merebut kepemilikan Kepangeranan-kepangeranan Donau dan memberikan kebebasan kepada Aleksandr untuk mengurus Finlandia. Lebih lanjut, Napoleon juga merencanakan untuk mengusir Utsmaniyah dari daratan Eropa dan bersama-sama menjemur Asia untuk menaklukan India. Rencana dan persenjataan Napoleon dibuat dalam benak Aleksandr dan membuatnya seolah-olah melupakan kepentingan Eropa sama sekali.

Meskipun demikian, rancangan brilian Napoleon tidak membutakan Aleksandr atas kewajiban pertemanannya. Dia menolak untuk menguasai Kepangeranan Donau karena akan membuat Prusia jauh lebih tertekan. Prancis menetap di Prusia dan Rusia menetap di Donau, dan kedua belah pihak saling menggugat. Meski begitu, hubungan pribadi antara Napoleon dan Aleksandr cukup baik. Pertemuan pada Oktober 1808 di Erfurt menghasilkan persekutuan antara dua negara. Meski mendukung Napoleon pada perang tahun 1809, Aleksandr dengan tegas tidak mengizinkan larangan untuk menghancurkan kehancuran Austria.

Namun keadaan memanas pada tahun 1811 dan Aleksandr mendapat tekanan dari para bangsawan Rusia untuk membubarkan persekutuan dengan Prancis. Keadaan ini mendorong Napoleon untuk mengancam Aleksandr secara serius jika dia berani membentuk persekutuan dengan Inggris Raya.

Bila Aleksandr mencurigai niatan Napoleon, begitu pula sebaliknya. Untuk menolak ketulusannya, Napoleon yang telah menduda meminta untuk dinikahkan dengan adik Aleksandr, Anna Pavlovna. Namun Aleksandr menolak permintaan tersebut dengan alasan usia Anna yang masih terlalu muda, juga menentang Ibu Suri Maria Fyodorovna atas rencana tersebut. Sebagai gantinya, Napoleon kemudian menikahi Marie Louise, putri Franz, Kaisar Austria. Pernikahan ini menjadi jalan persekutuan antara Prancis dan Austria dan itu membuat hubungan antara Napoleon dan Aleksandr merenggang. Pendudukan Kadipaten Oldenburg (yang dipimpin oleh paman Aleksandr, Peter) oleh Prancis pada Desember 1810 memperparah hubungan antara Aleksandr dan Napoleon. Aleksandr sendiri tetap berusaha membawa Rusia senetral mungkin saat perang antara Prancis dan Inggris Raya berlangsung. Rusia sendiri tetap melanjutkan perdagangan dengan Inggris Raya secara rahasia dan tidak melakukan blokade sebagaimana tuntutan Sistem Kontinental. Pada tahun 1810, Aleksandr menarik Rusia dari Sistem Kontinental, membuat perdagangan antara Rusia dan Inggris Raya tumbuh.



Hubungan Prancis dan Rusia semakin memburuk setelah tahun 1810. Pada tahun 1811, jelas bahwa Napoleon tidak menjalankan Perjanjian Tilsit yang berisikan untuk membantu Rusia dalam perang melawan kekaisaran Utsmaniyah. Ketika perang mulai berlangsung, Prancis tidak memberikan dukungan apapun terhadap Rusia. Pada April 1812, Rusia dan Swedia membuat perjanjian pertahanan bersama. Sebulan kemudian, Aleksandr mengamankan perbatasan selatan melalui Perjanjian Bukares yang secara resmi mengakhiri perang antara Rusia dan Utsmaniyah.

Aleksandr I menyetujui konstitusi Finlandia dan menjadikannya wilayah Keharyapatihan otonom

·         Nikholai I

Nikolai I

 Николай I Павлович,

 

Kaisar Nikolai I

Kaisar dan Autokrat seluruh Rusia

Berkuasa : 1 Desember 1825 – 2 Maret 1855

Penobatan : 3 September 1826

Pendahulu : Alexander I

Penerus :  Alexander II

Kelahiran : 6 Juli 1796, Gatchina, Kekaisaran Rusia

Kematian : 2 Maret 1855 (umur 58), Saint Petersburg, Kekaisaran Rusia

Pemakaman : Katedral Peter dan Paul

Wangsa : Holstein-Gottorp-Romanov

Nicholas I [pron 1] (6 Juli [O.S. 25 Juni] 1796 – 2 Maret [O.S. 18 Februari] 1855) adalah Kaisar Rusia, Raja Kongres Polandia dan Adipati Agung Finlandia. Dia adalah putra ketiga dari Paul I dan adik laki-laki dari pendahulunya, Alexander I. Nicholas mewarisi tahta saudara laki-lakinya meskipun pemberontakan Desembris gagal melawannya. Dia dikenang terutama dalam sejarah sebagai seorang reaksioner yang pemerintahan kontroversialnya ditandai dengan ekspansi geografis, pertumbuhan ekonomi, dan industrialisasi besar-besaran di satu sisi, dan sentralisasi kebijakan administratif dan represi perbedaan pendapat di sisi lain. Nicholas memiliki pernikahan yang bahagia yang menghasilkan keluarga besar; ketujuh anak mereka semuanya selamat dari masa kanak-kanak.

Penulis biografi Nicholas Nicholas V. Riasanovsky mengatakan bahwa dia menunjukkan tekad, tujuan tunggal, dan kemauan yang kuat, bersama dengan rasa tanggung jawab yang kuat dan dedikasi untuk kerja keras. Dia melihat dirinya sebagai seorang prajurit — seorang perwira junior yang benar-benar termakan oleh ludah dan polesan. Seorang pria tampan, dia sangat gugup dan agresif. Dilatih sebagai seorang insinyur, dia sangat teliti terhadap detail kecil. Dalam persona publiknya, kata Riasanovsky, "Nicholas I datang untuk mewakili otokrasi yang dipersonifikasikan: sangat agung, teguh dan kuat, sekeras batu, dan tak kenal lelah seperti takdir."

Nicholas I berperan penting dalam membantu menciptakan negara Yunani merdeka, dan melanjutkan penaklukan Rusia atas Kaukasus dengan merebut Provinsi Iğdır dan sisa Armenia dan Azerbaijan modern dari Qajar Persia selama Perang Rusia-Persia tahun 1826–1828. Dia mengakhiri Perang Rusia-Turki (1828–29) dengan sukses juga. Namun kemudian, dia memimpin Rusia ke dalam Perang Krimea (1853–1856), dengan hasil yang menghancurkan. Sejarawan menekankan bahwa manajemen mikro pasukannya menghalangi para jenderalnya, begitu pula strateginya yang salah arah. William C. Fuller mencatat bahwa para sejarawan sering menyimpulkan bahwa "pemerintahan Nikolay I merupakan kegagalan besar baik dalam kebijakan dalam negeri maupun luar negeri." Menjelang kematiannya, Kekaisaran Rusia mencapai puncak geografisnya, membentang lebih dari 20 juta kilometer persegi (7,7 juta mil persegi), tetapi sangat membutuhkan reformasi.

-       Kehidupan awal dan jalan menuju kekuasaan

Nicholas lahir di Istana Gatchina di Gatchina, anak kesembilan Adipati Agung Paul, pewaris takhta Rusia, dan Adipati Agung Maria Feodorovna dari Rusia (née Sophie Dorothea dari Württemberg). Dia memiliki enam kakak perempuan dan dua kakak laki-laki, yaitu calon Kaisar Alexander I dari Rusia dan Adipati Agung Constantine Pavlovich dari Rusia.

Portrait of Grand Duke Nicholas Pavlovich (c. 1808), by anonymous painter after Johann Friedrich August Tischbein, located in the Russian Museum, Saint Petersburg

Lima bulan setelah kelahiran Nicholas, neneknya, Catherine yang Agung, meninggal dan orang tuanya menjadi Kaisar dan Permaisuri Rusia. Pada tahun 1800, pada usia empat tahun, Nicholas dinobatkan sebagai Grand Prior of Russia dan berhak memakai salib Malta. Nicholas tumbuh menjadi pemuda yang baik. Riasanovsky berkata tentang dia bahwa dia adalah "pria paling tampan di Eropa, tetapi juga seorang pemikat yang menikmati kebersamaan dengan wanita dan sering kali berada dalam kondisi terbaiknya dengan para pria."



Pada 13 Juli 1817, Nicholas menikah dengan Putri Charlotte dari Prusia (1798–1860), yang mengambil nama Alexandra Feodorovna ketika dia masuk Ortodoksi. Orang tua Charlotte adalah Frederick William III dari Prusia dan Louise dari Mecklenburg-Strelitz. Nicholas dan Charlotte adalah sepupu ketiga, karena mereka berdua adalah cicit dari Frederick William I dari Prusia.

Dengan dua kakak laki-laki, pada awalnya tampaknya tidak mungkin Nicholas akan menjadi Tsar. Lambat laun, karena Aleksander dan Konstantin sama-sama gagal menghasilkan anak laki-laki yang sah, Nikolaus pertama kali diperhatikan karena kemungkinan besar akan memerintah suatu hari nanti, atau setidaknya anak-anaknya mungkin berhasil. Pada tahun 1825, ketika Alexander I meninggal mendadak karena tifus, Nicholas terjebak antara bersumpah setia kepada Constantine dan menerima tahta untuk dirinya sendiri. Interregnum berlangsung sampai Konstantinus, yang saat itu berada di Warsawa, membenarkan penolakannya. Selain itu, pada tanggal 25 (13 Gaya Lama) Desember, Nicholas mengeluarkan manifesto yang menyatakan naik takhta. Manifesto itu secara surut bernama 1 Desember (Gaya Lama 19 November), tanggal kematian Alexander I, sebagai awal pemerintahannya. Selama kebingungan ini, sebuah rencana dibuat oleh beberapa anggota militer untuk menggulingkan Nicholas dan merebut kekuasaan. Hal ini menyebabkan Pemberontakan Desembris pada tanggal 26 (14 Gaya Lama) Desember 1825, sebuah pemberontakan yang berhasil ditumpas oleh Nicholas dengan cepat.

-       Kaisar dan prinsip

Nicholas sama sekali tidak memiliki keluasan spiritual dan intelektual saudaranya; dia melihat perannya hanya sebagai seorang otokrat paternal yang memerintah rakyatnya dengan cara apa pun yang diperlukan.

-       Pemerintahan awal

Nicholas I memulai pemerintahannya pada tanggal 14 Desember 1825 (gaya lama), yang jatuh pada hari Senin; Takhayul Rusia menyatakan bahwa hari Senin adalah hari sial. Hari senin ini terasa sangat dingin, dengan suhu −8 derajat Celcius. Ini dianggap oleh orang Rusia sebagai pertanda buruk untuk pemerintahan yang akan datang. Aksesi Nicholas I dirusak oleh demonstrasi 3000 perwira muda Angkatan Darat Kekaisaran dan warga negara liberal lainnya. Demonstrasi ini merupakan upaya untuk memaksa pemerintah menerima konstitusi dan bentuk pemerintahan perwakilan. Nicholas memerintahkan tentara keluar untuk menghancurkan demonstrasi. "Pemberontakan" dengan cepat dipadamkan dan dikenal sebagai Pemberontakan Desembris. Setelah mengalami trauma Pemberontakan Desembris pada hari pertama pemerintahannya, Nicholas I bertekad untuk mengekang masyarakat Rusia. Bagian Ketiga Kanselir Kekaisaran menjalankan jaringan besar mata-mata dan informan dengan bantuan Gendarmes. Pemerintah melakukan sensor dan bentuk kontrol lainnya atas pendidikan, penerbitan, dan semua manifestasi kehidupan publik. Dia menunjuk Alexander Benckendorff untuk memimpin Kanselir ini. Benckendorff mempekerjakan 300 polisi dan 16 staf di kantornya. Dia mulai mengumpulkan informan dan mencegat surat dengan kecepatan tinggi. Segera, karena Benckendorff, pepatah bahwa tidak mungkin bersin di rumah seseorang sebelum dilaporkan kepada kaisar, menjadi kredo Benckendorff.

-       Kebijakan local

Tsar Nicholas menghapus beberapa bidang otonomi lokal. Otonomi Bessarabia dihapus pada tahun 1828, Polandia pada tahun 1830 dan Qahal Yahudi dihapuskan pada tahun 1843. Sebagai pengecualian dari tren ini, Finlandia dapat mempertahankan otonominya sebagian karena partisipasi setia tentara Finlandia dalam menumpas Pemberontakan November di Polandia.

 

Rel kereta api pertama Rusia dibuka pada tahun 1837, jalur sepanjang 26 km (16 mil) antara St. Petersburg dan kediaman pinggiran kota Tsarskoye Selo. Yang kedua adalah Kereta Api Saint Petersburg – Moskow, dibangun pada tahun 1842–51. Namun demikian, pada tahun 1855 hanya ada 920 km (570 mil) rel kereta api Rusia.

Nicholas I "Family Ruble" (1836) menggambarkan Tsar di depan dan keluarganya di belakang: Tsarina Alexandra Feodorovna (tengah) dikelilingi oleh Alexander II sebagai Tsarevich, Maria, Olga, Nicholas, Michael, Konstantin, dan Alexandra

Pada tahun 1833, Kementerian Pendidikan Nasional, Sergey Uvarov, menyusun program "Ortodoksi, Otokrasi, dan Kebangsaan" sebagai prinsip panduan rezim. Itu adalah kebijakan reaksioner berdasarkan ortodoksi dalam agama, otokrasi dalam pemerintahan, dan peran pendiri negara atas kewarganegaraan Rusia dan hak warga negara yang sama untuk semua orang yang mendiami Rusia, dengan pengecualian orang Yahudi. Orang-orang harus menunjukkan kesetiaan kepada otoritas tsar yang tidak terbatas, pada tradisi Gereja Ortodoks Rusia, dan pada bahasa Rusia. Prinsip-prinsip romantis dan konservatif yang digariskan oleh Uvarov ini juga dianut oleh Vasily Zhukovsky, salah satu tutor Grand Duke Alexander. Hasil dari prinsip-prinsip Slavophile ini, secara umum, mengarah pada peningkatan represi terhadap semua kelas, sensor yang berlebihan, dan pengawasan terhadap intelektual berpikiran independen seperti Pushkin dan Lermontov dan penganiayaan terhadap bahasa non-Rusia dan agama non-Ortodoks. Taras Shevchenko, yang kemudian dikenal sebagai penyair nasional Ukraina, diasingkan ke Siberia atas perintah langsung dari Tsar Nicholas setelah membuat puisi yang mengejek Tsar, istrinya, dan kebijakan dalam negerinya. Atas perintah Tsar, Shevchenko diawasi ketat dan dilarang menulis atau melukis.

Sejak tahun 1839, Tsar Nicholas juga menggunakan mantan pendeta Katolik Bizantium bernama Joseph Semashko sebagai agennya untuk memaksakan Ortodoksi kepada umat Katolik Ritus Timur di Ukraina, Belarus, dan Lituania. Hal ini menyebabkan Tsar Nicholas dikutuk oleh penerus Paus Roma, Marquis de Custine, Charles Dickens, dan banyak pemerintah Barat. Lihat juga Kantonis.

Nicholas tidak menyukai perbudakan dan bermain-main dengan gagasan untuk menghapusnya di Rusia, tetapi menolak melakukannya karena alasan negara. Dia takut pada aristokrasi dan percaya mereka akan berbalik melawannya jika dia menghapus perbudakan. Namun, dia melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan jumlah Budak Mahkota (budak milik pemerintah) dengan bantuan menterinya Pavel Kiselyov. Selama sebagian besar masa pemerintahannya, dia mencoba untuk meningkatkan kendalinya atas pemilik tanah dan kelompok berpengaruh lainnya di Rusia. Pada tahun 1831, Nicholas membatasi suara di Majelis Mulia kepada mereka yang memiliki lebih dari 100 budak, menyisakan 21.916 pemilih. Pada tahun 1841, bangsawan yang tidak memiliki tanah dilarang menjual budak yang terpisah dari tanahnya. Sejak tahun 1845, pencapaian peringkat tertinggi ke-5 (dari 14) dalam Tabel Pangkat harus dimuliakan, sebelumnya peringkat ke-8.

-       Raja Polandia

Nicholas dimahkotai sebagai Raja Polandia di Warsawa pada tanggal 12 (24) Mei 1829, sesuai dengan Konstitusi Polandia, sebuah dokumen yang tidak akan dia hormati setelahnya. Dia adalah satu-satunya raja Rusia yang pernah dinobatkan sebagai Raja Polandia meskipun bukan satu-satunya yang dianugerahi gelar tersebut.

-       Budaya

Penekanan resmi pada nasionalisme Rusia memicu perdebatan tentang tempat Rusia di dunia, arti sejarah Rusia, dan masa depan Rusia. lebih banyak lagi Eropanisasi. Kelompok lain, Slavophiles, dengan antusias menyukai orang Slavia dan budaya serta adat istiadat mereka, dan tidak menyukai orang Barat serta budaya dan adat istiadat mereka.



Nicholas I dengan Alexander II di studio Bogdan Willewalde di Saint Petersburg pada tahun 1854, cat minyak di atas kanvas, Museum Negara Rusia

Slavophiles memandang filsafat Slavia sebagai sumber keutuhan di Rusia dan skeptis terhadap rasionalisme dan materialisme Barat. Beberapa dari mereka percaya bahwa komune petani Rusia, atau Mir, menawarkan alternatif yang menarik bagi kapitalisme Barat dan dapat menjadikan Rusia sebagai penyelamat sosial dan moral yang potensial, sehingga mewakili suatu bentuk mesianisme Rusia. Namun kementrian pendidikan mempunyai kebijakan menutup fakultas filsafat karena kemungkinan dampak yang merugikan.

Setelah pemberontakan Desembris, tsar bergerak untuk melindungi status quo dengan memusatkan sistem pendidikan. Dia ingin menetralkan ancaman ide-ide asing dan apa yang dia ejek sebagai "pengetahuan semu". Namun, menteri pendidikannya, Sergei Uvarov, diam-diam mempromosikan kebebasan dan otonomi akademik, meningkatkan standar akademik, memperbaiki fasilitas, dan membuka pendidikan tinggi untuk kelas menengah. Pada tahun 1848 tsar, karena takut akan pergolakan politik di Barat dapat menginspirasi pemberontakan serupa di Rusia, mengakhiri inovasi Uvarov. Universitas-universitas itu kecil dan diawasi dengan ketat, terutama departemen filsafat yang berpotensi berbahaya. Misi utama mereka adalah untuk melatih birokrasi senior yang setia, atletis, maskulin yang menghindari kewanitaan pekerjaan kantor.

Akademi Seni Rupa Kekaisaran di St. Petersburg semakin penting dengan pengakuan dan dukungannya terhadap seniman. Nicholas I memutuskan untuk mengendalikannya secara pribadi. Dia menolaknya terkait pemberian peringkat kepada artis. Dia menegur dan mempermalukan seniman yang karya-karyanya menurutnya tidak menyenangkan. Hasilnya bukanlah seni yang lebih baik, tetapi justru sebaliknya, yang diperparah oleh ketakutan dan ketidakamanan di antara anggota komunitas seni.

Terlepas dari represi periode ini, Rusia di luar kendali resmi menghasilkan sastra dan seni yang berkembang pesat. Melalui karya Aleksandr Pushkin, Nikolai Gogol, Ivan Turgenev, dan banyak lainnya, sastra Rusia memperoleh status dan pengakuan internasional. Balet berakar di Rusia setelah diimpor dari Prancis, dan musik klasik menjadi mapan dengan komposisi Mikhail Glinka (1804–1857).

Menteri Keuangan Georg von Cancrin membujuk kaisar tentang manfaat mengundang ilmuwan Prusia Alexander von Humboldt ke Rusia untuk menyelidiki wilayah yang dapat menghasilkan kekayaan mineral. Pemerintah Rusia membayar biaya Humboldt untuk ekspedisi delapan bulannya melalui Rusia pada tahun 1829, yang menghasilkan penemuan berlian di pegunungan Ural. Humboldt menerbitkan banyak volume tentang ekspedisi Rusia-nya, yang dia dedikasikan untuk tsar meskipun ketidaksetujuannya terhadap kebijakan tsar semakin meningkat.

-       Perlakuan orang Yahudi

Pada tahun 1851 populasi Yahudi berjumlah 2,4 juta dengan 212.000 di antaranya tinggal di wilayah Polandia yang dikuasai Rusia.[28] Ini menjadikan mereka salah satu minoritas inorodtsy terbesar di Kekaisaran Rusia.

Pada tanggal 26 Agustus 1827 dekrit wajib militer ("Ustav rekrutskoi povinnosti") diperkenalkan, yang mengharuskan anak laki-laki Yahudi untuk bertugas di militer Rusia selama 25 tahun sejak usia 18 tahun. usia 12 tahun, saat menjadi Kantonis tidak dihitung dalam waktu dinas militer. Mereka dikirim jauh dari keluarga mereka untuk bertugas di militer sehingga mereka akan kesulitan mempraktikkan Yudaisme dan dengan demikian menjadi Russified. Orang Yahudi desa yang lebih miskin, orang Yahudi tanpa keluarga dan orang Yahudi yang belum menikah menjadi sasaran khusus untuk dinas militer. Antara tahun 1827 dan 1854 diperkirakan ada 70.000 orang Yahudi yang wajib militer. Beberapa orang Yahudi yang secara paksa wajib militer menjadi militer Rusia, karena tidak ada hubungan dengan keluarga atau komunitas mereka, dipaksa untuk masuk Kristen.

Di bawah Nicholas I, kolonisasi pertanian Yahudi di Ukraina berlanjut dengan pemindahan orang Yahudi Siberia ke Ukraina. Di Ukraina, orang Yahudi diberi tanah, tetapi harus membayarnya, yang menyisakan sangat sedikit untuk menghidupi keluarga mereka. Di sisi lain, orang-orang Yahudi ini dibebaskan dari wajib militer paksa.

Di bawah Nicholas I ada upaya untuk mereformasi pendidikan orang Yahudi dengan objek Rusifikasi. Studi Talmud tidak disetujui karena dianggap sebagai teks yang mendorong pemisahan Yahudi dari masyarakat Rusia. Nicholas I semakin memperketat penyensoran buku-buku Yahudi dalam bahasa Yiddish dan Ibrani dengan mengizinkannya dicetak hanya di Zhitomir dan Vilna.

-       Kebijakan militer dan luar negeri

Kebijakan luar negeri Nicolas yang agresif melibatkan banyak perang yang mahal, berdampak buruk pada keuangan kekaisaran. [rujukan?] Nicholas mencurahkan perhatian pada pasukannya yang sangat besar; dari populasi 60–70 juta orang, tentara menghitung satu juta orang. Mereka memiliki peralatan dan taktik yang sudah ketinggalan zaman, tetapi tsar, yang berpakaian seperti tentara dan dikelilingi oleh para perwira, bermegah atas kemenangan atas Napoleon pada tahun 1812 dan sangat bangga dengan kecerdasannya dalam parade. Kuda-kuda kavaleri, misalnya, hanya dilatih dalam formasi parade, dan tampil buruk dalam pertempuran. Gemerlap dan kepang menutupi kelemahan mendalam yang tidak dia lihat. Dia menempatkan para jenderal untuk bertanggung jawab atas sebagian besar lembaga sipilnya terlepas dari kualifikasi mereka. Seorang agnostik yang mendapatkan ketenaran dalam pasukan kavaleri diangkat menjadi pengawas urusan Gereja. Angkatan Darat menjadi kendaraan mobilitas sosial ke atas bagi pemuda bangsawan dari daerah non-Rusia, seperti Polandia, Baltik, Finlandia, dan Georgia. Di sisi lain, banyak penjahat, penjahat kecil, dan orang yang tidak diinginkan dihukum oleh pejabat lokal dengan mendaftar seumur hidup di Angkatan Darat. Sistem wajib militer sangat tidak populer di kalangan masyarakat, seperti praktik memaksa petani untuk menampung tentara selama enam bulan dalam setahun. Curtiss menemukan bahwa "Pedantry sistem militer Nicholas, yang menekankan kepatuhan tanpa berpikir dan evolusi lapangan parade daripada pelatihan tempur, menghasilkan komandan yang tidak efektif pada saat perang." Komandannya dalam Perang Krimea sudah tua dan tidak kompeten, begitu pula senapannya karena para kolonel menjual peralatan terbaik dan makanan terbaik.

Untuk sebagian besar pemerintahan Nicholas, Rusia dipandang sebagai kekuatan militer besar, dengan kekuatan yang cukup besar. Perang Krimea, yang terjadi tak lama sebelum kematian Nicholas, menunjukkan kepada Rusia dan dunia apa yang sebelumnya disadari oleh sedikit orang: Rusia lemah secara militer, terbelakang secara teknologi, dan tidak kompeten secara administratif. Terlepas dari ambisi besarnya ke selatan dan Turki, Rusia belum membangun jaringan kereta api ke arah itu, dan komunikasi buruk. Birokrasi tidak siap menghadapi perang yang penuh dengan korupsi, korupsi, dan inefisiensi. Angkatan Laut memiliki sedikit perwira yang kompeten, jajarannya kurang terlatih dan yang terpenting kapalnya sudah ketinggalan zaman; Angkatan Darat, meskipun sangat besar, hanya bagus untuk parade, menderita karena kolonel yang mengantongi gaji anak buahnya, moral yang buruk, dan bahkan lebih jauh dari teknologi terbaru yang dikembangkan oleh Inggris dan Prancis. Menjelang akhir perang, para pemimpin Rusia bertekad untuk mereformasi militer dan masyarakat mereka. Seperti yang dicatat Fuller, "Rusia telah dipukuli di semenanjung Krimea, dan militer khawatir bahwa Rusia pasti akan dipukuli lagi kecuali diambil langkah-langkah untuk mengatasi kelemahan militernya."

Ibu kota Perusahaan Rusia-Amerika di New Archangel (sekarang Sitka, Alaska) pada tahun 1837

Seorang pria yang sangat militeristik, Nicholas menganggap Angkatan Darat sebagai institusi terbaik dan terhebat di Rusia dan sebagai model bagi masyarakat, dengan mengatakan:

"Di sini [di Angkatan Darat] ada keteraturan. ... Semua hal mengalir secara logis satu sama lain. Tidak seorang pun di sini memerintah tanpa terlebih dahulu belajar untuk patuh. Tidak seorang pun naik di atas orang lain kecuali melalui sistem yang jelas. Semuanya tunduk pada a satu tujuan yang ditentukan dan semuanya memiliki peruntukannya yang tepat. Itulah sebabnya saya akan selalu memegang gelar prajurit dengan penghargaan tertinggi. Saya menganggap kehidupan manusia sebagai pelayanan karena setiap orang harus mengabdi."

Nicholas sering jengkel dengan lambatnya birokrasi Rusia dan memiliki preferensi yang jelas untuk menunjuk jenderal dan laksamana ke peringkat pemerintahan yang tinggi karena dianggap efisiensi, mengabaikan atau mengabaikan apakah mereka benar-benar memenuhi syarat untuk peran tersebut atau tidak. Dari pria yang menjabat sebagai menteri Nicholas, 61% sebelumnya menjabat sebagai jenderal atau laksamana. Nicholas suka menunjuk jenderal yang pernah melihat pertempuran, dan setidaknya 30 orang yang menjabat sebagai menteri di bawahnya telah melihat aksi dalam perang melawan Prancis, Kekaisaran Ottoman, dan Swedia. Hal ini terbukti menjadi cacat dalam arti bahwa sifat-sifat yang dapat membuat seseorang menonjol di medan perang seperti keberanian tidak serta merta membuat seseorang mampu menjalankan pelayanan. Kasus yang paling terkenal adalah Pangeran Alexander Sergeyevich Menshikov, seorang komandan brigade yang kompeten di Angkatan Darat Kekaisaran yang membuktikan dirinya sebagai menteri Angkatan Laut. Dari para menteri Kaisar, 78% adalah etnis Rusia, 9,6% adalah orang Jerman Baltik sedangkan sisanya adalah orang asing yang bertugas di Rusia. Dari orang-orang yang menjabat sebagai menteri di bawah Nicholas, 14 telah lulus dari universitas sementara 14 lainnya telah lulus dari sekolah menengah atau gimnasium, sisanya dididik oleh tutor pribadi.

-       Eropa

Dalam kebijakan luar negeri, Nicholas I bertindak sebagai pelindung legitimisme yang berkuasa dan sebagai pelindung terhadap revolusi. Sering dicatat bahwa kebijakan semacam itu dikaitkan dengan sistem kontra-revolusioner Metternich melalui duta besar Austria Count Karl Ludwig von Ficquelmont. Tawaran Nicholas untuk menekan revolusi di benua Eropa, mencoba mengikuti pola yang ditetapkan oleh kakak tertuanya, Alexander I, membuatnya mendapatkan label "gendarme of Europe".

Segera setelah suksesi, Nicholas mulai membatasi kebebasan yang ada di bawah monarki konstitusional di Kongres Polandia. Nicholas sangat marah ketika mengetahui pemberontakan Belgia melawan Belanda pada tahun 1830 dan memerintahkan Angkatan Darat Rusia untuk melakukan mobilisasi. Nicholas kemudian mengajukan petisi kepada duta besar Prusia agar pasukan Rusia diberikan hak transit untuk berbaris melintasi Eropa dan memulihkan hegemoni Belanda atas Belgia. Tetapi pada saat yang sama, wabah kolera menghancurkan Angkatan Darat Rusia dan pemberontakan di Polandia mengikat tentara Rusia yang mungkin dikerahkan untuk melawan Belgia. Tampaknya sikap hawkish Nicholas bukanlah awal yang tulus menuju invasi ke Negara Rendah, melainkan upaya untuk menekan kekuatan Eropa lainnya. Nicholas menjelaskan bahwa dia hanya akan bertindak jika Prusia dan Inggris juga berpartisipasi karena dia takut invasi Rusia ke Belgia akan menyebabkan perang dengan Prancis. Bahkan sebelum Polandia bangkit, Nicholas telah membatalkan rencananya untuk menyerang Belgia karena menjadi jelas bahwa baik Inggris maupun Prusia tidak akan bergabung sementara Prancis secara terbuka mengancam perang jika Nicholas berbaris. Pada tahun 1815, Nicholas tiba di Prancis, di mana dia tinggal bersama duc d'Orleans, yang segera menjadi salah satu sahabatnya, dengan sang grand duke terkesan dengan kehangatan, kecerdasan, sopan santun, dan keanggunan pribadi duc. Bagi Nicholas, karakter terburuk adalah bangsawan yang mendukung liberalisme, dan ketika duc d'Orleans menjadi raja Prancis sebagai Louis Philippe I dalam revolusi Juli 1830, Nicholas menganggap ini sebagai pengkhianatan pribadi, percaya bahwa temannya telah pergi. lebih karena dia melihatnya ke sisi gelap revolusi dan liberalisme. Nicholas membenci Louis-Philippe, yang menyebut dirinya Le roi citoyen ("Raja Rakyat") sebagai seorang bangsawan pemberontak dan "perampas kekuasaan", dan kebijakan luar negerinya mulai tahun 1830 terutama anti-Prancis, berdasarkan pada menghidupkan kembali koalisi yang telah ada selama Era Napoleon Rusia, Prusia, Austria dan Inggris, untuk mengisolasi Prancis.Nicholas membenci Louis-Philippe sampai-sampai dia menolak untuk menggunakan namanya, menyebut dia hanya sebagai "perampas".Inggris tidak mau bergabung dengan koalisi anti-Prancis, tetapi Nicholas berhasil memperkuat hubungan dekat yang ada dengan Austria dan Prusia dan tiga negara kekaisaran secara teratur mengadakan tinjauan militer bersama selama ini. [51] Untuk sebagian besar tahun 1830-an, semacam "perang dingin" terjadi antara "blok barat" liberal Prancis dan Inggris vs. "blok timur" reaksioner Austria, Prusia, dan Rusia.

Setelah Pemberontakan November pecah, pada tahun 1831 parlemen Polandia menggulingkan Nicholas sebagai raja Polandia sebagai tanggapan atas pembatasan berulang kali atas hak konstitusionalnya. Nicholas bereaksi dengan mengirim pasukan Rusia ke Polandia dan secara brutal menumpas pemberontakan. Nicholas kemudian melanjutkan untuk membatalkan konstitusi Polandia secara keseluruhan dan mereduksi Polandia menjadi status provinsi yang disebut Tanah Vistula. Segera setelah itu, Nicholas memulai kebijakan untuk menindas budaya Polandia yang dimulai dengan menindas Gereja Katolik Polandia. Pada tahun 1840-an, Nicholas mengurangi 64.000 bangsawan Polandia menjadi rakyat jelata.

Pada tahun 1848, ketika serangkaian revolusi mengguncang Eropa, Nicholas berada di garis depan reaksionisme. Pada tahun 1849, dia membantu Habsburg menekan revolusi di Hongaria, dan dia juga mendesak Prusia untuk tidak mengadopsi konstitusi liberal.

-       Kekaisaran Ottoman dan Persia

Sementara Nicholas berusaha mempertahankan status quo di Eropa, dia mengikuti kebijakan yang agak lebih agresif terhadap kerajaan tetangga di selatan, Kekaisaran Ottoman dan Persia. Nicholas dipercaya secara luas pada saat itu mengikuti kebijakan tradisional Rusia untuk menyelesaikan apa yang disebut Pertanyaan Timur dengan berusaha membagi Kekaisaran Ottoman dan mendirikan protektorat atas penduduk Ortodoks di Balkan, yang sebagian besar masih berada di bawah kendali Ottoman pada tahun 1820-an. Faktanya, Nicholas sangat berkomitmen untuk menegakkan status quo di Eropa dan takut setiap upaya untuk melahap Kekaisaran Ottoman yang membusuk akan mengecewakan sekutunya Austria, yang juga memiliki kepentingan di Balkan, dan menghasilkan koalisi Inggris-Prancis untuk mempertahankan Ottoman. Selanjutnya, dalam perang tahun 1828–29, Rusia mengalahkan Ottoman dalam setiap pertempuran yang terjadi di lapangan dan maju jauh ke Balkan, tetapi Rusia menemukan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan logistik yang diperlukan untuk merebut Konstantinopel.

 

Pertempuran Navarino, pada bulan Oktober 1827, menandai berakhirnya pemerintahan Utsmaniyah di Yunani.

Kebijakan Nicholas terhadap Kesultanan Utsmaniyah adalah menggunakan Perjanjian Küçük Kaynarca tahun 1774 yang memberi Rusia hak samar-samar sebagai pelindung masyarakat Ortodoks di Balkan, sebagai cara menempatkan Kesultanan Utsmaniyah ke dalam lingkup pengaruh Rusia, yang dirasakan menjadi tujuan yang lebih dapat dicapai daripada menaklukkan seluruh Kekaisaran Ottoman. Nicholas sebenarnya ingin mempertahankan Kesultanan Utsmaniyah sebagai negara yang stabil namun lemah yang tidak akan mampu melawan Rusia yang dirasa melayani kepentingan Rusia. Nicholas selalu menganggap Rusia sebagai kekuatan Eropa pertama dan terutama dan menganggap Eropa lebih penting daripada Timur Tengah. Menteri Luar Negeri Rusia Karl Nesselrode menulis surat kepada duta besarnya di Konstantinopel Nikolai Muravyov bahwa kemenangan Muhammad Ali dari Mesir atas Mahmud II akan mengarah pada dinasti baru yang memerintah Kekaisaran Ottoman. Nesselrode melanjutkan bahwa jika Muhammad Ali yang mampu menjadi sultan maka "dapat, dengan pengangkatan tokoh baru ke tahta Turki, menghidupkan kembali kekuatan baru di kekaisaran yang merosot itu dan mengalihkan perhatian dan kekuatan kita dari urusan Eropa, dan dengan demikian raja [Nicholas ] sangat peduli untuk menjaga sultan di singgasananya yang terhuyung-huyung." Pada saat yang sama, Nicholas berpendapat bahwa karena selat Turki memiliki kepentingan ekonomi bagi Rusia, di mana Rusia mengekspor biji-bijiannya, maka Rusia memiliki "hak" untuk campur tangan dalam urusan Ottoman. Pada tahun 1833, Nicholas memberi tahu duta besar Austria Karl Ludwig von Ficquelmont bahwa "Urusan Timur di atas segalanya adalah urusan Rusia." Pada saat yang sama ketika Nicholas mengklaim Kekaisaran Ottoman berada dalam lingkup pengaruh Rusia, dia menjelaskan bahwa dia tidak tertarik untuk mencaplok kekaisaran. Pada pertemuan lain dengan Ficquelmont pada tahun 1833, Nicholas, berbicara dengan "Proyek Yunani" Catherine yang Agung dalam pikirannya berkata: "Saya tahu semua yang telah dikatakan tentang proyek Permaisuri Catherine, dan Rusia telah meninggalkan tujuan yang telah dia tetapkan keluar. Saya ingin mempertahankan kekaisaran Turki... Jika jatuh, saya tidak menginginkan puing-puingnya. Saya tidak membutuhkan apa pun." Pada akhirnya, kebijakan Nicholas di Timur Dekat terbukti mahal dan sebagian besar sia-sia.

 Penangkapan benteng Erivan oleh pasukan Rusia di bawah kepemimpinan Ivan Paskevich pada tahun 1827 selama Perang Rusia-Persia

Pada tahun 1826–28, Nicholas berperang dalam Perang Rusia-Persia (1826–28), yang berakhir dengan Persia terpaksa menyerahkan wilayah terakhirnya yang tersisa di Kaukasus. Rusia telah menaklukkan semua wilayah Iran di Kaukasus Utara dan Kaukasus Selatan, yang terdiri dari Georgia modern, Dagestan, Armenia, dan Azerbaijan, sepanjang abad ke-19. Perjanjian tersebut lebih lanjut mengakui ekstrateritorialitas untuk mata pelajaran Rusia di Iran (kapitulasi). Seperti yang ditambahkan oleh Profesor Virginia Aksan, Perjanjian Turkmenchay tahun 1828 "menyingkirkan Iran dari persamaan militer."

Rusia berperang dengan sukses melawan Ottoman pada tahun 1828–29, tetapi tidak banyak membantu meningkatkan kekuatan Rusia di Eropa. Hanya negara kecil Yunani yang merdeka di Balkan, dengan pengaruh Rusia yang terbatas. Pada tahun 1833, Rusia menegosiasikan Perjanjian Unkiar-Skelessi dengan Kekaisaran Ottoman. Pihak-pihak besar Eropa secara keliru percaya bahwa perjanjian itu berisi klausul rahasia yang memberi Rusia hak untuk transit kapal perang melalui selat Bosphorus dan Dardanella. Kesalahpahaman ini menyebabkan Konvensi Selat London tahun 1841, yang menegaskan kendali Utsmaniyah atas selat tersebut dan melarang kekuatan apa pun, termasuk Rusia, mengirim kapal perang melalui selat tersebut. Didukung oleh perannya dalam menekan revolusi tahun 1848 serta keyakinannya yang salah bahwa dia dapat mengandalkan dukungan diplomatik Inggris, Nicholas bergerak melawan Ottoman, yang menyatakan perang terhadap Rusia pada 8 Oktober 1853. Pada tanggal 30 November, Laksamana Rusia Nakhimov menangkap Turki armada di pelabuhan di Sinope dan menghancurkannya.

Khawatir akan hasil kekalahan total Ottoman oleh Rusia, pada tahun 1854 Inggris, Prancis, Kerajaan Sardinia membentuk koalisi militer dan bergabung dengan Kekaisaran Ottoman melawan Rusia. Konflik sebelumnya dikenal sebagai Perang Krimea di Kesultanan Utsmaniyah dan Eropa Barat, tetapi di Rusia diberi label "Perang Timur" (Rusia: Восточная война, Vostochnaya Vojna). Pada April 1854, Austria menandatangani pakta pertahanan dengan Prusia. Dengan demikian, Rusia menemukan dirinya dalam perang dengan setiap Kekuatan Besar Eropa baik yang bersekutu melawannya secara militer atau diplomatik.

Panel interior kotak cermin memperingati pertemuan tahun 1838 putra mahkota Iran Naser al-Din Mirza (kemudian, Shah) dan Tsar Nicholas I dari Rusia di Erivan di Oblast Armenia. Adegan di tengah menunjukkan pangeran berusia tujuh tahun duduk di pangkuan tsar, ditemani rombongan. Dibuat oleh Mohammad Esmail Esfahani di Teheran, bertanggal 1854

Pada tahun 1853 Mikhail Pogodin, profesor sejarah di Universitas Moskow, menulis sebuah memorandum kepada Nicholas. Nicholas sendiri membaca teks Pogodin dan dengan senang hati berkomentar: "Itulah intinya." Menurut sejarawan Orlando Figes, "Memorandum itu jelas cocok dengan Nicholas, yang berbagi perasaan Pogodin bahwa peran Rusia sebagai pelindung Ortodoks belum diakui atau dipahami dan bahwa Rusia diperlakukan tidak adil oleh Barat." Pogodin menulis:

Prancis mengambil Aljazair dari Turki, dan hampir setiap tahun Inggris menganeksasi kerajaan India lainnya: tidak ada yang mengganggu keseimbangan kekuasaan; tetapi ketika Rusia menduduki Moldavia dan Wallachia, meski hanya sementara, itu mengganggu keseimbangan kekuatan. Prancis menduduki Roma dan tinggal di sana beberapa tahun selama masa damai: itu bukan apa-apa; tetapi Rusia hanya berpikir untuk menduduki Konstantinopel, dan perdamaian Eropa terancam. Inggris menyatakan perang terhadap Cina, yang tampaknya telah menyinggung mereka: tidak ada yang berhak campur tangan; tetapi Rusia wajib meminta izin kepada Eropa jika bertengkar dengan tetangganya. Inggris mengancam Yunani untuk mendukung klaim palsu dari seorang Yahudi yang menyedihkan dan membakar armadanya: itu adalah tindakan yang sah; tetapi Rusia menuntut perjanjian untuk melindungi jutaan orang Kristen, dan itu dianggap memperkuat posisinya di Timur dengan mengorbankan perimbangan kekuatan. Kita tidak bisa mengharapkan apapun dari Barat kecuali kebencian dan kedengkian buta...

Memorandum Mikhail Pogodin kepada Nicholas I, 1853

Austria menawarkan dukungan diplomatik Ottoman, dan Prusia tetap netral, sehingga meninggalkan Rusia tanpa sekutu di benua itu. Sekutu Eropa mendarat di Krimea dan mengepung Pangkalan Angkatan Laut Sevastopol Rusia yang dibentengi dengan baik. Rusia kalah dalam pertempuran di Alma pada bulan September 1854 dan kemudian di Balaklava dan Inkerman. Setelah Pengepungan Sevastopol (1854–55) yang berkepanjangan (1854–55), pangkalan itu jatuh, memperlihatkan ketidakmampuan Rusia untuk mempertahankan benteng besar di tanahnya sendiri. Setelah kematian Nicholas I, Alexander II menjadi Tsar. Pada tanggal 15 Januari 1856, tsar baru membawa Rusia keluar dari perang dengan persyaratan yang sangat tidak menguntungkan, termasuk hilangnya armada angkatan laut di Laut Hitam.

-       Kematian

Nicholas I di ranjang kematiannya (1855)

Nicholas meninggal pada tanggal 2 Maret 1855, selama Perang Krimea, di Istana Musim Dingin di St. Dia kedinginan, menolak perawatan medis dan meninggal karena pneumonia, meskipun ada desas-desus bahwa dia melakukan bunuh diri pasif dengan menolak perawatan. Ia dimakamkan di Katedral Peter dan Paul di St. Petersburg. Dia memerintah selama 30 tahun, dan digantikan oleh putranya Alexander II.

-       Warisan

Ada banyak vonis yang memberatkan atas pemerintahan dan warisan Nicholas. Di akhir hayatnya, salah satu pegawai negeri yang paling setia, A.V. Nikitenko, berpendapat, "kegagalan utama pemerintahan Nicholas Pavlovich adalah bahwa itu semua adalah kesalahan." Namun, dari waktu ke waktu, upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali reputasi Nicholas. Sejarawan Barbara Jelavich, di sisi lain, menunjukkan banyak kegagalan, termasuk "keadaan bencana keuangan Rusia", tentara yang tidak dilengkapi dengan baik, sistem transportasi yang tidak memadai, dan birokrasi "yang dicirikan oleh korupsi, korupsi, dan inefisiensi."

Universitas Kiev didirikan pada tahun 1834 oleh Nicholas. Pada tahun 1854, ada 3.600 mahasiswa di Rusia, 1.000 lebih sedikit dibandingkan tahun 1848. Sensor ada di mana-mana; sejarawan Hugh Seton-Watson berkata, "suasana intelektual tetap menindas hingga akhir masa pemerintahan."

Sebagai seorang musafir di Spanyol, Italia, dan Rusia, orang Prancis Marquis de Custine mengatakan dalam bukunya yang banyak dibaca Empire of the Czar: A Journey Through Eternal Russia bahwa, di dalam, Nicholas adalah orang yang baik, dan berperilaku seperti itu hanya karena dia percaya dia harus: "Jika Kaisar tidak memiliki lebih banyak belas kasihan di hatinya daripada yang dia ungkapkan dalam kebijakannya, maka saya kasihan pada Rusia; jika, di sisi lain, perasaannya yang sebenarnya benar-benar lebih unggul dari tindakannya, maka saya kasihan pada Kaisar. ."

Tokoh Nicholas dalam legenda urban tentang Kereta Api Saint Petersburg–Moskow. Ketika itu direncanakan pada tahun 1842, dia diduga menuntut penggunaan jalur terpendek meskipun ada hambatan besar di jalan. Cerita mengatakan dia menggunakan penggaris untuk menggambar garis lurus sendiri. Namun cerita bohong tersebut menjadi populer baik di dalam maupun luar negeri sebagai penjelasan betapa buruknya pemerintahan negara tersebut. Namun, pada tahun 1870-an, orang Rusia menceritakan versi yang berbeda, mengklaim bahwa tsar bijaksana untuk mengatasi kepentingan lokal yang menginginkan rel kereta api dialihkan ke sana kemari. Apa yang sebenarnya terjadi adalah jalan itu ditata oleh para insinyur dan dia mendukung saran mereka untuk membangun dalam garis lurus.

·         Aleksandr II

Alexander II

Алекса́ндр II Никола́евич

 

Kaisar Alexander II

Kaisar Rusia

Pemerintahan : 2 Maret 1855 – 13 Maret 1881

Penobatan : 7 September 1856

Pendahulu : Nicholas I

Penerus : Alexander III

Lahir :  29 April 1818, Kremlin Moskow, Moskow, Kegubernuran Moskow, Kekaisaran Rusia

Meninggal : 13 Maret 1881 (umur 62), Istana Musim Dingin, St. Petersburg, Kekaisaran Rusia

Katedral Pemakaman Peter dan Paul, St. Petersburg, Kekaisaran Rusia

Pasangan : Maria Alexandrovna (Marie dari Hesse)

Masalah diantara yang lain...

Ø  Adipati Agung Alexandra

Ø  Nicholas, Tsarevich dari Rusia

Ø  Alexander III, Kaisar Rusia

Ø  Adipati Agung Vladimir

Ø  Adipati Agung Alexei

Ø  Maria, Duchess of Saxe-Coburg dan Gotha

Ø  Adipati Agung Sergei

Ø  Adipati Agung Paul

 

dilegitimasi:

Ø  Pangeran George Yurievsky

Ø  Putri Olga Yuryevskaya

Ø  Putri Catherine Yuryevskaya

Nama : Alexander Nikolaevich Romanov

Rumah : Holstein-Gottorp-Romanov

Ayah : Nicholas I dari Rusia

Ibu :  Alexandra Feodorovna (Charlotte dari Prusia)

Agama : Ortodoks Rusia

Alexander II (Bahasa Rusia: Алекса́ндр II Никола́евич, tr. Aleksándr II Nikoláyevich, IPA: [ɐlʲɪˈksandr ftɐˈroj nʲɪkɐˈlajɪvʲɪtɕ]; 29 April 1818 – 13 Maret 1881)[a] adalah Kaisar Agung Finlandia, Raja Finlandia 2 Maret dan Adipati Rusia 1855 sampai pembunuhannya pada tahun 1881.

 

Reformasi Alexander yang paling signifikan sebagai kaisar adalah emansipasi budak Rusia pada tahun 1861, di mana ia dikenal sebagai Alexander sang Pembebas (bahasa Rusia: Алекса́ндр Освободи́тель, tr. Aleksándr Osvobodytel, IPA: [ɐlʲɪˈksandr ɐsvəbɐˈdʲitʲɪɪlitʲ]). Tsar bertanggung jawab atas reformasi lainnya, termasuk reorganisasi sistem peradilan, mengangkat hakim lokal terpilih, menghapus hukuman fisik, mempromosikan pemerintahan sendiri lokal melalui sistem zemstvo, memberlakukan wajib militer universal, mengakhiri beberapa hak istimewa kaum bangsawan, dan mempromosikan pendidikan universitas. . Setelah upaya pembunuhan pada tahun 1866, Alexander mengambil sikap yang lebih konservatif sampai kematiannya.

Alexander beralih ke kebijakan luar negeri dan menjual Alaska ke Amerika Serikat pada tahun 1867, karena takut koloni terpencil itu akan jatuh ke tangan Inggris jika terjadi perang lagi. Dia mencari perdamaian, menjauh dari Prancis yang suka berperang ketika Napoleon III jatuh pada tahun 1871, dan pada tahun 1872 bergabung dengan Jerman dan Austria di Liga Tiga Kaisar yang menstabilkan situasi Eropa. Terlepas dari kebijakan luar negerinya yang pasifis, ia berperang singkat dengan Kekaisaran Ottoman pada tahun 1877–1878, yang menyebabkan kemerdekaan negara-negara Bulgaria, Montenegro, Rumania, dan Serbia, melanjutkan ekspansi lebih lanjut ke Timur Jauh dan Kaukasus, dan menaklukkan Turkestan. juga menyetujui rencana yang mengarah ke genosida Sirkasia. Meski kecewa dengan hasil Kongres Berlin tahun 1878, Alexander mematuhi kesepakatan itu. Di antara tantangan domestik terbesarnya adalah pemberontakan di Polandia pada tahun 1863, yang dia tanggapi dengan melucuti tanah itu dari konstitusinya yang terpisah dan memasukkannya langsung ke Rusia. Alexander mengusulkan reformasi parlementer tambahan untuk melawan kebangkitan gerakan revolusioner dan anarkis yang baru lahir ketika dia dibunuh pada tahun 1881.

-       Masa muda

Lahir di Moskwa, Alexander Nikolayevich adalah putra sulung Nicholas I dari Rusia dan Charlotte dari Prusia (putri sulung Frederick William III dari Prusia dan Louise dari Mecklenburg-Strelitz). Kehidupan awalnya memberikan sedikit indikasi tentang potensi utamanya; sampai saat pengangkatannya pada tahun 1855, pada usia 37 tahun, hanya sedikit [kuantifikasi] yang membayangkan bahwa anak cucu akan mengenalnya karena menerapkan reformasi paling menantang yang dilakukan di Rusia sejak masa pemerintahan Peter yang Agung.

Grand prince Alexander Nikolaevich, 1830

Pamannya Kaisar Alexander I meninggal tanpa anak. Adipati Agung Konstantin, adik laki-laki berikutnya dari Alexander I, sebelumnya telah melepaskan haknya atas takhta Rusia. Jadi, ayah Alexander, yang merupakan putra ketiga dari Paul I, menjadi Kaisar yang baru; dia mengambil nama Nicholas I. Saat itu, Alexander menjadi Tsarevich sebagai pewaris takhta ayahnya.


Selama masa hidupnya sebagai pewaris (1825 hingga 1855), suasana intelektual Saint Petersburg tidak mendukung perubahan apa pun: kebebasan berpikir dan segala bentuk inisiatif pribadi ditekan dengan keras oleh perintah ayahnya. Sensor pribadi dan resmi tersebar luas; kritik terhadap pihak berwenang dianggap sebagai pelanggaran serius.

Pendidikan tsarevich sebagai kaisar masa depan terjadi di bawah pengawasan penyair romantis liberal dan penerjemah berbakat Vasily Zhukovsky, yang menguasai banyak topik dan menjadi akrab dengan bahasa utama Eropa modern. Tidak seperti biasanya, Alexander muda melakukan tur enam bulan di Rusia (1837), mengunjungi 20 provinsi di negara itu. Dia juga mengunjungi banyak negara Eropa Barat terkemuka pada tahun 1838 dan 1839. Sebagai Tsesarevich, Alexander menjadi pewaris Romanov pertama yang mengunjungi Siberia (1837). Saat berkeliling Rusia, dia juga berteman dengan penyair Alexander Herzen yang diasingkan dan memaafkannya. Melalui pengaruh Herzen, tsarevich kemudian menghapus perbudakan di Rusia.

Pada tahun 1839, ketika orang tuanya mengirimnya berkeliling Eropa, dia bertemu dengan Ratu Victoria yang berusia dua puluh tahun dan keduanya jatuh cinta. Simon Sebag Montefiore berspekulasi bahwa romansa kecil muncul. Pernikahan seperti itu, bagaimanapun, tidak akan berhasil, karena Alexander bukanlah pangeran kecil Eropa dan akan mewarisi takhta sendiri. Pada tahun 1847, Alexander menyumbangkan uang ke Irlandia selama Kelaparan Besar.

Dia digambarkan seperti orang Jerman, agak pasifis, perokok berat dan pemain kartu.

-       Memerintah

Didorong oleh opini publik, Alexander memulai periode reformasi radikal, termasuk upaya untuk tidak bergantung pada aristokrasi tanah yang mengendalikan orang miskin, upaya mengembangkan sumber daya alam Rusia, dan mereformasi semua cabang pemerintahan.



Prosesi Alexander II ke Katedral Asumsi dari Serambi Merah selama penobatannya

-       Reformasi

Boris Chicherin (1828-1904) adalah seorang filsuf politik yang percaya bahwa Rusia membutuhkan pemerintahan Alexander yang kuat dan berwibawa untuk memungkinkan reformasi. Dia memuji Alexander atas berbagai reformasi fundamentalnya, dengan alasan bahwa tsar adalah:

Penobatan Kaisar Alexander II dan Permaisuri Maria Alexandrovna pada 26 Agustus/7 September 1856 di Katedral Tertidurnya Kremlin Moskwa, dilukis oleh Mihály Zichy. Lukisan itu menggambarkan momen ketika Kaisar menobatkan Permaisuri.

dipanggil untuk melaksanakan salah satu tugas tersulit yang dapat dihadapi oleh penguasa otokratis: untuk sepenuhnya merombak negara besar yang telah dipercayakan kepadanya, untuk menghapus tatanan kuno yang didasarkan pada perbudakan, untuk menggantikannya dengan kesopanan dan kebebasan sipil, untuk menegakkan keadilan di negara yang tidak pernah mengenal arti legalitas, untuk mendesain ulang seluruh administrasi, untuk memperkenalkan kebebasan pers dalam konteks otoritas yang tak terbendung, untuk menghidupkan kekuatan baru di setiap kesempatan dan meletakkannya di atas landasan hukum yang kokoh , untuk menempatkan masyarakat yang tertekan dan terhina, dan memberinya kesempatan untuk melenturkan ototnya.

-       Emansipasi para budak

Alexander II naik tahta setelah kematian ayahnya pada tahun 1855. Sebagai Tsarevich, dia adalah pendukung yang antusias dari kebijakan reaksioner ayahnya. Artinya, dia selalu mematuhi penguasa otokratis. Tapi sekarang dia sendiri adalah penguasa otokratis, dan sepenuhnya bermaksud untuk memerintah sesuai dengan apa yang menurutnya paling baik. Dia menolak langkah apa pun untuk membentuk sistem parlementer yang akan mengekang kekuasaannya. Dia mewarisi kekacauan besar yang ditimbulkan oleh ketakutan ayahnya akan kemajuan selama masa pemerintahannya. Banyak keluarga kerajaan lain di Eropa juga tidak menyukai Nicholas I, yang meluas hingga ketidakpercayaan terhadap dinasti Romanov itu sendiri. Meski begitu, tidak ada orang yang lebih siap untuk membawa negara selain Alexander II. Tahun pertama pemerintahannya dikhususkan untuk penuntutan Perang Krimea dan, setelah jatuhnya Sevastopol, untuk negosiasi perdamaian yang dipimpin oleh penasihat tepercaya, Pangeran Alexander Gorchakov. Negara telah kelelahan dan dipermalukan oleh perang. Suap, pencurian dan korupsi merajalela.

Reformasi Emansipasi tahun 1861 menghapus perbudakan di perkebunan pribadi di seluruh Kekaisaran Rusia. Hamba memperoleh hak penuh sebagai warga negara bebas, termasuk hak untuk menikah tanpa harus mendapatkan persetujuan, memiliki properti, dan memiliki bisnis. Langkah itu adalah yang pertama dan terpenting dari reformasi liberal yang dibuat oleh Alexander II.

Pemilik tanah Polandia di provinsi Lituania mengajukan petisi dengan harapan bahwa hubungan mereka dengan para budak dapat diatur dengan cara yang lebih memuaskan bagi para pemilik. Alexander II mengesahkan pembentukan komite "untuk memperbaiki kondisi para petani," dan menetapkan prinsip-prinsip yang harus dilakukan perbaikan. Tanpa berkonsultasi dengan penasihat biasa, Alexander memerintahkan Menteri Dalam Negeri untuk mengirimkan surat edaran kepada gubernur provinsi Rusia Eropa (perbudakan jarang terjadi di bagian lain) yang berisi salinan instruksi yang diteruskan ke Gubernur Jenderal Lituania, memuji apa yang seharusnya murah hati, niat patriotik dari pemilik tanah Lituania, dan menyarankan bahwa mungkin pemilik tanah dari provinsi lain mungkin mengungkapkan keinginan yang sama. Petunjuk diambil: di semua provinsi di mana perbudakan ada, komite emansipasi dibentuk.



Meninggalkan gereja di Pskov, 1864

Emansipasi bukanlah tujuan sederhana yang dapat dicapai secara instan melalui dekrit kekaisaran. Isinya masalah rumit, sangat mempengaruhi masa depan ekonomi, sosial, dan politik bangsa. Alexander harus memilih di antara langkah-langkah berbeda yang direkomendasikan kepadanya dan memutuskan, apakah para budak akan menjadi buruh tani yang bergantung secara ekonomi dan administratif pada tuan tanah, atau apakah para budak akan diubah menjadi kelas pemilik komunal yang mandiri. Kaisar memberikan dukungannya pada proyek terakhir, dan kaum tani Rusia menjadi salah satu kelompok petani terakhir di Eropa yang melepaskan perbudakan. Arsitek manifesto emansipasi adalah saudara laki-laki Alexander, Konstantin, Yakov Rostovtsev, dan Nikolay Milyutin. Pada tanggal 3 Maret 1861, enam tahun setelah pengangkatannya, undang-undang emansipasi ditandatangani dan diterbitkan.

-       Reformasi tambahan

Sejumlah reformasi baru diikuti di berbagai bidang. Tsar menunjuk Dmitry Milyutin untuk melakukan reformasi signifikan di angkatan bersenjata Rusia. Perubahan penting lebih lanjut dibuat mengenai industri dan perdagangan, dan kebebasan baru yang diberikan menghasilkan sejumlah besar perseroan terbatas. Rencana dibentuk untuk membangun jaringan kereta api yang besar, sebagian untuk mengembangkan sumber daya alam negara, dan sebagian lagi untuk meningkatkan kekuatan pertahanan dan serangannya.

Cek senilai US$7,2 juta digunakan untuk membayar Alaska Rusia pada tahun 1867

Reformasi militer termasuk wajib militer universal, diperkenalkan untuk semua kelas sosial pada tanggal 1 Januari 1874. Sebelum peraturan baru, mulai tahun 1861, wajib militer diberlakukan hanya untuk kaum tani. Wajib militer adalah 25 tahun untuk budak yang dirancang oleh pemilik tanah mereka, yang secara luas dianggap sebagai hukuman seumur hidup. Reformasi militer lainnya termasuk perluasan pasukan cadangan dan sistem distrik militer, yang membagi negara Rusia menjadi 15 distrik militer, sebuah sistem yang masih digunakan lebih dari seratus tahun kemudian. Pembangunan rel kereta api strategis dan penekanan pada pendidikan militer korps perwira terdiri dari reformasi lebih lanjut. Hukuman fisik di militer dan mencap tentara sebagai hukuman dilarang. Sebagian besar reformasi militer yang penting diberlakukan sebagai akibat dari penampilan buruk dalam Perang Krimea.

Administrasi yudisial baru (1864), berdasarkan model Prancis, memperkenalkan keamanan kepemilikan. Hukum pidana baru dan sistem acara perdata dan pidana yang sangat disederhanakan juga mulai berlaku. Reorganisasi peradilan terjadi untuk memasukkan persidangan di pengadilan terbuka, dengan hakim diangkat seumur hidup, sistem juri, dan pembentukan hakim perdamaian untuk menangani pelanggaran ringan di tingkat lokal. Sejarawan hukum Sir Henry Maine memuji Alexander II dengan upaya besar pertama sejak zaman Grotius untuk mengkodifikasi dan memanusiakan penggunaan perang.

Birokrasi Alexander melembagakan skema rumit pemerintahan sendiri lokal (zemstvo) untuk distrik pedesaan (1864) dan kota-kota besar (1870), dengan majelis elektif memiliki hak perpajakan terbatas, dan polisi pedesaan dan kota baru di bawah arahan Menteri Dalam Negeri.

Di bawah aturan Alexander, orang Yahudi tidak dapat memiliki tanah, dan dilarang bepergian. Namun pajak khusus untuk orang Yahudi dihapuskan dan mereka yang lulus dari sekolah menengah diizinkan untuk tinggal di luar Pale of Settlement, dan memenuhi syarat untuk pekerjaan negara. Sejumlah besar orang Yahudi terpelajar pindah secepat mungkin ke Moskow, Saint Petersburg, dan kota-kota besar lainnya.

Koloni Alaska kehilangan uang, dan tidak mungkin bertahan di masa perang melawan Inggris, jadi pada tahun 1867 Rusia menjual Alaska ke Amerika Serikat seharga $7,2 juta (setara dengan $140 juta dalam dolar tahun 2021). Administrator Rusia, tentara, pemukim, dan beberapa pendeta kembali ke rumah. Yang lain tinggal untuk melayani umat paroki asli mereka, yang tetap menjadi anggota Gereja Ortodoks Rusia hingga abad ke-21.

-       Reaksi setelah 1866

Alexander mempertahankan jalan yang umumnya liberal. Radikal mengeluh dia tidak bertindak cukup jauh, dan dia menjadi sasaran berbagai rencana pembunuhan. Dia selamat dari upaya yang terjadi pada tahun 1866, 1879, dan 1880. Akhirnya 13 Maret [O.S. 1 Maret] 1881, pembunuh yang diorganisir oleh partai Narodnaya Volya (Keinginan Rakyat) membunuhnya dengan bom. Kaisar pada hari sebelumnya telah menandatangani konstitusi Loris-Melikov, yang akan membentuk dua komisi legislatif yang terdiri dari perwakilan yang dipilih secara tidak langsung, jika tidak dicabut oleh penggantinya yang reaksioner, Alexander III.

Percobaan pembunuhan pada tahun 1866 memulai periode yang lebih konservatif yang berlangsung sampai kematiannya. Tsar membuat serangkaian penunjukan baru, menggantikan menteri liberal dengan konservatif. Di bawah Menteri Pendidikan Dmitry Tolstoy, kursus universitas liberal dan mata pelajaran yang mendorong pemikiran kritis digantikan oleh kurikulum yang lebih tradisional, dan sejak tahun 1871 hanya siswa dari sekolah gimnaziya yang dapat melanjutkan ke universitas. Pada tahun 1879, gubernur jenderal dibentuk dengan kekuasaan untuk mengadili di pengadilan militer dan mengasingkan pelanggar politik. Pemerintah juga mengadakan persidangan pertunjukan dengan maksud untuk menghalangi orang lain dari aktivitas revolusioner, tetapi setelah kasus seperti Pengadilan 193 di mana juri yang bersimpati membebaskan banyak terdakwa, ini ditinggalkan.

-       Penindasan gerakan separatis

Setelah Alexander II menjadi Kaisar Rusia dan Raja Polandia pada tahun 1855, ia secara substansial melonggarkan rezim ketat dan represif yang telah diberlakukan di Kongres Polandia setelah Pemberontakan November tahun 1830–1831.

Namun, pada tahun 1856, di awal masa pemerintahannya, Alexander membuat pidato yang tak terlupakan kepada para deputi bangsawan Polandia yang menghuni Kongres Polandia, Ukraina Barat, Lituania, Livonia, dan Belarusia, di mana dia memperingatkan terhadap konsesi lebih lanjut dengan kata-kata, "Tuan-tuan, mari kita tidak bermimpi!" Ini berfungsi sebagai peringatan bagi Persemakmuran Polandia-Lituania. Wilayah bekas Polandia-Lithuania dikecualikan dari kebijakan liberal yang diperkenalkan oleh Alexander. Hasilnya adalah Pemberontakan Januari 1863–1864 yang dipadamkan setelah delapan belas bulan pertempuran. Ratusan orang Polandia dieksekusi, dan ribuan orang dideportasi ke Siberia. Harga penindasan adalah dukungan Rusia untuk penyatuan Jerman.

Pertempuran Mrzygłód selama Pemberontakan Januari tahun 1863

Darurat militer di Lituania, yang diperkenalkan pada tahun 1863, berlangsung selama 40 tahun berikutnya. Bahasa asli, Ukraina, dan Belarusia, sepenuhnya dilarang dari teks cetak, Ems Ukase menjadi contohnya. Pihak berwenang melarang penggunaan aksara Latin untuk menulis bahasa Lituania. Bahasa Polandia dilarang dalam bentuk lisan dan tulisan dari semua provinsi kecuali Kongres Polandia, yang hanya diperbolehkan dalam percakapan pribadi.

Nikolay Milyutin dilantik sebagai gubernur dan dia memutuskan bahwa tanggapan terbaik terhadap Pemberontakan Januari adalah melakukan reformasi terkait para petani. Dia menyusun program yang melibatkan emansipasi kaum tani dengan mengorbankan pemilik tanah szlachta nasionalis dan pengusiran pendeta Katolik Roma dari sekolah. Emansipasi kaum tani Polandia dari status mereka yang seperti budak terjadi pada tahun 1864, dengan persyaratan yang lebih murah daripada emansipasi petani Rusia pada tahun 1861.

-       Mendorong nasionalisme Finlandia

Pada tahun 1863, Alexander II mengadakan kembali Diet Finlandia dan memprakarsai beberapa reformasi yang meningkatkan otonomi Finlandia di dalam Kekaisaran Rusia, termasuk pembentukan mata uangnya sendiri, markka Finlandia. Pembebasan bisnis menyebabkan peningkatan investasi asing dan pengembangan industri. Finlandia juga mendapatkan perkeretaapian pertamanya, didirikan secara terpisah di bawah pemerintahan Finlandia. Akhirnya, peningkatan bahasa Finlandia dari bahasa rakyat biasa menjadi bahasa nasional yang setara dengan bahasa Swedia membuka peluang bagi sebagian besar masyarakat Finlandia. Alexander II masih dianggap sebagai "Tsar yang Baik" di Finlandia.

Monumen Alexander II "Sang Pembebas" di Lapangan Senat di Helsinki, oleh pematung Walter Runeberg. Didirikan pada tahun 1894, ketika Finlandia masih menjadi kadipaten agung Rusia.

Reformasi ini dapat dilihat sebagai hasil dari keyakinan sejati bahwa reformasi lebih mudah diuji di negara yang homogen dan berpenduduk sedikit daripada di seluruh Rusia. Mereka juga dapat dilihat sebagai hadiah atas kesetiaan penduduknya yang relatif berorientasi barat selama Perang Krimea dan selama pemberontakan Polandia. Mendorong nasionalisme dan bahasa Finlandia juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mencairkan hubungan dengan Swedia.

-       Urusan luar negeri

Selama Perang Krimea, Austria mempertahankan kebijakan netralitas yang bermusuhan terhadap Rusia, dan, meskipun tidak berperang, mendukung koalisi Anglo-Prancis. Setelah meninggalkan aliansinya dengan Rusia, Austria secara diplomatis diisolasi setelah perang, yang berkontribusi pada non-intervensi Rusia dalam Perang Prancis-Austria tahun 1859, yang berarti berakhirnya pengaruh Austria di Italia; dan dalam Perang Austro-Prusia tahun 1866, dengan hilangnya pengaruhnya di sebagian besar negeri berbahasa Jerman.

Selama Perang Saudara Amerika (1861–1865), Rusia mendukung Persatuan, sebagian besar karena pandangan bahwa AS berfungsi sebagai penyeimbang saingan geopolitik mereka, Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia. Pada tahun 1863, armada Baltik dan Pasifik Angkatan Laut Rusia menjalani musim dingin di pelabuhan Amerika di New York dan San Francisco.



Monumen Pembebasan Tsar di pusat kota Sofia, ibu kota Bulgaria

Perjanjian Paris tahun 1856 berdiri sampai tahun 1871, ketika Prusia mengalahkan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia. Selama masa pemerintahannya, Napoleon III, yang sangat menginginkan dukungan dari Britania Raya, menentang Rusia atas Pertanyaan Timur. Prancis meninggalkan penentangannya terhadap Rusia setelah berdirinya Republik Prancis Ketiga. Didorong oleh sikap baru diplomasi Prancis dan didukung oleh Kanselir Jerman Otto von Bismarck, Rusia membatalkan klausul Laut Hitam dari perjanjian Paris yang disepakati pada tahun 1856. Karena Britania Raya dengan Austria[46] tidak dapat menegakkan klausul tersebut, Rusia pernah kembali membentuk armada di Laut Hitam. Prancis, setelah Perang Prancis-Prusia dan hilangnya Alsace-Lorraine, sangat memusuhi Jerman, dan mempertahankan hubungan persahabatan dengan Rusia.

Dalam Perang Rusia-Turki (1877–1878) negara bagian Rumania, Serbia, dan Montenegro memperoleh pengakuan internasional atas kemerdekaan mereka dan Bulgaria memperoleh otonominya dari pemerintahan langsung Ottoman. Rusia mengambil alih Bessarabia Selatan, hilang pada tahun 1856.

-       Akhir Perang Kaukasia



Imam Shamil menyerah kepada Pangeran Baryatinsky pada tanggal 25 Agustus 1859.

Perang Rusia-Sirkasia berakhir sebagai kemenangan Rusia selama pemerintahan Alexander II. Tepat sebelum perang berakhir, Tentara Rusia, di bawah perintah kaisar, berusaha untuk melenyapkan "pendaki gunung" Sirkasia dalam genosida Sirkasia, yang sering disebut sebagai "pembersihan" dan "genosida" dalam beberapa dialog bersejarah. Pada tahun 1857, Dmitry Milyutin pertama kali menerbitkan gagasan pengusiran massal penduduk asli Sirkasia. Milyutin berargumen bahwa tujuannya bukan hanya untuk memindahkan mereka agar tanah mereka dapat dihuni oleh petani produktif, melainkan bahwa "memusnahkan orang Sirkasia akan menjadi tujuan itu sendiri - untuk membersihkan tanah dari unsur-unsur yang bermusuhan". Tsar Alexander II mendukung rencana tersebut. Sebagian besar masyarakat adat di wilayah tersebut secara etnis dibersihkan dari tanah air mereka pada akhir Perang Rusia-Sirkasia oleh Rusia. Deportasi besar-besaran diluncurkan terhadap penduduk yang tersisa sebelum akhir perang pada tahun 1864 dan sebagian besar diselesaikan pada tahun 1867. Hanya sebagian kecil yang diterima untuk menyerah dan bermukim kembali di dalam Kekaisaran Rusia. Populasi Sirkasia yang tersisa yang menolak untuk menyerah dengan demikian dibubarkan, dimukimkan kembali, disiksa, dan sebagian besar waktu, dibunuh secara massal.

-       Pembebasan Bulgaria

Pada bulan April 1876, penduduk Bulgaria di Balkan memberontak melawan pemerintahan Ottoman di Bulgaria. Otoritas Ottoman menekan Pemberontakan April, menyebabkan protes umum di seluruh Eropa. Beberapa intelektual dan politisi terkemuka di Benua Eropa, terutama Victor Hugo dan William Gladstone, berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang kekejaman yang dilakukan Turki terhadap penduduk Bulgaria. Untuk mengatasi krisis baru dalam "masalah Timur" ini, Konferensi Konstantinopel diadakan oleh Kekuatan Besar di Konstantinopel pada akhir tahun. Para peserta Konferensi gagal mencapai kesepakatan akhir. Setelah kegagalan Konferensi Konstantinopel, pada awal tahun 1877, Kaisar Alexander II memulai persiapan diplomatik dengan Kekuatan Besar lainnya untuk mengamankan kenetralan mereka jika terjadi perang antara Rusia dan Ottoman. Alexander II menganggap perjanjian semacam itu sangat penting untuk menghindari kemungkinan menyebabkan bencana yang mirip dengan Perang Krimea bagi negaranya.

Pada tahun 1877, jenderal Rusia Iosif Gurko membebaskan Veliko Tarnovo, mengakhiri kekuasaan Kekaisaran Ottoman selama 480 tahun.

Kaisar Rusia berhasil dalam upaya diplomatiknya. Setelah mendapat persetujuan untuk tidak terlibat oleh Kekuatan Besar lainnya, pada 17 April 1877 Rusia menyatakan perang terhadap Kekaisaran Ottoman. Rusia, dibantu oleh Tentara Rumania di bawah panglima tertingginya, Raja Carol I (saat itu Pangeran Rumania), yang berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan Rumania dari Ottoman juga, berhasil melawan Turki dan Perang Rusia-Turki tahun 1877–1878 diakhiri dengan penandatanganan Perjanjian perdamaian awal San Stefano pada tanggal 19 Februari (3 Maret N.S.) 1878. Perjanjian tersebut dan Kongres Berlin berikutnya (Juni–Juli 1878) memastikan munculnya negara Bulgaria merdeka untuk pertama kalinya sejak 1396 , dan anggota parlemen Bulgaria memilih keponakan tsar, Pangeran Alexander dari Battenberg, sebagai penguasa pertama Bulgaria. Untuk reformasi sosialnya di Rusia dan perannya dalam pembebasan Bulgaria, Alexander II dikenal di Bulgaria sebagai "Tsar-Liberator Rusia dan Bulgaria". Sebuah monumen Alexander II didirikan pada tahun 1907 di Sofia di alun-alun "Majelis Nasional", di seberang gedung Parlemen. Monumen tersebut menjalani rekonstruksi lengkap pada tahun 2012, didanai oleh Pemerintah Kota Sofia dan beberapa yayasan Rusia. Prasasti di monumen itu berbunyi dengan gaya Bulgaria Kuno: "Kepada Tsar-Liberator dari Bulgaria yang bersyukur". Ada sebuah museum yang didedikasikan untuk Alexander di kota Pleven, Bulgaria.

-       Upaya pembunuhan

Pada bulan April 1866, ada percobaan pembunuhan kaisar di St. Petersburg oleh Dmitry Karakozov. Untuk memperingati pelariannya dari kematian (yang dia sendiri sebut hanya sebagai "peristiwa 4 April 1866"), sejumlah gereja dan kapel dibangun di banyak kota Rusia. Viktor Hartmann, seorang arsitek Rusia, bahkan membuat sketsa desain gerbang monumental (yang tidak pernah dibangun) untuk memperingati peristiwa tersebut. Mussorgsky yang sederhana kemudian menulis Pictures at an Exhibition; gerakan terakhirnya, "Gerbang Besar Kiev", didasarkan pada sketsa Hartmann.

Selama Pameran Dunia 1867 imigran Polandia Antoni Berezowski menyerang gerbong yang berisi Alexander, kedua putranya dan Napoleon III. Pistol laras ganda yang dia modifikasi sendiri salah tembak dan mengenai kuda pengawal kavaleri.

Pada pagi hari tanggal 20 April 1879, Alexander sedang berjalan cepat menuju Lapangan Staf Pengawal dan menghadapi Alexander Soloviev, seorang mantan siswa berusia 33 tahun. Setelah melihat revolver yang mengancam di tangannya, Kaisar melarikan diri dengan pola zigzag. Soloviev melepaskan tembakan lima kali tetapi meleset; dia dijatuhi hukuman mati dan digantung pada 28 Mei.

Siswa itu bertindak sendiri, tetapi kaum revolusioner lainnya sangat ingin membunuh Alexander. Pada bulan Desember 1879, Narodnaya Volya (Kemauan Rakyat), sebuah kelompok revolusioner radikal yang berharap dapat memicu revolusi sosial, mengorganisir sebuah ledakan di rel kereta api dari Livadia ke Moskow, tetapi mereka ketinggalan kereta kaisar.

Pada malam tanggal 5 Februari 1880 Stephan Khalturin, juga dari Narodnaya Volya, melancarkan serangan tepat waktu di bawah ruang makan Istana Musim Dingin, tepat di ruang istirahat para penjaga di lantai bawah, menewaskan 11 orang dan melukai 30 lainnya. The New York Times (4 Maret 1880) melaporkan "dinamit yang digunakan dimasukkan ke dalam kotak besi, dan diledakkan oleh sistem jarum jam yang digunakan oleh pria Thomas di Bremen beberapa tahun yang lalu." Namun, makan malam telah ditunda karena keterlambatan kedatangan keponakan tsar, Pangeran Bulgaria, sehingga tsar dan keluarganya tidak berada di ruang makan pada saat ledakan dan tidak terluka

-       Pembunuhan

Setelah upaya pembunuhan terakhir pada Februari 1880, Count Loris-Melikov diangkat sebagai kepala Komisi Eksekutif Tertinggi dan diberi kekuasaan luar biasa untuk melawan kaum revolusioner. Proposal Loris-Melikov menyerukan suatu bentuk badan parlementer, dan Kaisar tampaknya setuju; rencana ini tidak pernah terwujud.

Pada 13 Maret [O.S. 1 Maret] 1881, Alexander dibunuh di Saint Petersburg.

Ledakan itu menewaskan salah satu Cossack dan melukai pengemudinya.

Seperti yang diketahui dia lakukan setiap hari Minggu selama bertahun-tahun, kaisar pergi ke Mikhailovsky Manège untuk absensi militer. Dia melakukan perjalanan ke dan dari Manège dengan gerbong tertutup ditemani oleh lima Cossack dan Frank (Franciszek) Joseph Jackowski, seorang bangsawan Polandia, dengan Cossack keenam duduk di sebelah kiri kusir. Gerbong kaisar diikuti oleh dua kereta luncur yang ditumpangi, antara lain kepala polisi dan kepala pengawal kaisar. Rutenya, seperti biasa, melalui Kanal Catherine dan melewati Jembatan Pevchesky.

Jalan itu diapit oleh trotoar sempit untuk umum. Seorang anggota muda dari gerakan Narodnaya Volya ("Keinginan Rakyat"), Nikolai Rysakov, membawa bungkusan putih kecil yang dibungkus sapu tangan. Dia kemudian mengatakan tentang usahanya untuk membunuh Tsar:

Pembunuhan Alexander II, digambar oleh G. Broling, 1881 

Setelah ragu sejenak, saya melempar bom. Saya mengirimnya ke bawah kuku kuda dengan anggapan akan meledak di bawah gerbong... Ledakan itu menjatuhkan saya ke pagar.

Ledakan tersebut, yang menewaskan salah satu Cossack dan melukai parah pengemudi dan orang-orang di trotoar, hanya merusak gerbong antipeluru, hadiah dari Napoleon III dari Prancis. Kaisar muncul terguncang tapi tidak terluka. Rysakov segera ditangkap. Kepala Polisi Dvorzhitsky mendengar Rysakov berteriak kepada orang lain di tengah kerumunan. Dvorzhitzky menawarkan untuk mengantar Tsar kembali ke Istana dengan kereta luncurnya. Tsar setuju, tetapi dia memutuskan untuk melihat pelakunya terlebih dahulu, dan memeriksa kerusakannya. Ia mengungkapkan rasa prihatin terhadap para korban. Untuk pertanyaan cemas dari rombongannya, Alexander menjawab, "Alhamdulillah, saya tidak tersentuh".

Namun demikian, anggota muda kedua dari Narodnaya Volya, Ignacy Hryniewiecki, berdiri di dekat pagar kanal, mengangkat kedua tangannya dan melemparkan sesuatu ke kaki kaisar. Dia diduga berteriak, "Masih terlalu dini untuk berterima kasih kepada Tuhan". Dvorzhitsky kemudian menulis:

Saya tuli oleh ledakan baru, terbakar, terluka dan terlempar ke tanah. Tiba-tiba, di tengah asap dan kabut bersalju, saya mendengar suara lemah Yang Mulia berteriak, 'Tolong!' Mengumpulkan kekuatan apa yang saya miliki, saya melompat dan bergegas ke kaisar. Yang Mulia setengah berbaring, setengah duduk, bersandar di lengan kanannya. Mengira dia hanya terluka parah, aku mencoba mengangkatnya tetapi kaki tsar hancur, dan darah mengucur dari sana. Dua puluh orang, dengan luka dengan berbagai tingkat, tergeletak di trotoar dan di jalan. Ada yang berhasil berdiri, ada yang merangkak, ada pula yang mencoba keluar dari bawah tubuh yang telah jatuh menimpa mereka. Melalui salju, puing-puing, dan darah Anda bisa melihat potongan-potongan pakaian, tanda pangkat, pedang, dan potongan daging manusia yang berdarah.

Belakangan, diketahui ada pembom ketiga di tengah kerumunan. Ivan Emelyanov berdiri siap, memegang tas kerja berisi bom yang akan digunakan jika dua pengebom lainnya gagal.

Alexander dibawa dengan kereta luncur ke Istana Musim Dingin ke ruang kerjanya di mana hampir pada hari yang sama dua puluh tahun sebelumnya, dia telah menandatangani Dekrit Emansipasi yang membebaskan para budak. Alexander berdarah sampai mati, dengan kakinya robek, perutnya robek, dan wajahnya dimutilasi. Anggota keluarga Romanov bergegas ke tempat kejadian.

Kaisar yang sekarat diberi Komuni dan Ritus Terakhir. Ketika dokter yang merawat, Sergey Botkin, ditanya berapa lama, dia menjawab, "Hingga lima belas menit." Pukul 3:30 hari itu, panji Alexander II (bendera pribadinya) diturunkan untuk terakhir kalinya.

-       Akibat

Kematian Alexander II menyebabkan kemunduran besar bagi gerakan reformasi. Salah satu tindakan terakhirnya adalah persetujuan reformasi konstitusional Mikhail Loris-Melikov. Meskipun reformasi itu konservatif dalam praktiknya, signifikansinya terletak pada nilai yang diberikan Alexander II kepada mereka: "Saya telah memberikan persetujuan saya, tetapi saya tidak menyembunyikan dari diri saya fakta bahwa ini adalah langkah pertama menuju konstitusi." Dalam hitungan 48 jam, Alexander II berencana untuk merilis rencana ini kepada rakyat Rusia. Sebaliknya, setelah suksesi, Alexander III, di bawah nasihat Konstantin Pobedonostsev, memilih untuk meninggalkan reformasi ini dan melanjutkan untuk menjalankan kebijakan kekuasaan otokratis yang lebih besar.

Gereja Savior on Blood dibangun di lokasi pembunuhan Alexander II.

Pembunuhan itu memicu penindasan besar-besaran terhadap kebebasan sipil di Rusia, dan kebrutalan polisi meledak kembali dengan kekuatan penuh setelah mengalami beberapa pengekangan di bawah pemerintahan Alexander II, yang kematiannya disaksikan secara langsung oleh putranya, Alexander III, dan cucunya, Nicholas II. , kedua kaisar masa depan yang bersumpah untuk tidak mengalami nasib yang sama menimpa mereka. Keduanya menggunakan Okhrana untuk menangkap pengunjuk rasa dan mencabut kelompok pemberontak yang dicurigai, menciptakan penindasan lebih lanjut terhadap kebebasan pribadi bagi rakyat Rusia. Serangkaian pogrom anti-Yahudi dan undang-undang antisemit, Hukum Mei, adalah hasil lainnya.

Terakhir, pembunuhan tsar juga mengilhami kaum anarkis untuk mengadvokasi "'propaganda dengan perbuatan'—penggunaan tindakan kekerasan yang spektakuler untuk menghasut revolusi."

Pada tahun 1881, Gereja Alexander, yang dirancang oleh Theodor Decker dan dinamai Alexander II, diselesaikan di Tampere. Juga, dengan konstruksi yang dimulai pada tahun 1883, Gereja Juru Selamat di Atas Darah dibangun di lokasi pembunuhan Alexander dan didedikasikan untuk mengenangnya.

-       Pernikahan dan anak-anak

Pada tahun 1838–39, bujangan muda, Alexander melakukan Grand Tour of Europe yang merupakan standar bagi pemuda di kelasnya saat itu. Salah satu tujuan dari tur tersebut adalah untuk memilih pengantin yang cocok untuk dirinya sendiri.

-       Pernikahan pertama

Ayahnya Nicholas I dari Rusia menyarankan Putri Alexandrine dari Baden sebagai pilihan yang cocok, tetapi dia siap untuk mengizinkan Alexander memilih pengantinnya sendiri, selama dia bukan Katolik Roma atau orang biasa. Alexander tinggal selama tiga hari dengan gadis Ratu Victoria. Keduanya rukun, tetapi tidak ada pertanyaan tentang pernikahan antara dua raja besar.

Kaisar Alexander II dan istrinya, Permaisuri Maria, bersama putra mereka, calon Alexander III oleh Sergei Lvovich Levitsky 1870

Di Jerman, Alexander melakukan perhentian yang tidak direncanakan di Darmstadt. Dia enggan menghabiskan "malam yang mungkin membosankan" dengan tuan rumah mereka Louis II, Adipati Agung Hesse dan Rhine, tetapi dia setuju untuk melakukannya karena Vasily Zhukovsky bersikeras bahwa rombongannya kelelahan dan perlu istirahat. Saat makan malam, dia bertemu dan terpesona oleh Putri Marie, putri Louis II yang berusia 14 tahun, Adipati Agung Hesse. Dia begitu terpesona sehingga dia menyatakan bahwa dia lebih baik meninggalkan suksesi daripada tidak menikahinya. Dia menulis kepada ayahnya: "Saya sangat menyukainya pada pandangan pertama. Jika Anda mengizinkannya, ayah tersayang, saya akan kembali ke Darmstadt setelah Inggris." Ketika dia meninggalkan Darmstadt, dia memberinya liontin yang berisi sehelai rambutnya.

Orang tua Alexander awalnya tidak mendukung keputusannya untuk menikahi Putri Marie dari Hesse. Ada desas-desus yang meresahkan tentang paternitasnya. Meskipun ia adalah putri sah Ludwig II, Adipati Agung Hesse dan Rhine, ada desas-desus bahwa Marie adalah putri kandung dari kekasih ibunya, Baron August von Senarclens de Grancy. Orang tua Alexander khawatir Marie bisa mewarisi konsumsi ibunya. Ibu Alexander menganggap keluarga Hesse jauh lebih rendah daripada keluarga Hohenzollern dan Romanov.

Pada bulan April 1840, pertunangan Aleksander dengan Putri Marie diumumkan secara resmi. Pada bulan Agustus, Marie yang berusia 16 tahun meninggalkan Darmstadt menuju Rusia. Pada bulan Desember, dia diterima di Gereja Ortodoks dan diberi nama Maria Alexandrovna.

Pada 16 April 1841, dalam usia 23 tahun, Tsarevitch Alexander menikahi Marie di St.

Pernikahan itu menghasilkan enam putra dan dua putri:

                              i.        Grand Duchess Alexandra Alexandrovna dari Rusia (30 Agustus 1842 – 10 Juli 1849), dijuluki Lina, meninggal karena meningitis bayi di St. Petersburg pada usia enam tahun

                             ii.        Nicholas Alexandrovich, Tsesarevich dari Rusia (20 September 1843 – 24 April 1865), bertunangan dengan Putri Dagmar dari Denmark

                            iii.        Kaisar Alexander III (10 Maret 1845 – 1 November 1894) menikah dengan Putri Dagmar dari Denmark pada 9 November 1866. Mereka memiliki enam orang anak.

                           iv.        Adipati Agung Vladimir Alexandrovich dari Rusia (22 April 1847 – 17 Februari 1909) ia menikah dengan Duchess Marie dari Mecklenburg-Schwerin pada tanggal 28 Agustus 1874. Mereka memiliki lima anak.

                             v.        Adipati Agung Alexei Alexandrovich (14 Januari 1850 – 14 November 1908) menikah dengan Alexandra Zhukovskaya pada tahun 1870. Mereka memiliki seorang putra.

                           vi.        Adipati Agung Maria Alexandrovna dari Rusia (17 Oktober 1853 – 24 Oktober 1920) menikah dengan Alfred, Adipati Saxe-Coburg dan Gotha pada tanggal 23 Januari 1874. Mereka memiliki enam orang anak.

                          vii.        Adipati Agung Sergei Alexandrovich dari Rusia (11 Mei 1857 – 17 Februari 1905) ia menikahi Putri Elisabeth dari Hesse dan oleh Rhine pada tanggal 15 Juni 1884. Mereka tidak memiliki anak.

                         viii.        Adipati Agung Paul Alexandrovich dari Rusia (3 Oktober 1860 – 24 Januari 1919) ia menikahi Putri Alexandra dari Yunani dan Denmark pada tanggal 17 Juni 1889. Mereka memiliki dua orang anak. Dia menikah lagi dengan Olga Karnovich pada 10 Oktober 1902. Mereka memiliki tiga anak.

Alexander secara khusus menaruh harapan pada putra sulungnya, Tsarevich Nicholas. Pada tahun 1864, Alexander II menemukan Nicholas seorang pengantin wanita, Putri Dagmar dari Denmark, putri kedua Raja Christian IX dari Denmark dan adik perempuan dari Alexandra, Putri Wales dan Raja George I dari Yunani. Pada tahun 1865, Nicholas meninggal karena meningitis serebrospinal. Alexander sangat terpukul oleh kematian Nicholas, dan keponakannya Adipati Agung Alexander Mikhailovich dari Rusia mencerminkan bahwa "bahunya bengkok, dan dia berjalan sangat lambat sehingga kami semua merasa seolah-olah kehilangannya telah merampas semua kekuatannya."

Putra kedua Alexander, Grand Duke Alexander menjadi tsarevich dan menikah dengan tunangan mendiang Tsarevich Nicholas. Pasangan itu menikah pada November 1866, dengan Dagmar beralih ke Ortodoksi dan mengambil nama Maria Feodorovna.

Alexander semakin terasing dari putra keduanya, Adipati Agung Alexander.

Anak kesayangan Alexander adalah putrinya, Grand Duchess Marie Alexandrovna. Dia merenungkan bahwa putrinya "tidak pernah membuat kami bahagia. Kami kehilangan gadis tertua kami dan kami sangat mengharapkan yang lain - kelahirannya adalah kegembiraan dan kesenangan, tidak dapat dijelaskan, dan seluruh hidupnya telah menjadi kelanjutan ." Pada tahun 1873, terjadi pertengkaran antara istana Ratu Victoria dan Alexander II, ketika putra kedua Victoria, Pangeran Alfred, mengumumkan bahwa dia ingin menikah dengan Grand Duchess. Tsar keberatan dengan permintaan ratu agar putrinya datang ke Inggris untuk bertemu dengannya, dan setelah pernikahan Januari 1874 di St. Petersburg, tsar bersikeras agar putrinya didahulukan daripada Putri Wales, yang ditolak ratu. . Belakangan tahun itu, setelah menghadiri upacara pertunangan putra keduanya yang masih hidup, Vladimir, dengan Marie dari Mecklenburg-Schwerin di Berlin, Alexander II, bersama putra ketiganya, Alexei, yang menemaninya, melakukan kunjungan ke Inggris. Meskipun bukan kunjungan kenegaraan, tetapi hanya perjalanan untuk melihat putrinya, dia tetap mengambil bagian dalam resepsi di Istana Buckingham dan Marlborough House, memeriksa artileri di Royal Arsenal di Woolwich, meninjau pasukan di Aldershot dan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Disraeli dan Perdana Menteri. pemimpin oposisi, William Gladstone. Disraeli mengamati tsar bahwa "penampilan dan tingkah lakunya anggun dan anggun, tetapi ekspresi wajahnya, yang sekarang dapat saya amati dengan sangat cermat, menyedihkan. Entah itu rasa kenyang, atau kesepian despotisme, atau ketakutan akan kekerasan. kematian, saya tidak tahu, tapi itu adalah wajah, menurut saya, kebiasaan berkabung."

Pada tahun 1866, Alexander II mengambil seorang gundik, Catherine Dolgorukova, yang dengannya dia akan menjadi ayah dari tiga anak yang masih hidup. Pada tahun 1880, dia memindahkan gundiknya dan anak-anak mereka ke Istana Musim Dingin. Perselingkuhan Alexander mengasingkan semua anaknya kecuali Alexei dan Marie Alexandrovna. Anggota istana menyebarkan cerita bahwa Permaisuri Marie yang sekarat terpaksa mendengar suara anak-anak Catherine bergerak di atas kepala, tetapi kamar mereka masing-masing sebenarnya jauh. Pada Mei 1880, Grand Duchess Marie Alexandrovna mengunjungi Rusia untuk melihat ibunya yang sekarat. Dia ngeri mengetahui bahwa Catherine tinggal di Istana dan dia menghadapinya. Terkejut dengan hilangnya dukungan dari putrinya, dia diam-diam mundur ke Istana Gatchina untuk tinjauan militer. Pertengkaran itu, bagaimanapun, ternyata, cukup mengejutkan hati nuraninya untuk membuatnya kembali ke St. Petersburg setiap pagi untuk menanyakan kesehatan istrinya.

 

Permaisuri Marie Alexandrovna menderita TBC. Dia menyerah pada 3 Juni 1880.

-       Pernikahan kedua

Pada 18 Juli [O.S. 6 Juli] 1880, Alexander II menikahi gundiknya Catherine Dolgorukova secara morganatis dalam sebuah upacara rahasia di Tsarskoe Selo. Tindakan itu menghebohkan keluarga dan pengadilan. Itu melanggar adat Ortodoks yang membutuhkan masa berkabung minimal 40 hari antara kematian pasangan dan pernikahan kembali pasangan yang masih hidup, menimbulkan kritik di pengadilan asing. Alexander menganugerahi Catherine gelar Putri Yurievskaya dan melegitimasi anak-anak mereka.



Tsar Alexander II, foto oleh Sergei Lvovich Levitsky, 1881 (Koleksi Pribadi Di Rocco Wieler, Toronto, Kanada)

Sebelum menikah, Alexander dan Catherine memiliki empat anak:

                              i.        Pangeran George Alexandrovich Yuryevsky (12 Mei 1872 – 13 September 1913) menikah dengan Countess Alexandra von Zarnekau pada tanggal 11 Februari 1900 dan mereka bercerai pada tahun 1908. Mereka memiliki seorang putra.

                             ii.        Putri Olga Alexandrovna Yurievskaya (7 November 1873 – 10 Agustus 1925) menikah dengan Pangeran Georg dari Merenberg pada tanggal 12 Mei 1895. Mereka memiliki tiga anak.

                            iii.        Pangeran Boris Alexandrovich Yurievsky (23 Februari – 11 April 1876)

                           iv.        Putri Catherine Alexandrovna Yurievskaya (9 September 1878 – 22 Desember 1959) menikah dengan Pangeran Alexander Vladimirovich Baryatinsky (1870–1910) pada tanggal 18 Oktober 1901. Mereka memiliki dua putra. Ia menikah lagi dengan Pangeran Sergei Platonovich Obolensky pada 6 Oktober 1916 dan mereka bercerai pada 1924.

 

-       Dalam fiksi

Alexander II muncul secara mencolok dalam dua bab pembuka dari Michael Strogoff karya Jules Verne (diterbitkan pada tahun 1876 selama masa hidup Alexander sendiri). Kaisar menggerakkan plot buku itu dan mengirim protagonisnya yang eponymous pada misi berbahaya dan vital yang akan menempati sisa buku itu. Verne menghadirkan Alexander II dalam sudut pandang yang sangat positif, sebagai raja yang tercerahkan namun tegas, menangani pemberontakan dengan percaya diri dan tegas. Liberalisme Alexander terlihat dalam dialog dengan kepala polisi, yang mengatakan "Ada suatu masa, Tuan, ketika TIDAK ADA yang kembali dari Siberia", yang segera ditegur oleh Kaisar yang menjawab: "Nah, selama saya hidup, Siberia adalah dan akan menjadi negara tempat pria BISA kembali."

Film-film Katia (1938) dan Magnificent Sinner (1959) menggambarkan kisah romansa tsar yang sangat fiksi dengan wanita yang menjadi istri keduanya.

Dalam The Tiger in the Well, Philip Pullman mengacu pada pembunuhan tersebut – meskipun dia tidak pernah menyebutkan nama Alexander – dan pogrom yang mengikutinya. Serangan anti-Yahudi memainkan peran penting dalam plot novel. Thriller sejarah Andrew Williams, To Kill A Tsar, menceritakan kisah revolusioner The People's Will dan pembunuhan melalui mata seorang dokter Anglo-Rusia yang tinggal di St Petersburg.

Drama pertama Oscar Wilde, Vera; atau, The Nihilists, ditulis pada tahun 1880—tahun terakhir Alexander II—menampilkan kaum revolusioner Rusia yang berusaha membunuh Kaisar yang berpikiran reformasi (dan yang, dalam drama tersebut, akhirnya gagal dalam rencana mereka). Meskipun Kaisar fiksi Wilde berbeda dari Alexander yang sebenarnya, peristiwa kontemporer di Rusia - sebagaimana diterbitkan dalam pers Inggris saat itu - jelas memengaruhi Wilde.

Alasan Alexander II untuk menjual Alaska ke Amerika Serikat pada tahun 1867 difiksikan dalam epilog novel Empat Puluh Sembilan oleh Boris Pronsky dan Craig Britton, dalam bentuk surat kepada Catherine Dolgorukova. Sebelum itu, buku tersebut mengeksplorasi peristiwa segera setelah upaya pembunuhan pertama terhadap Tsar pada tahun 1866, serta hubungannya dengan saudara laki-lakinya, Adipati Agung Konstantin Nikolayevich.

-       Galeri

 

Potret Kaisar Aleksandr II mengenakan mantel besar dan topi dari Resimen Kuda-Pengawal Kekaisaran. sekitar tahun 1865

 

 

Aleksandr II, oleh Sergei Lvovich Levitsky, 1860 (Koleksi Pribadi Di Rocco Wieler, Toronto, Kanada)

 


Aleksandr II, oleh Sergei Lvovich Levitsky, 1860 (Koleksi Pribadi Di Rocco Wieler, Toronto, Kanada)

 

Aleksandr II, potret oleh Konstantin Makovsky. 1881

 



Monumen Tsar Pembebasan di Sofia memuji Aleksandr II menentukan peran dalam Pembebasan Bulgaria dari pemerintahan Ottoman selama Perang Rusia-Turki (1877–1878).

 

  

Monumen Aleksandr II di Częstochowa.

 

 

Monumen Aleksandr II di Plovdiv, Bulgaria

 

·         Aleksandr III 

Alexander III

Алекса́ндр III Алекса́ндрович

 

Kaisar Alexader III

Kaisar Rusia

Pemerintahan : 13 Maret 1881 – 1 November 1894

Penobatan : 27 Mei 1883

Pendahulu : Alexander II

Penerus : Nicholas II

Lahir : 10 Maret 1845

Istana : Musim Dingin, Saint Petersburg, Kekaisaran Rusia

Meninggal : 1 November 1894 (umur 49), Istana Maley, Livadia, Kegubernuran Taurida, Kekaisaran Rusia

Pemakaman : 18 November 1894, Katedral Peter dan Paul, Saint Petersburg, Kekaisaran Rusia

Pasangan : Maria Feodorovna (Dagmar dari Denmark)

Masalah Detil :

Ø  Nicholas II dari Rusia

Ø  Adipati Agung Alexander

Ø  Adipati Agung George

Ø  Adipati Agung Xenia

Ø  Adipati Agung Michael

Ø  Adipati Agung Olga

Nama : Alexander Alexandrovich Romanov

Rumah : Romanov-Holstein-Gottorp

Ayah :  Alexander II dari Rusia

Ibu : Maria Alexandrovna (Marie dari Hesse)

Agama : Ortodoks Rusia

Alexander III (bahasa Rusia: Алекса́ндр III Алекса́ндрович, tr. Aleksandr III Aleksandrovich; 10 Maret 1845 – 1 November 1894)[1] adalah Kaisar Rusia, Raja Polandia, dan Adipati Agung Finlandia dari 13 Maret 1881 hingga kematiannya pada tahun 1894.[ 2] Dia sangat reaksioner dan membalikkan beberapa reformasi liberal ayahnya, Alexander II. Kebijakan ini dikenal di Rusia sebagai "kontra-reformasi" (bahasa Rusia: контрреформы). Di bawah pengaruh Konstantin Pobedonostsev (1827–1907), dia menentang setiap reformasi yang membatasi pemerintahan otokratisnya. Selama masa pemerintahannya, Rusia tidak berperang besar; karena itu dia dijuluki "Pembawa Damai" (Rusia: Миротворец, tr. Mirotvorets, IPA: [mʲɪrɐˈtvorʲɪt͡s]). Dialah yang membantu membentuk Aliansi Rusia-Prancis.

 

-       Kepribadian

Adipati Agung Alexander Alexandrovich lahir pada tanggal 10 Maret 1845 di Istana Musim Dingin di Saint Petersburg, Kekaisaran Rusia, putra kedua dan anak ketiga dari Tsesarevich Alexander (Alexander II Masa Depan) dan istri pertamanya Maria Alexandrovna (née Putri Marie dari Hesse). Ia lahir pada masa pemerintahan kakeknya Nicholas I.

 Alexander III sebagai Tsesarevich, oleh Sergei Lvovich Levitsky, 1865

Dalam wataknya, Alexander memiliki sedikit kemiripan dengan ayahnya yang berhati lembut dan liberal, dan masih kurang dari paman buyutnya Kaisar Alexander I yang halus, filosofis, sentimental, sopan, namun licik. Meskipun seorang musisi amatir yang antusias dan pelindung balet, Alexander dipandang kurang halus dan elegan. Memang, dia lebih menyukai gagasan memiliki tekstur kasar yang sama dengan beberapa subjeknya. Sikapnya yang lugas dan tiba-tiba terkadang terkesan kasar, sementara metodenya yang langsung dan tanpa hiasan dalam mengekspresikan dirinya selaras dengan baik dengan wajahnya yang kasar, tidak bergerak, dan gerakan yang agak lamban. Pendidikannya tidak sedemikian rupa untuk melunakkan kekhasan ini.

Alexander sangat kuat. Dia merobek paket kartu menjadi dua dengan tangan kosong untuk menghibur anak-anaknya. Ketika duta besar Austria di St. Petersburg mengatakan bahwa Austria akan memobilisasi dua atau tiga korps tentara melawan Rusia, dia memutar garpu perak menjadi simpul dan melemparkannya ke piring duta besar. Dia berkata, "Itulah yang akan saya lakukan pada dua atau tiga korps tentara Anda."

Tidak seperti istrinya yang ekstrover, Alexander tidak menyukai fungsi sosial dan menghindari St. Petersburg. Di pesta dansa istana, dia tidak sabar menunggu acara berakhir. Dia akan memerintahkan setiap musisi orkestra untuk pergi dan mematikan lampu sampai para tamu pergi.

Alexander takut pada kuda. Di masa kecilnya, dia memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan di gunung yang pemarah. Istrinya pernah meyakinkannya untuk pergi naik kereta bersamanya. Saat dia dengan enggan memasuki kereta, kuda-kuda itu mundur. Dia segera meninggalkan gerbong dan tidak ada permohonan dari istrinya yang dapat meyakinkannya untuk kembali.

Catatan dari memoar seniman Alexander Benois memberikan satu kesan tentang Alexander III:

Setelah pertunjukan balet Tsar Kandavl di Teater Mariinsky, saya pertama kali melihat Kaisar. Saya terpesona oleh ukuran pria itu, dan meskipun tidak praktis dan berat, dia tetaplah sosok yang perkasa. Memang ada sesuatu tentang muzhik [petani Rusia] tentang dia. Tatapan matanya yang cerah membuatku sangat terkesan. Saat dia melewati tempat saya berdiri, dia mengangkat kepalanya sejenak, dan sampai hari ini saya dapat mengingat apa yang saya rasakan saat mata kami bertemu. Itu adalah tatapan sedingin baja, di mana ada sesuatu yang mengancam, bahkan menakutkan, dan itu mengejutkanku. Tatapan Tsar! Penampilan seorang pria yang berdiri di atas segalanya, tetapi memikul beban yang sangat berat dan yang setiap menit harus mengkhawatirkan nyawanya dan nyawa orang-orang terdekatnya. Di tahun-tahun berikutnya saya berhubungan dengan Kaisar beberapa kali, dan saya tidak merasa sedikit pun malu. Dalam kasus yang lebih biasa, Tsar Alexander III bisa sekaligus baik hati, sederhana, dan bahkan nyaris bersahaja.

-       Masa Muda

Meskipun dia ditakdirkan untuk menjadi kaisar yang sangat kontra-reformasi, Alexander memiliki sedikit prospek untuk naik takhta selama dua dekade pertama hidupnya, karena dia memiliki seorang kakak laki-laki, Nicholas, yang tampaknya bertubuh kuat. Bahkan ketika Nicholas pertama kali menunjukkan gejala kesehatan yang lemah, anggapan bahwa dia mungkin mati muda tidak pernah dianggap serius, dan dia bertunangan dengan Putri Dagmar dari Denmark, putri Raja Christian IX dari Denmark dan Permaisuri Louise dari Denmark, dan yang saudara kandungnya termasuk Raja Frederick VIII dari Denmark, Permaisuri Alexandra dari Britania Raya dan Raja George I dari Yunani. Perhatian yang besar dicurahkan pada pendidikan Nicholas sebagai tsesarevich, sedangkan Alexander hanya menerima pelatihan dari Adipati Agung biasa pada periode itu. Ini termasuk berkenalan dengan bahasa Prancis, Inggris dan Jerman, dan latihan militer.

-       Sebagai Tsarevich

Alexander menjadi tsesarevich setelah kematian mendadak Nicholas pada tahun 1865. Dia sangat dekat dengan kakak laki-lakinya, dan dia sangat terpukul oleh kematian Nicholas. Ketika dia menjadi tsar, dia merenungkan bahwa "tidak ada yang memiliki pengaruh besar dalam hidup saya seperti saudara laki-laki dan teman tersayang saya Nixa [Nicholas]"[8] dan menyesalkan bahwa "tanggung jawab yang berat berada di pundak saya" ketika Nicholas meninggal.

Sebagai tsesarevich, Alexander mulai mempelajari prinsip-prinsip hukum dan administrasi di bawah Konstantin Pobedonostsev, yang saat itu menjadi profesor hukum perdata di Universitas Negeri Moskow dan kemudian (sejak 1880) kepala kejaksaan Sinode Suci Gereja Ortodoks di Rusia. Pobedonostsev menanamkan ke dalam benak pemuda itu keyakinan bahwa semangat untuk pemikiran Ortodoks Rusia merupakan faktor penting dari patriotisme Rusia yang harus dipupuk oleh setiap kaisar yang berpikiran benar. Sementara dia pewaris dari tahun 1865 hingga 1881 Alexander tidak memainkan peran penting dalam urusan publik, tetapi membiarkan diketahui bahwa dia memiliki ide yang tidak sesuai dengan prinsip pemerintahan yang ada.

Lukisan besar karya seniman Georges Becker tentang penobatan Kaisar Alexander III dan Permaisuri Maria Fyodorovna, yang berlangsung pada tanggal 27 Mei [O.S. 15 Mei] 1883 di Uspensky Sobor, Kremlin Moskwa. Di sebelah kiri mimbar dapat dilihat putra dan ahli warisnya yang masih kecil, Tsarevich Nicholas, dan di belakang Nicholas dapat dilihat seorang Grand Duke George muda.

Di ranjang kematiannya, Nicholas diduga mengungkapkan keinginannya agar tunangannya, Putri Dagmar dari Denmark, menikah dengan Alexander. Orang tua Alexander mendorong pertandingan tersebut. Pada tanggal 2 Juni 1866, Alexander pergi ke Kopenhagen untuk mengunjungi Dagmar. Saat mereka sedang melihat foto almarhum Nicholas, Alexander melamar Dagmar. Pada 9 November [O.S. 28 Oktober] 1866 di Gereja Agung Istana Musim Dingin di St. Petersburg, Alexander menikahi Dagmar, yang menjadi Kristen Ortodoks dan mengambil nama Maria Feodorovna. Persatuan itu terbukti bahagia sampai akhir; tidak seperti hampir semua pendahulunya sejak Peter I, tidak ada perzinahan dalam pernikahannya. Pasangan itu menghabiskan malam pernikahan mereka di dacha pribadi Tsarevich yang dikenal sebagai "Properti Saya".

Alexander dan ayahnya menjadi terasing karena pandangan politik mereka yang berbeda. Pada tahun 1870, Alexander II mendukung Prusia dalam Perang Prancis-Prusia, yang membuat marah Alexander yang lebih muda. Dipengaruhi oleh istrinya yang berkebangsaan Denmark, Dagmar, Alexander mengkritik "pemerintah picik" karena membantu "babi Prusia".

Alexander membenci ayahnya karena memiliki hubungan jangka panjang dengan Catherine Dolgorukov (dengan siapa dia memiliki beberapa anak haram) sementara ibunya, Permaisuri, menderita penyakit kronis. Dua hari setelah Permaisuri Marie meninggal, ayahnya mengatakan kepadanya, "Saya akan hidup seperti yang saya inginkan, dan persatuan saya dengan Putri Dolgorukova sudah pasti" tetapi meyakinkannya bahwa "hak Anda akan dilindungi." Alexander sangat marah atas keputusan ayahnya untuk menikahi Catherine sebulan setelah kematian ibunya, yang dia yakini "selamanya menghancurkan semua kenangan indah dalam kehidupan keluarga". Ayahnya mengancam akan mencabut hak warisnya jika dia meninggalkan pengadilan karena memprotes pernikahan tersebut. Dia secara pribadi mencela Catherine sebagai "orang luar" dan mengeluh bahwa dia "merancang dan tidak dewasa". Setelah pembunuhan ayahnya, dia merenungkan bahwa pernikahan ayahnya dengan Catherine telah menyebabkan tragedi itu: “Semua buih meledak dan menelan semua yang suci. Malaikat pelindung terbang dan semuanya berubah menjadi abu, akhirnya memuncak pada 1 Maret yang mengerikan dan tidak dapat dipahami."

-       Memerintah

Pada 13 Maret 1881 (N.S.) ayah Alexander, Alexander II, dibunuh oleh anggota organisasi ekstremis Narodnaya Volya. Akibatnya, ia naik tahta kekaisaran Rusia di Nennal. Dia dan Maria Feodorovna secara resmi dimahkotai dan diurapi di Katedral Asumsi di Moskow pada 27 Mei 1883. Kenaikan Alexander ke tahta diikuti oleh pecahnya kerusuhan anti-Yahudi.

Alexander dan istrinya Permaisuri Maria Fyodorovna sedang berlibur di Kopenhagen pada tahun 1893

Alexander III tidak menyukai kemewahan anggota keluarganya yang lain. Itu juga mahal bagi Mahkota untuk membayar begitu banyak adipati agung setiap tahun. Masing-masing menerima gaji tahunan 250.000 rubel, dan grand duchess menerima mahar satu juta ketika mereka menikah. Dia membatasi gelar grand duke dan duchess hanya untuk anak-anak dan cucu laki-laki dari kaisar. Sisanya akan menyandang gelar pangeran dan gaya Yang Mulia. Dia juga melarang pernikahan morganatik, serta pernikahan di luar Ortodoksi.

-       Kebijakan dalam Negeri

Pada hari pembunuhannya, Alexander II menandatangani sebuah ukaz yang membentuk komisi konsultatif untuk menasihati raja. Namun, saat naik tahta, Alexander III mengikuti nasihat Pobedonostsev dan membatalkan kebijakan tersebut sebelum dipublikasikan. Dia menjelaskan bahwa otokrasinya tidak akan dibatasi.

Alexander menerima para tetua distrik pedesaan di halaman Istana Petrovsky di Moskow; lukisan oleh Ilya Repin

Semua reformasi internal Alexander III bertujuan untuk membalikkan liberalisasi yang terjadi pada masa pemerintahan ayahnya. Kaisar baru percaya bahwa tetap setia pada Ortodoksi, Otokrasi, dan Kebangsaan Rusia (ideologi yang diperkenalkan oleh kakeknya, Kaisar Nicholas I) akan menyelamatkan Rusia dari agitasi revolusioner.

Foto tentang kedatangan Alexander III di Rumah Fontell (juga dikenal sebagai "Rumah Kaisar") untuk pertama kalinya pada 4 Agustus 1885, di Lappeenranta, Finlandia.

Alexander melemahkan kekuatan zemstvo (badan administratif lokal pilihan) dan menempatkan administrasi komune petani di bawah pengawasan pemilik tanah yang ditunjuk oleh pemerintahnya. "Kapten darat" (zemskiye nachalniki) ini ditakuti dan dibenci di seluruh komunitas petani Kekaisaran. [Rujukan?] Tindakan ini melemahkan kaum bangsawan dan kaum tani dan membawa administrasi Kekaisaran di bawah kendali pribadi Kaisar. Dalam kebijakan seperti itu Alexander III mengikuti nasihat Konstantin Pobedonostsev, yang mempertahankan kontrol Gereja di Rusia melalui masa jabatannya yang panjang sebagai Prokurator Sinode Suci (dari 1880 hingga 1905) dan yang menjadi guru putra dan pewaris Alexander, Nicholas. (Pobedonostsev muncul sebagai "Toporov" dalam novel Kebangkitan Tolstoy.) Penasihat konservatif lainnya termasuk Count D. A. Tolstoy (menteri pendidikan, dan kemudian urusan dalam negeri) dan I. N. Durnovo (penerus D. A. Tolstoy di pos terakhir). Mikhail Katkov dan jurnalis lainnya mendukung kaisar dalam otokrasinya.

Kelaparan Rusia tahun 1891–1892, yang menyebabkan 375.000 hingga 500.000 kematian, dan epidemi kolera berikutnya memungkinkan beberapa aktivitas liberal, karena pemerintah Rusia tidak dapat mengatasi krisis tersebut dan harus mengizinkan zemstvo untuk membantu memberikan bantuan (antara lain, Leo Tolstoy membantu upaya bantuan di tanah miliknya dan melalui pers Inggris, dan Chekhov mengarahkan tindakan pencegahan anti-kolera di beberapa desa).

Alexander memiliki tujuan politik Rusifikasi, yang melibatkan homogenisasi bahasa dan agama rakyat Rusia. Dia menerapkan perubahan seperti hanya mengajar bahasa Rusia di sekolah Rusia di Jerman, Polandia, dan Finlandia. Dia juga melindungi Ortodoksi Timur dan menghancurkan institusi budaya dan agama Jerman, Polandia, dan Swedia.

Koin 5 rubel Alexander III, 1888

Alexander memusuhi orang Yahudi; pemerintahannya menyaksikan kemerosotan tajam dalam kondisi ekonomi, sosial, dan politik orang Yahudi. Kebijakannya dengan penuh semangat diterapkan oleh pejabat tsar dalam "Hukum Mei" tahun 1882. Undang-undang ini mendorong sentimen anti-Yahudi terbuka dan lusinan pogrom di seluruh bagian barat kekaisaran. Akibatnya, banyak orang Yahudi beremigrasi ke Eropa Barat dan Amerika Serikat. Mereka melarang orang Yahudi untuk menghuni daerah pedesaan dan pemukiman (bahkan di dalam Pale of Settlement) dan membatasi pekerjaan yang dapat mereka lakukan.



Didorong oleh keberhasilan pembunuhan Alexander II, gerakan Narodnaya Volya mulai merencanakan pembunuhan Alexander III. Okhrana mengungkap plot tersebut dan lima konspirator, termasuk Aleksandr Ulyanov, kakak laki-laki Vladimir Lenin, ditangkap dan digantung pada Mei 1887.

-       Kebijakan luar Negeri

Konsensus negatif umum tentang kebijakan luar negeri tsar mengikuti kesimpulan Perdana Menteri Inggris Lord Salisbury pada tahun 1885:



Katedral Borki adalah salah satu dari banyak gereja yang dibangun untuk memperingati kelangsungan hidup ajaib Tsar dalam kecelakaan kereta tahun 1888

Sangat sulit untuk sampai pada kesimpulan yang memuaskan mengenai objek sebenarnya dari kebijakan Rusia. Saya lebih cenderung percaya tidak ada; bahwa Kaisar benar-benar Menterinya sendiri, dan Menteri yang begitu buruk sehingga tidak ada kebijakan konsekuen atau koheren yang ditempuh; tetapi setiap orang yang berpengaruh, militer atau sipil, merenggut darinya sebagai kesempatan menawarkan keputusan yang diinginkan orang tersebut pada saat itu dan efek timbal balik dari keputusan ini satu sama lain ditentukan hampir secara eksklusif oleh kebetulan.

Dalam urusan luar negeri Alexander III adalah orang yang cinta damai, tetapi tidak dengan harga berapa pun, dan berpendapat bahwa cara terbaik untuk menghindari perang harus dipersiapkan dengan baik untuk itu. Diplomat Nikolay Girs, keturunan dari keluarga kaya dan berkuasa, menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dari tahun 1882 hingga 1895 dan menetapkan kebijakan damai yang dipuji oleh Alexander. Girs adalah seorang arsitek dari Aliansi Prancis-Rusia tahun 1891, yang kemudian diperluas menjadi Triple Entente dengan tambahan Britania Raya. Aliansi itu membawa Prancis keluar dari isolasi diplomatik, dan memindahkan Rusia dari orbit Jerman ke koalisi dengan Prancis, yang sangat didukung oleh bantuan keuangan Prancis untuk modernisasi ekonomi Rusia. Girs bertanggung jawab atas diplomasi yang menampilkan banyak penyelesaian dan perjanjian yang dinegosiasikan dan konvensi. Perjanjian ini menentukan batas-batas Rusia dan mengembalikan keseimbangan ke situasi berbahaya yang tidak stabil. Keberhasilan paling dramatis datang pada tahun 1885, menyelesaikan ketegangan lama dengan Inggris Raya, yang mengkhawatirkan ekspansi Rusia ke selatan akan menjadi ancaman bagi India. Girs biasanya berhasil menahan kecenderungan agresif Tsar Alexander meyakinkannya bahwa kelangsungan hidup sistem Tsar bergantung pada penghindaran perang besar. Dengan wawasan mendalam tentang suasana hati dan pandangan tsar, Girs biasanya mampu membuat keputusan akhir dengan mengalahkan jurnalis, menteri, dan bahkan Tsarina yang bermusuhan, serta duta besarnya sendiri.

Meskipun Alexander marah atas perilaku kanselir Jerman Otto von Bismarck terhadap Rusia, dia menghindari perpecahan terbuka dengan Jerman — bahkan menghidupkan kembali Liga Tiga Kaisar untuk jangka waktu tertentu dan pada tahun 1887, menandatangani Perjanjian Reasuransi dengan Jerman. Namun, pada tahun 1890, berakhirnya perjanjian tersebut bertepatan dengan pemecatan Bismarck oleh kaisar Jerman yang baru, Kaiser Wilhelm II (yang sangat tidak disukai Tsar), dan keengganan pemerintah Wilhelm II untuk memperbarui perjanjian tersebut. Menanggapi Alexander III kemudian memulai hubungan baik dengan Prancis, akhirnya bersekutu dengan Prancis pada tahun 1892.

Alexander III dan Presiden Prancis Marie François Sadi Carnot menjalin aliansi

Terlepas dari hubungan yang dingin dengan Berlin, Tsar tetap membatasi dirinya untuk menjaga sejumlah besar pasukan di dekat perbatasan Jerman. Sehubungan dengan Bulgaria dia melakukan pengendalian diri yang serupa. Upaya Pangeran Alexander dan kemudian Stambolov untuk menghancurkan pengaruh Rusia di kerajaan membangkitkan kemarahannya, tetapi dia memveto semua proposal untuk campur tangan dengan kekuatan senjata.

Dalam urusan Asia Tengah dia mengikuti kebijakan tradisional untuk secara bertahap memperluas dominasi Rusia tanpa memprovokasi konflik dengan Britania Raya (lihat Insiden Panjdeh), dan dia tidak pernah membiarkan partisan yang suka berperang dari kebijakan maju lepas kendali. Pemerintahannya tidak dapat dianggap sebagai periode penting dalam sejarah Rusia; tetapi di bawah pemerintahannya yang keras, negara membuat kemajuan besar.

Alexander dan istrinya secara teratur menghabiskan musim panas mereka di manor Langinkoski di sepanjang Sungai Kymi dekat Kotka di pantai Finlandia, tempat anak-anak mereka tenggelam dalam gaya hidup Skandinavia yang relatif sederhana.



Alexander III dan Maria Feodorovna dalam lingkaran keluarga di beranda rumahnya di Langinkoski, Finlandia pada musim panas 1889.

Alexander menolak pengaruh asing, khususnya pengaruh Jerman, sehingga adopsi prinsip-prinsip nasional lokal tidak digunakan lagi di semua bidang kegiatan resmi, dengan maksud untuk mewujudkan cita-citanya tentang Rusia yang homogen dalam bahasa, administrasi, dan agama. Ide-ide ini bertentangan dengan ide ayahnya, yang memiliki simpati Jerman meskipun seorang patriot; Alexander II sering menggunakan bahasa Jerman dalam hubungan pribadinya, kadang-kadang mengejek Slavofil dan mendasarkan kebijakan luar negerinya pada aliansi Prusia.

Beberapa perbedaan antara ayah dan anak pertama kali muncul selama Perang Prancis-Prusia, ketika Alexander II mendukung kabinet Berlin sementara Tsesarevich tidak berusaha menyembunyikan simpatinya kepada Prancis. Sentimen ini akan muncul kembali selama tahun 1875–1879, ketika pertanyaan Timur menggairahkan masyarakat Rusia. Pada awalnya, Tsesarevich lebih Slavofil daripada pemerintah Rusia. Namun, sifat flegmatisnya menahannya dari banyak hal yang dilebih-lebihkan, dan ilusi populer apa pun yang mungkin dia serap telah dihilangkan dengan pengamatan pribadi di Bulgaria di mana dia memimpin sayap kiri tentara penyerang. Tidak pernah berkonsultasi tentang masalah politik, Alexander membatasi dirinya pada tugas militer dan memenuhinya dengan hati-hati dan tidak mengganggu. Setelah banyak kesalahan dan kekecewaan, tentara mencapai Konstantinopel dan Perjanjian San Stefano ditandatangani, tetapi banyak yang diperoleh dari dokumen penting itu harus dikorbankan di Kongres Berlin.

Alexander III dan Nicholas II pada prangko Prancis, c. 1896

Bismarck gagal melakukan apa yang diharapkan darinya oleh kaisar Rusia. Sebagai imbalan atas dukungan Rusia yang telah memungkinkan dia untuk menciptakan Kekaisaran Jerman, diperkirakan bahwa dia akan membantu Rusia untuk menyelesaikan masalah Timur sesuai dengan kepentingan Rusia, tetapi yang mengejutkan dan membuat marah kabinet Saint Petersburg dia membatasi diri. untuk bertindak sebagai "broker jujur" di Kongres, dan tak lama kemudian mengontrak aliansi dengan Austria-Hongaria untuk tujuan menangkal desain Rusia di Eropa Timur.

Tsesarevich dapat merujuk pada hasil ini sebagai konfirmasi atas pandangan yang dia ungkapkan selama Perang Prancis-Prusia; dia menyimpulkan bahwa untuk Rusia, hal terbaik adalah pulih secepat mungkin dari kelelahan sementara, dan bersiap untuk kemungkinan di masa depan dengan reorganisasi militer dan angkatan laut. Sesuai dengan keyakinan ini, dia menyarankan agar reformasi tertentu dilakukan.

-       Perdagangan dan Industri

Alexander III berinisiatif untuk merangsang perkembangan perdagangan dan industri, seperti yang dilakukan ayahnya sebelumnya. Perekonomian Rusia masih ditantang oleh perang Rusia-Turki tahun 1877–1878, yang menimbulkan defisit, jadi dia mengenakan bea masuk atas barang impor. Untuk lebih meringankan defisit anggaran, ia menerapkan peningkatan penghematan dan akuntansi dalam keuangan negara. Perkembangan industri meningkat pada masa pemerintahannya. Juga pada masa pemerintahannya, pembangunan Kereta Api Trans Siberia dimulai.

-       Kehidupan keluarga

Setelah pembunuhan ayahnya, Alexander III diberi tahu bahwa akan sulit baginya untuk tetap aman di Istana Musim Dingin. Akibatnya, Alexander memindahkan keluarganya ke Istana Gatchina, yang terletak 30 kilometer (20 mil) di selatan St. Petersburg. Istana itu dikelilingi oleh parit, menara pengawas, dan parit, dan tentara berjaga siang dan malam. Di bawah penjagaan ketat, dia akan melakukan kunjungan sesekali ke St. Petersburg, tetapi bahkan saat itu dia akan tinggal di Istana Anichkov, berlawanan dengan Istana Musim Dingin. Alexander tidak suka harus berlindung di Gatchina. Grand Duke Alexander Mikhailovich dari Rusia ingat pernah mendengar Alexander berkata, "Tidak disangka bahwa setelah menghadapi senjata Turki, saya harus mundur sekarang sebelum sigung ini."

Pada tahun 1860-an, Alexander jatuh cinta dengan dayang ibunya, Putri Maria Elimovna Meshcherskaya. Kecewa mengetahui bahwa Pangeran Wittgenstein telah melamarnya pada awal tahun 1866, dia memberi tahu orang tuanya bahwa dia siap untuk menyerahkan hak suksesinya untuk menikahi "Dusenka" kesayangannya. Pada 19 Mei 1866, Alexander II memberi tahu putranya bahwa Rusia telah mencapai kesepakatan dengan orang tua Putri Dagmar dari Denmark, tunangan mendiang kakak laki-lakinya Nicholas. Awalnya, Alexander menolak bepergian ke Kopenhagen karena ingin menikahi Maria. Marah, Alexander II memerintahkannya untuk langsung pergi ke Denmark dan melamar Putri Dagmar. Alexander menulis dalam buku hariannya, "Selamat tinggal, Dusenka sayang."

Kiri ke Kanan: Kaisar Alexander III, Pangeran George (kemudian menjadi George V dari Britania Raya), Marie Feodorovna, Maria dari Yunani, Tsesarevich Nicholas (kemudian menjadi Kaisar Nicholas II dari Rusia). Mungkin diambil di kapal pesiar kekaisaran dekat Denmark, c. 1893.

Terlepas dari keengganan awalnya, Alexander semakin menyukai Dagmar. Di akhir hidupnya, mereka sangat mencintai satu sama lain. Beberapa minggu setelah pernikahan mereka, dia menulis dalam buku hariannya: "Tuhan mengabulkan bahwa... Saya dapat semakin mencintai istri tercinta saya... Saya sering merasa bahwa saya tidak layak untuknya, tetapi meskipun ini benar, Aku akan melakukan yang terbaik untuk menjadi." [39] Ketika dia meninggalkan sisinya, dia sangat merindukannya dan mengeluh: "Minny sayangku yang manis, selama lima tahun kita tidak pernah berpisah dan Gatchina kosong dan sedih tanpamu." Pada tahun 1885, dia menugaskan Peter Carl Fabergé untuk menghasilkan yang pertama dari apa yang kemudian menjadi serangkaian telur Paskah permata (sekarang disebut "telur Fabergé") untuknya sebagai hadiah Paskah. Dagmar sangat senang dengan telur Ayam Pertama sehingga Alexander memberinya telur setiap tahun sebagai tradisi Paskah. Setelah Alexander meninggal, ahli warisnya Nicholas melanjutkan tradisi dan menugaskan dua telur, satu untuk istrinya, Permaisuri Alexandra Feodorovna, dan satu untuk ibunya, Dagmar, setiap Paskah. Ketika dia merawatnya dalam penyakit terakhirnya, Alexander memberi tahu Dagmar, "Bahkan sebelum kematianku, aku telah mengenal seorang malaikat." Dia meninggal dalam pelukan Dagmar, dan putrinya Olga mencatat bahwa "ibu saya masih memeluknya" lama setelah dia meninggal.

Alexander memiliki enam anak dari Dagmar, lima di antaranya bertahan hingga dewasa: Nicholas (lahir 1868), George (lahir 1871), Xenia (lahir 1875), Michael (lahir 1878) dan Olga (lahir 1882). Dia memberi tahu Dagmar bahwa "hanya dengan [anak-anak kita] saya dapat rileks secara mental, menikmatinya dan bersukacita, memandangi mereka." Dia menulis dalam buku hariannya bahwa dia "menangis seperti bayi" saat Dagmar melahirkan anak pertama mereka, Nicholas. Dia jauh lebih lunak dengan anak-anaknya daripada kebanyakan raja Eropa, dan dia memberi tahu guru mereka, "Saya tidak membutuhkan porselen, saya ingin anak-anak Rusia yang sehat dan normal." Jenderal Cherevin percaya bahwa George yang pandai adalah "favorit kedua orang tua".Alexander menikmati hubungan yang lebih informal dengan putra bungsunya Michael dan menyayangi putri bungsunya, Olga.

Alexander khawatir pewarisnya, Nicholas, terlalu lembut dan naif untuk menjadi Kaisar yang efektif. Ketika Witte menyarankan agar Nicholas berpartisipasi dalam Komite Trans-Siberia, Alexander berkata, “Pernahkah Anda mencoba mendiskusikan sesuatu yang penting dengan Yang Mulia Adipati Agung? Jangan bilang kamu tidak pernah memperhatikan Grand Duke. . . anak mutlak. Pendapatnya benar-benar kekanak-kanakan. Bagaimana dia bisa memimpin komite seperti itu?” Dia khawatir Nicholas tidak memiliki pengalaman dengan wanita dan mengatur agar balerina Polandia Mathilde Kschessinskaya menjadi gundik putranya. Bahkan di akhir hidupnya, dia menganggap Nicholas sebagai seorang anak dan mengatakan kepadanya, "Saya tidak dapat membayangkan Anda sebagai tunangan - betapa aneh dan tidak biasa!"

Setiap musim panas mertuanya, Raja Christian IX dan Ratu Louise, mengadakan reuni keluarga di istana kerajaan Denmark Fredensborg dan Bernstorff, membawa Alexander, Maria dan anak-anak mereka ke Denmark. Kakak iparnya, Princess of Wales, akan datang dari Inggris Raya dengan beberapa anaknya, dan saudara ipar dan sepupu iparnya, Raja George I dari Yunani, istrinya, Ratu Olga, yang adalah sepupu pertama Alexander dan Grand Duchess Romanov sejak lahir, datang bersama anak-anak mereka dari Athena. Berbeda dengan keamanan ketat yang diamati di Rusia, Alexander dan Maria bersuka ria dalam kebebasan relatif yang mereka nikmati di Denmark, Alexander pernah berkomentar kepada Pangeran dan Putri Wales menjelang akhir kunjungan bahwa dia iri karena mereka dapat kembali ke rumah bahagia di Inggris, saat dia kembali ke penjara Rusia. Di Denmark, ia dapat menikmati bergabung dengan anak-anak, keponakan dan keponakannya, di kolam berlumpur mencari kecebong, menyelinap ke kebun ayah mertuanya untuk mencuri apel, dan bermain-main, seperti memutar selang air ke Raja yang sedang berkunjung. Oscar II dari Swedia.

Alexander memiliki hubungan yang sangat buruk dengan saudaranya Adipati Agung Vladimir. Di sebuah restoran, Grand Duke Vladimir bertengkar dengan aktor Prancis Lucien Guitry ketika yang terakhir mencium istrinya, Duchess Marie dari Mecklenburg-Schwerin. Prefek St. Petersburg perlu mengawal Vladimir keluar dari restoran. Alexander sangat marah sehingga dia mengasingkan Vladimir dan istrinya untuk sementara dan mengancam akan mengasingkan mereka secara permanen ke Siberia jika mereka tidak segera pergi. Ketika Alexander dan keluarganya selamat dari bencana kereta api Borki pada tahun 1888, Alexander bercanda, "Saya bisa membayangkan betapa kecewanya Vladimir ketika dia mengetahui bahwa kita semua tetap hidup!" Ketegangan ini tercermin dalam persaingan antara Maria Feodorovna dan istri Vladimir, Grand Duchess Marie Pavlovna.

Alexander memiliki hubungan yang lebih baik dengan saudara laki-lakinya yang lain: Alexei (yang dia jadikan laksamana muda dan kemudian menjadi laksamana agung Angkatan Laut Rusia), Sergei (yang dia jadikan gubernur Moskow) dan Paul.

 

Terlepas dari antipati yang dimiliki Alexander terhadap ibu tirinya, Catherine Dolgorukov, dia tetap mengizinkannya untuk tetap tinggal di Istana Musim Dingin selama beberapa waktu setelah pembunuhan ayahnya dan menyimpan berbagai kenang-kenangan tentang dirinya. Ini termasuk seragam berlumuran darah Alexander II yang dia kenakan saat meninggal, dan kacamata bacanya.

Meskipun dia tidak menyukai ibu mereka, Alexander baik kepada saudara tirinya. Adik tiri bungsunya Putri Catherine Alexandrovna Yurievskaya ingat ketika dia akan bermain dengannya dan saudara-saudaranya: "Kaisar ... tampak seperti Goliat yang suka bermain dan baik hati di antara semua anak yang bermain-main."

Pada tanggal 29 Oktober [O.S. 17 Oktober] 1888 kereta Kekaisaran tergelincir karena kecelakaan di Borki. Pada saat kecelakaan terjadi, keluarga kekaisaran sedang berada di gerbong makan. Atapnya runtuh, dan Alexander memegang jenazahnya di pundaknya saat anak-anak melarikan diri ke luar. Timbulnya gagal ginjal Alexander kemudian dikaitkan dengan trauma tumpul yang diderita dalam insiden ini.

-       Penyakit dan kematian

Alexander III dalam seragam Penjaga Kehidupan Kerajaan Denmark, 1894

Pada tahun 1894, Alexander III jatuh sakit dengan penyakit ginjal terminal (nefritis). Sepupu pertamanya, Ratu Olga dari Yunani, menawarinya untuk tinggal di vilanya Mon Repos, di pulau Corfu, dengan harapan dapat memperbaiki kondisi Tsar. Pada saat mereka mencapai Krimea, mereka tinggal di Istana Maly di Livadia, karena Alexander terlalu lemah untuk melakukan perjalanan lebih jauh. Menyadari bahwa hari-hari Tsar telah dihitung, berbagai kerabat kekaisaran mulai berdatangan ke Livadia. Bahkan pendeta terkenal John dari Kronstadt berkunjung dan memberikan Komuni kepada Tsar. Pada tanggal 21 Oktober, Alexander menerima tunangan Nicholas, Putri Alix dari Hesse-Darmstadt, yang datang dari kampung halamannya Darmstadt untuk menerima restu Tsar. Meski sangat lemah, Alexander bersikeras menerima Alix dengan seragam lengkap, suatu peristiwa yang membuatnya kelelahan. Segera setelah itu, kesehatannya mulai memburuk lebih cepat. Dia meninggal di pelukan istrinya, dan di hadapan dokternya, Ernst Viktor von Leyden, di Istana Maly di Livadia pada sore hari tanggal 1 November [O.S. 20 Oktober] 1894 pada usia empat puluh sembilan tahun, dan digantikan oleh putra sulungnya Tsesarevich Nicholas, yang naik takhta sebagai Nikolay II. Setelah meninggalkan Livadia pada 6 November dan melakukan perjalanan ke St. Petersburg melalui Moskow, jenazahnya dimakamkan pada 18 November di Benteng Peter dan Paul, dengan pemakamannya dihadiri oleh banyak kerabat asing, termasuk Raja Christian IX dari Denmark, Pangeran dan Putri Wales, dan Duke of York, dan Duke dan Duchess of Saxe-Coburg-Gotha, dan calon menantu perempuannya, Alix dari Hesse, dan saudara laki-lakinya, Adipati Agung Ernst Ludwig dari Hesse.

-       Monumen

Patung penunggang kuda Alexander III, oleh Pangeran Paolo Troubetzkoy, menunjukkan Kaisar duduk dengan berat di punggung kuda yang berat

Pada tahun 1909, patung berkuda perunggu Alexander III yang dipahat oleh Paolo Troubetzkoy ditempatkan di Lapangan Znamenskaya di depan Terminal Kereta Api Moskow di St. Baik kuda maupun penunggangnya dipahat dalam bentuk masif, yang menyebabkan julukan "kuda nil". Troubetzkoy membayangkan patung itu sebagai karikatur, bercanda bahwa dia ingin "menggambarkan seekor binatang di atas binatang lain", dan itu cukup kontroversial pada saat itu, dengan banyak orang, termasuk anggota Keluarga Kekaisaran, menentang desain tersebut, tetapi itu adalah disetujui karena Janda Permaisuri tiba-tiba menyukai monumen itu. Setelah Revolusi 1917, patung itu tetap berada di tempatnya sebagai simbol otokrasi tsar sampai tahun 1937 ketika disimpan di gudang. Pada tahun 1994 itu kembali dipajang di depan umum, di depan Istana Marmer. Tugu peringatan lainnya terletak di kota Irkutsk di tanggul Angara.

Memorial didedikasikan untuk Alexander III di Pullapää, Estonia

Pada 18 November 2017, Vladimir Putin meresmikan monumen perunggu Alexander III di situs bekas Istana Maly Livadia di Krimea. Monumen setinggi empat meter karya pematung Rusia Andrey Kovalchuk menggambarkan Alexander III duduk di atas tunggul, lengannya yang terentang bertumpu pada pedang. Sebuah prasasti mengulangi perkataannya, "Rusia hanya memiliki dua sekutu: Angkatan Darat dan Angkatan Laut." Alexander III diyakini sebagai pendahulu favorit Putin. Pada tanggal 5 Juni 2021 dia meresmikan monumen lebih lanjut untuknya di situs Istana Gatchina, Oblast Leningrad.

-       Kehormatan

Ø  Lokal

                                      i.        Knight of St. Andrew, 10 March 1845

                                     ii.        Knight of St. Alexander Nevsky, 10 March 1845

                                    iii.        Knight of St. Anna, 1st Class, 10 March 1845

                                   iv.        Knight of the White Eagle, 10 March 1845

                                     v.        Knight of St. Vladimir, 4th Class, 1864; 3rd Class, 1870

                                   vi.        Knight of St. Stanislaus, 1st Class, 1865

                                  vii.        Knight of St. George, 2nd Class, 1877

Ø  Luar negeri

                         

                                     i.        Kekaisaran Austria: Salib Besar Ordo Kerajaan Hongaria St. Stephen, 1866

                                     ii.          Baden:

ü  Knight of the House Order of Fidelity, 1872

ü  Salib Besar Singa Zähringer, 1872

                                    iii.          Kerajaan Bayern: Ksatria St. Hubert, 1865

                                   iv.          Belgia: Grand Cordon of the Order of Leopold (militer), 7 Juni 1865

                                     v.          Kekaisaran Brasil:

ü  Salib Agung Salib Selatan, 14 Januari 1866

ü  Salib Agung Ordo Pedro I, 15 September 1868

                                   vi.          Kepangeranan Bulgaria: Orde Keberanian, Kelas 1

                                  vii.          Denmark:

ü  Ksatria Gajah, 29 Juni 1865

ü  Salib Kehormatan Ordo Dannebrog, 3 Juli 1866

ü  Panglima Besar Dannebrog, 9 November 1891

ü  Medali Peringatan Pernikahan Emas Raja Christian IX dan Ratu Louise, 1892

ü  Kadipaten Saxe-Coburg dan Gotha dari Saxe-Altenburg Kadipaten Saxe-Meiningen Ernestine: Grand Cross of the Saxe-Ernestine House Order, 1884

                                 viii.          Prancis: Salib Agung Legiun Kehormatan, 9 Juni 1878

                                   ix.        Yunani Kerajaan Yunani: Salib Agung Penebus, 15 Juli 1866

                                     x.          Kerajaan Hawaii: Salib Besar Ordo Kamehameha I, 1881

                                   xi.          Kerajaan Hannover:

ü  Ksatria St. George, 1865

ü  Grand Cross dari Royal Guelphic Order, 1865

                                  xii.          Kadipaten Agung Hesse: Salib Agung Ordo Ludwig, 8 Juni 1857

                                 xiii.          Kerajaan Italia: Knight of the Annunciation, 5 Juli 1865

                                 xiv.          Ordo Militer Berdaulat Malta: Salib Besar Kehormatan dan Pengabdian Jurusita, 12 Januari 1876

                                  xv.          Kekaisaran Jepang:

ü  Grand Cordon of the Rising Sun, 28 Agustus 1879

ü  Grand Cordon Ordo Krisan, 20 Mei 1880

                                 xvi.          Mecklenburg:

ü  Salib Agung Mahkota Wendish, dengan Mahkota di Ore, 4 Juli 1865

ü  Cross for Distinction in War (Strelitz), 3 Desember 1877

                                xvii.          Kekaisaran Meksiko: Salib Besar Elang Meksiko, dengan Kerah, 10 April 1866

                               xviii.          Monako: Salib Agung St. Charles, 14 Agustus 1883

                                 xix.          Kepangeranan Montenegro: Salib Agung Ordo Pangeran Danilo I, 4 Januari 1867

                                  xx.          Belanda:

ü  Salib Besar Singa Belanda, 19 Mei 1865

ü  Grand Cross of the Military William Order, 17 Maret 1881

                                 xxi.          Oldenburg: Salib Agung Ordo Adipati Peter Friedrich Ludwig, dengan Mahkota Emas, 28 Juli 1860

                                xxii.          Kekaisaran Ottoman:

ü  Ordo Osmanieh, Kelas 1, 1 April 1866

ü  Urutan Perbedaan, 3 Desember 1884

                               xxiii.          Kerajaan Portugal:

ü  Salib Agung Menara dan Pedang, 22 Juni 1865

ü  Salib Agung Ikat Pinggang Dua Ordo, 1 Mei 1873; Tiga Perintah, 25 Mei 1881

                               xxiv.          Kekaisaran Persia: Orde Potret Agustus, 15 Desember 1869

                                xxv.          Kerajaan Prusia:

ü  Ksatria Elang Hitam, 10 Maret 1855; dengan Kerah, 1868

ü  Salib Komandan Agung Ordo Rumah Kerajaan Hohenzollern, 25 September 1872

ü  Pour le Mérite (militer), 27 Desember 1877

                               xxvi.          Kerajaan Rumania:

ü  Salib Agung Bintang Rumania, 15 November 1877

ü  Medali Kebajikan Militer, 17 Januari 1878

ü  Penyeberangan Salib Danube (militer), 10 Mei 1879

                             xxvii.          Kerajaan Saxony: Knight of the Rue Crown, 1866

                            xxviii.          Saxe-Weimar-Eisenach: Grand Cross of the White Falcon, 3 Oktober 1864

                               xxix.          Kepangeranan Serbia:

ü  Salib Besar Salib Takovo, 26 Maret 1878

ü  Medali Peringatan Perunggu untuk Perang Rusia-Turki, 17 April 1878

ü  Salib Agung Elang Putih, 29 April 1883

                                xxx.          Siam: Knight of the Order of the Royal House of Chakri, 15 Juli 1891

                               xxxi.          Spanyol: Ksatria Bulu Emas, 6 September 1865[89]

                             xxxii.        Swedia Norwegia Swedia-Norwegia:

                            xxxiii.        Ksatria Seraphim, 2 Juni 1865

                            xxxiv.        Salib Agung St. Olav, 25 Agustus 1879

                             xxxv.          Britania Raya: Stranger Knight of the Garter, 2 April 1881

                            xxxvi.          Württemberg: Salib Agung Mahkota Württemberg, 1864

 

-       Masalah

Alexander III memiliki enam anak (lima di antaranya bertahan hingga dewasa) dari pernikahannya dengan Putri Dagmar dari Denmark, juga dikenal sebagai Marie Feodorovna.

Nama

Kelahiran

Kematian

Catatan

 

Kaisar Nicholas II dari Rusia

 

18 Mei 1868

 

17 Juli 1918

menikah 26 November 1894, Putri Alix dari Hesse (1872–1918); memiliki lima anak

Adipati Agung Alexander Alexandrovich dari Rusia

 

7 Juni 1869

 

2 May 1870

1870 meninggal karena meningitis, berusia 10 bulan dan 26 hari

Adipati Agung George Alexandrovich dari Rusia

 

 

9 May 1871

 

 

10 July 1899

meninggal karena tuberkulosis, pada usia 28 tahun; tidak punya masalah

 

 

Grand Duchess Xenia Alexandrovna dari Rusia

 

 

 

6 April 1875

 

 

 

20 April 1960

menikah 6 Agustus 1894, Adipati Agung Alexander Mikhailovich dari Rusia (1866–1933); memiliki tujuh anak

 

Adipati Agung Michael Alexandrovich dari Rusia

 

 

4 December 1878

 

 

13 June 1918

menikah 16 Oktober 1912, Natalia Sergeyevna Wulfert (1880–1952); punya satu anak

 

 

 

 

Adipati Agung Olga Alexandrovna dari Rusia

 

 

 

 

 

13 June 1882

 

 

 

 

 

24 November 1960

menikah 9 Agustus 1901, Adipati Peter Alexandrovich dari Oldenburg (1868–1924); div. 16 Oktober 1916; tidak punya masalah.

 

menikah 16 November 1916, Kolonel Nikolai Kulikovsky (1881–1958); memiliki dua anak

 

·         Nikholai II

Nicholas II


Kaisar Nikholas II

Kaisar Russia

Pemerintahan : 1 November 1894 – 15 Maret 1917

Penobatan : 26 Mei 1896

Pendahulu : Alexander III

Penerus Monarki : dihapuskan

Lahir : 18 Mei [O.S. 6 Mei] 1868, Istana Alexander, Tsarskoye Selo, Kekaisaran Rusia

Meninggal : 17 Juli 1918 (umur 50), Rumah Ipatiev, Yekaterinburg, SFSR Rusia

Pemakaman : 17 Juli 1998, Katedral Peter dan Paul, Saint Petersburg, Federasi Rusia

Pasangan : Alexandra Feodorovna (Alix dari Hesse)

Anak:

Ø  Adipati Agung Olga

Ø  Putri Agung Tatiana

Ø  Putri Agung Maria

Ø  Putri Agung Anastasia

Ø  Tsarevich Alexei

Nama : Nikolai Alexandrovich Romanov

Rumah : Holstein-Gottorp-Romanov

Ayah : Alexander III dari Rusia

Ibu : Maria Feodorovna (Dagmar dari Denmark)

Agama : Ortodoks Rusia

Nicholas II atau Nikolai II Alexandrovich Romanov (18 Mei [O.S. 6 Mei] 1868 – 17 Juli 1918), dikenal di Gereja Ortodoks Rusia sebagai Santo Nikolas Pembawa Sengsara, adalah Kaisar terakhir Rusia, Raja Kongres Polandia dan Adipati Agung Finlandia, memerintah dari 1 November 1894 hingga turun tahta pada 15 Maret 1917. Selama masa pemerintahannya, Nicholas memberikan dukungan pada reformasi ekonomi dan politik yang dipromosikan oleh perdana menterinya, Sergei Witte dan Pyotr Stolypin. Dia menganjurkan modernisasi berdasarkan pinjaman luar negeri dan hubungan dekat dengan Prancis, tetapi menolak memberikan peran utama parlemen baru (Duma). Pada akhirnya, kemajuan dirusak oleh komitmen Nicholas pada pemerintahan otokratis, oposisi aristokrat yang kuat, dan kekalahan yang dipertahankan oleh militer Rusia dalam Perang Rusia-Jepang dan Perang Dunia I. Pada Maret 1917, dukungan publik untuk Nicholas telah runtuh dan dia terpaksa turun tahta. tahta, dengan demikian mengakhiri kekuasaan dinasti Romanov selama 304 tahun di Rusia (1613–1917).

Nicholas menandatangani Konvensi Anglo-Rusia tahun 1907, yang dirancang untuk melawan upaya Jerman untuk mendapatkan pengaruh di Timur Tengah; itu mengakhiri Permainan Besar konfrontasi antara Rusia dan Kerajaan Inggris. Dia bertujuan untuk memperkuat Aliansi Prancis-Rusia dan mengusulkan Konvensi Den Haag tahun 1899 yang gagal untuk mempromosikan perlucutan senjata dan menyelesaikan perselisihan internasional secara damai. Di dalam negeri, dia dikritik karena penindasan pemerintahnya terhadap lawan politik dan anggapan kesalahan atau kelambanannya selama Tragedi Khodynka, pogrom anti-Yahudi, Minggu Berdarah dan penindasan Revolusi Rusia 1905 dengan kekerasan. Popularitasnya semakin dirusak oleh Perang Rusia-Jepang, yang membuat Armada Baltik Rusia dimusnahkan di Pertempuran Tsushima, bersamaan dengan hilangnya pengaruh Rusia atas Manchuria dan Korea dan aneksasi Jepang di selatan Pulau Sakhalin.

            


Selama Krisis Juli, Nicholas mendukung Serbia dan menyetujui mobilisasi Tentara Rusia pada 30 Juli 1914. Sebagai tanggapan, Jerman menyatakan perang terhadap Rusia pada 1 Agustus 1914 dan sekutunya Prancis pada 3 Agustus 1914, memulai Perang Besar, yang kemudian dikenal sebagai perang Dunia Pertama. Kerugian militer yang parah menyebabkan runtuhnya moral di garis depan dan di dalam negeri; pemogokan umum dan pemberontakan garnisun di Petrograd memicu Revolusi Februari dan disintegrasi otoritas monarki. Setelah turun tahta untuk dirinya dan putranya, Nicholas dan keluarganya dipenjarakan oleh Pemerintahan Sementara Rusia dan diasingkan ke Siberia. Setelah Bolshevik merebut kekuasaan dalam Revolusi Oktober, keluarga tersebut ditahan di Yekaterinburg, di mana mereka dieksekusi pada 17 Juli 1918.

Pada tahun 1981, Nicholas, istrinya, dan anak-anak mereka diakui sebagai martir oleh Gereja Ortodoks Rusia di Luar Rusia, yang berbasis di New York City. Kuburan mereka ditemukan pada tahun 1979, tetapi ini tidak diakui sampai tahun 1989. Setelah jatuhnya Uni Soviet, sisa-sisa keluarga kekaisaran digali, diidentifikasi dengan analisis DNA, dan dimakamkan kembali dengan upacara kenegaraan dan gereja yang rumit di St. .Petersburg pada 17 Juli 1998, tepat 80 tahun setelah kematian mereka. Mereka dikanonisasi pada tahun 2000 oleh Gereja Ortodoks Rusia sebagai pembawa nafsu. Pada tahun-tahun setelah kematiannya, Nicholas dicerca oleh sejarawan Soviet dan propaganda negara sebagai "tiran yang tidak berperasaan" yang "menganiaya rakyatnya sendiri sambil mengirim tentara yang tak terhitung jumlahnya ke kematian mereka dalam konflik yang tidak berguna". Meskipun dipandang lebih positif dalam beberapa tahun terakhir, pandangan mayoritas di kalangan sejarawan adalah bahwa Nicholas adalah seorang penguasa yang bermaksud baik namun miskin yang terbukti tidak mampu menangani tantangan yang dihadapi bangsanya.

-       Masa Muda

Nikolay II, belum lahir pada usia dua tahun, bersama ibunya, Maria Feodorovna, pada tahun 1870

Grand Duke Nicholas lahir pada tanggal 18 Mei [O.S. 6 Mei] 1868, di Istana Alexander di Tsarskoye Selo selatan Saint Petersburg, pada masa pemerintahan kakeknya Kaisar Alexander II. Dia adalah anak tertua dari Tsesarevich Alexander Alexandrovich saat itu dan istrinya, Tsesarevna Maria Feodorovna (née Putri Dagmar dari Denmark). Ayah Grand Duke Nicholas adalah pewaris takhta Rusia sebagai putra kedua tetapi tertua yang masih hidup dari Kaisar Alexander II dari Rusia. Kakek dari pihak ayah adalah Kaisar Alexander II dan Permaisuri Maria Alexandrovna (née Putri Marie dari Hesse dan oleh Rhine). Kakek dari pihak ibu adalah Raja Christian IX dan Ratu Louise dari Denmark.

Grand Duke muda dibaptis di Kapel Kebangkitan Istana Catherine di Tsarskoye Selo pada tanggal 1 Juni [O.S. 20 Mei] 1868 oleh bapa pengakuan keluarga kekaisaran, protopresbyter Vasily Borisovich Bazhanov. Wali baptisnya adalah Kaisar Alexander II (kakek dari pihak ayah), Ratu Louise dari Denmark (nenek dari pihak ibu), Putra Mahkota Frederick dari Denmark (paman dari pihak ibu), dan Grand Duchess Elena Pavlovna (bibi buyutnya). Bocah itu menerima nama Romanov tradisional Nicholas dan dinamai untuk mengenang kakak laki-laki ayahnya dan tunangan pertama ibunya, Tsesarevich Nicholas Alexandrovich dari Rusia, yang meninggal muda pada tahun 1865. Secara informal, dia dikenal sebagai "Nikki" sepanjang hidupnya.

-       Kelahiran dan latar belakang keluarga Masa kecil

Nicholas terutama keturunan Jerman dan Denmark, nenek moyang terakhirnya yang beretnis Rusia adalah Adipati Agung Anna Petrovna dari Rusia (1708–1728), putri Pyotr yang Agung. Di sisi lain, Nicholas terkait dengan beberapa raja di Eropa. Saudara ibunya termasuk Raja Frederick VIII dari Denmark dan George I dari Yunani, serta Ratu Alexandra Inggris (permaisuri Raja Edward VII). Nicholas, istrinya Alexandra, dan kaisar Jerman Wilhelm II semuanya adalah sepupu pertama Raja George V dari Britania Raya. Nicholas juga merupakan sepupu pertama Raja Haakon VII dan Ratu Maud dari Norwegia, serta Raja Christian X dari Denmark dan Raja Constantine I dari Yunani. Nicholas dan Wilhelm II pada gilirannya adalah sepupu kedua yang pernah disingkirkan, karena masing-masing adalah keturunan dari Raja Frederick William III dari Prusia, serta sepupu ketiga, karena keduanya adalah cicit dari Tsar Paul I dari Rusia. Selain menjadi sepupu kedua melalui keturunan dari Louis II, Adipati Agung Hesse dan istrinya Putri Wilhelmine dari Baden, Nicholas dan Alexandra juga merupakan sepupu ketiga yang pernah diangkat, karena keduanya adalah keturunan Raja Frederick William II dari Prusia.

Tsar Nicholas II adalah sepupu pertama Adipati Agung Nicholas Nikolaevich yang pernah diangkat. Untuk membedakan mereka, Adipati Agung sering dikenal dalam keluarga kekaisaran sebagai "Nikolasha" dan "Nicholas si Jangkung", sedangkan Tsar adalah "Nicholas si Pendek".

-       Masa Kecil

Grand Duke Nicholas memiliki lima adik: Alexander (1869–1870), George (1871–1899), Xenia (1875–1960), Michael (1878–1918) dan Olga (1882–1960). Nicholas sering menyebut ayahnya secara nostalgia dalam surat setelah kematian Alexander pada tahun 1894. Dia juga sangat dekat dengan ibunya, seperti terungkap dalam surat mereka yang diterbitkan satu sama lain. Di masa kecilnya, Nicholas, orang tua dan saudara kandungnya melakukan kunjungan tahunan ke istana kerajaan Denmark Fredensborg dan Bernstorff untuk mengunjungi kakek neneknya, raja dan ratu. Kunjungan tersebut juga sebagai reuni keluarga, karena saudara ibunya juga akan datang dari Inggris, Jerman dan Yunani dengan keluarga masing-masing. Di sanalah pada tahun 1883, dia menggoda salah satu sepupu pertamanya di Inggris, Putri Victoria. Pada tahun 1873, Nicholas juga menemani orang tua dan adik laki-lakinya, George yang berusia dua tahun, dalam kunjungan semi-resmi selama dua bulan ke Inggris Raya. Di London, Nicholas dan keluarganya tinggal di Marlborough House, sebagai tamu dari "Paman Bertie" dan "Bibi Alix", Pangeran dan Putri Wales, di mana dia dimanjakan oleh pamannya.

-       Tsarevich

Pada tanggal 1 Maret 1881, setelah pembunuhan kakeknya, Tsar Alexander II, Nicholas menjadi pewaris takhta ayahnya sebagai Alexander III. Nicholas dan anggota keluarganya yang lain menjadi saksi kematian Alexander II, hadir di Istana Musim Dingin di Saint Petersburg, di mana dia dibawa setelah serangan itu. Untuk alasan keamanan, Tsar baru dan keluarganya memindahkan kediaman utama mereka ke Istana Gatchina di luar kota, hanya memasuki ibu kota untuk berbagai acara seremonial. Pada kesempatan seperti itu, Alexander III dan keluarganya menduduki Istana Anichkov di dekatnya.

Pada tahun 1884, upacara kedewasaan Nicholas diadakan di Istana Musim Dingin, di mana dia mengikrarkan kesetiaannya kepada ayahnya. Belakangan tahun itu, paman Nicholas, Adipati Agung Sergei Alexandrovich, menikahi Putri Elizabeth, putri Louis IV, Adipati Agung Hesse dan mendiang istrinya Putri Alice dari Britania Raya (yang telah meninggal pada tahun 1878), dan cucu dari Ratu Victoria. Di pesta pernikahan di St. Perasaan kagum itu berkembang menjadi cinta setelah kunjungannya ke St. Petersburg lima tahun kemudian pada tahun 1889. Alix pada gilirannya memiliki perasaan padanya. Sebagai seorang Lutheran yang taat, dia awalnya enggan pindah ke Ortodoksi Rusia untuk menikah dengan Nicholas, tetapi kemudian mengalah.

Pada tahun 1890 Nicholas, adik laki-lakinya George, dan sepupu mereka Pangeran George dari Yunani, melakukan tur dunia, meskipun Grand Duke George jatuh sakit dan dipulangkan di tengah perjalanan. Nicholas mengunjungi Mesir, India, Singapura, dan Siam (Thailand), menerima penghargaan sebagai tamu terhormat di setiap negara. Selama perjalanannya melalui Jepang, Nicholas memiliki tato naga besar di lengan kanannya oleh seniman tato Jepang Hori Chyo. Sepupunya George V dari Inggris juga pernah menerima tato naga dari Hori di Yokohama beberapa tahun sebelumnya. Selama kunjungannya ke Otsu, Tsuda Sanzō, salah satu polisi pengawalnya, mengayunkan pedang ke wajah Tsesarevich, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai insiden Ōtsu. Nicholas ditinggalkan dengan bekas luka sepanjang 9 sentimeter di sisi kanan dahinya, tetapi lukanya tidak mengancam jiwa. Insiden itu mempersingkat perjalanannya. Kembali melalui darat ke St. Petersburg, dia hadir pada upacara di Vladivostok untuk memperingati dimulainya pekerjaan di Kereta Api Trans-Siberia. Pada tahun 1893, Nicholas pergi ke London atas nama orang tuanya untuk hadir di pernikahan sepupunya Duke of York dengan Putri Mary of Teck. Ratu Victoria terpesona oleh kemiripan fisik antara kedua sepupu itu, dan penampilan mereka membingungkan beberapa orang di pesta pernikahan. Selama ini, Nicholas berselingkuh dengan balerina St. Petersburg Mathilde Kschessinska.

Meskipun Nicholas adalah pewaris takhta, ayahnya gagal mempersiapkannya untuk perannya di masa depan sebagai Tsar. Dia menghadiri pertemuan Dewan Negara; namun, karena ayahnya baru berusia empat puluhan, diharapkan akan bertahun-tahun sebelum Nicholas berhasil naik takhta. Sergei Witte, menteri keuangan Rusia, melihat berbagai hal secara berbeda dan menyarankan kepada Tsar agar Nicholas diangkat ke Komite Kereta Api Siberia. Alexander berargumen bahwa Nicholas belum cukup dewasa untuk mengambil tanggung jawab yang serius, pernah menyatakan "Nikki adalah anak yang baik, tetapi dia memiliki jiwa penyair ... Tuhan tolong dia!" Witte menyatakan bahwa jika Nicholas tidak diperkenalkan dengan urusan negara, dia tidak akan pernah siap untuk memahaminya. Asumsi Alexander bahwa dia akan berumur panjang dan memiliki waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan Nicholas menjadi Tsar terbukti salah, karena pada tahun 1894, kesehatan Alexander menurun.

-       Pertunangan dan Pernikahan

Pada bulan April 1894, Nicholas bergabung dengan Paman Sergei dan Bibi Elizabeth dalam perjalanan ke Coburg, Jerman, untuk pernikahan saudara laki-laki Elizabeth dan Alix, Ernest Louis, Adipati Agung Hesse, dengan sepupu pertama mereka Putri Victoria Melita dari Saxe-Coburg dan Gotha. Tamu lainnya termasuk Ratu Victoria, Kaiser Wilhelm II, Permaisuri Frederick (ibu Kaiser Wilhelm dan putri tertua Ratu Victoria), paman Nicholas, Pangeran Wales, dan orang tua mempelai wanita, Duke dan Duchess of Saxe-Coburg dan Gotha.

Foto pertunangan resmi Nicholas II dan Alexandra, April 1894

Suatu kali di Coburg, Nicholas melamar Alix, tetapi dia menolak lamarannya, karena enggan pindah ke Ortodoksi. Tetapi Kaiser kemudian memberi tahu dia bahwa dia memiliki kewajiban untuk menikahi Nicholas dan pindah agama, seperti yang dilakukan saudara perempuannya Elizabeth pada tahun 1892. Jadi begitu dia berubah pikiran, Nicholas dan Alix secara resmi bertunangan pada tanggal 20 April 1894. Orang tua Nicholas awalnya ragu untuk memberikan pertunangan itu berkah mereka, karena Alix telah membuat kesan yang buruk selama kunjungannya ke Rusia. Mereka memberikan persetujuan hanya ketika mereka melihat kesehatan Tsar Alexander memburuk.

Musim panas itu, Nicholas pergi ke Inggris untuk mengunjungi Alix dan Ratu. Kunjungan tersebut bertepatan dengan kelahiran anak pertama Duke dan Duchess of York, calon Raja Edward VIII. Selain hadir pada pembaptisan, Nicholas dan Alix juga terdaftar di antara wali baptis anak tersebut. Setelah beberapa minggu di Inggris, Nicholas kembali ke rumah untuk pernikahan saudara perempuannya, Xenia, dengan sepupunya, Adipati Agung Alexander Mikhailovich ("Sandro").

Nicholas II dan keluarga pada tahun 1904

Pada musim gugur itu, Alexander III terbaring sekarat. Setelah mengetahui bahwa dia hanya akan hidup dua minggu, Tsar menyuruh Nicholas memanggil Alix ke istana kekaisaran di Livadia. Alix tiba pada 22 Oktober; Tsar bersikeras untuk menerimanya dengan seragam lengkap. Dari ranjang kematiannya, dia memberi tahu putranya untuk memperhatikan nasihat Witte, menterinya yang paling cakap. Sepuluh hari kemudian, Alexander III meninggal pada usia empat puluh sembilan tahun, meninggalkan Nicholas yang berusia dua puluh enam tahun sebagai Kaisar Rusia. Malam itu, Nicholas ditahbiskan oleh pendeta ayahnya sebagai Tsar Nicholas II dan, keesokan harinya, Alix diterima di Gereja Ortodoks Rusia, mengambil nama Alexandra Feodorovna dengan gelar Grand Duchess dan gaya Yang Mulia Kaisar.

Nicholas mungkin merasa tidak siap untuk tugas mahkota, karena dia bertanya kepada sepupu dan saudara iparnya, Adipati Agung Alexander, "Apa yang akan terjadi padaku dan seluruh Rusia?" Meskipun mungkin kurang siap dan tidak terampil, Nicholas sama sekali tidak terlatih untuk tugasnya sebagai Tsar. Nicholas memilih untuk mempertahankan kebijakan konservatif yang disukai ayahnya selama masa pemerintahannya. Sementara Alexander III berkonsentrasi pada perumusan kebijakan umum, Nicholas mencurahkan lebih banyak perhatian pada detail administrasi.

Kaisar Nicholas II dan Permaisuri Alexandra dengan anak pertama mereka, Grand Duchess Olga, 1896

Meninggalkan Livadia pada 7 November, prosesi pemakaman Tsar Alexander—termasuk bibi dari pihak ibu Nicholas melalui pernikahan dan sepupu pertama dari pihak ayah yang pernah memindahkan Ratu Olga dari Yunani, dan Pangeran serta Putri Wales—tiba di Moskow. Setelah disemayamkan di Kremlin, jenazah Tsar dibawa ke St. Petersburg, tempat pemakaman diadakan pada 19 November.

Pernikahan Nicholas dan Alix awalnya dijadwalkan pada musim semi tahun 1895, tetapi dimajukan atas desakan Nicholas. Terhuyung-huyung di bawah beban kantor barunya, dia tidak berniat membiarkan satu orang yang memberinya kepercayaan diri untuk meninggalkan sisinya. Sebaliknya, pernikahan Nicholas dengan Alix berlangsung pada tanggal 26 November 1894, yang merupakan hari ulang tahun Janda Permaisuri Marie Feodorovna, dan duka di istana bisa sedikit santai. Alexandra mengenakan pakaian tradisional pengantin Romanov, dan Nicholas mengenakan seragam prajurit berkuda. Nicholas dan Alexandra, masing-masing memegang lilin yang menyala, menghadap pendeta istana dan menikah beberapa menit sebelum jam satu siang.

-       Aksesi dan pemerintahan

Meskipun berkunjung ke Inggris pada tahun 1893, di mana dia mengamati House of Commons dalam debat dan tampaknya terkesan dengan mesin monarki konstitusional, Nicholas menolak gagasan untuk memberikan kekuasaan apa pun kepada perwakilan terpilih di Rusia. Tak lama setelah dia naik takhta, utusan petani dan pekerja dari berbagai majelis lokal kota (zemstvos) datang ke Istana Musim Dingin mengusulkan reformasi pengadilan, seperti penerapan monarki konstitusional, dan reformasi yang akan meningkatkan politik dan ekonomi. kehidupan kaum tani, di Alamat Tver.

Nicholas (kiri) dan keluarganya dalam perjalanan perahu di kepulauan Finlandia pada tahun 1909

Meskipun alamat yang telah mereka kirim sebelumnya ditulis dengan lembut dan setia, Nicholas marah dan mengabaikan nasihat dari Dewan Keluarga Kekaisaran dengan mengatakan kepada mereka:

... telah menjadi pengetahuan saya bahwa selama bulan-bulan terakhir telah terdengar di beberapa majelis zemstvo suara orang-orang yang menuruti mimpi yang tidak masuk akal bahwa zemstvo dipanggil untuk berpartisipasi dalam pemerintahan negara. Saya ingin semua orang tahu bahwa saya akan mencurahkan seluruh kekuatan saya untuk mempertahankan, demi kebaikan seluruh bangsa, prinsip otokrasi absolut, dengan tegas dan sekuat yang dilakukan almarhum ayah saya.

Penobatan Nicholas II oleh Valentin Serov

Pada tanggal 26 Mei 1896, penobatan resmi Nicholas sebagai Tsar diadakan di Katedral Uspensky yang terletak di dalam Kremlin.

Dalam sebuah perayaan pada tanggal 27 Mei 1896, sebuah festival besar dengan makanan, bir gratis, dan cangkir suvenir diadakan di Lapangan Khodynka di luar Moskow. Khodynka dipilih sebagai lokasi karena merupakan satu-satunya tempat di dekat Moskow yang cukup besar untuk menampung semua warga Moskow. Khodynka terutama digunakan sebagai tempat latihan militer dan lapangannya tidak rata dengan parit. Sebelum makanan dan minuman dibagikan, desas-desus menyebar bahwa tidak akan cukup untuk semua orang. Akibatnya, orang banyak bergegas untuk mendapatkan bagian mereka dan orang-orang tersandung dan terinjak-injak, mati lemas di tanah lapangan. Dari sekitar 100.000 orang yang hadir, diperkirakan 1.389 orang tewas dan sekitar 1.300 terluka. Tragedi Khodynka dipandang sebagai pertanda buruk dan Nicholas merasa sulit mendapatkan kepercayaan rakyat sejak awal pemerintahannya. Gala duta besar Prancis direncanakan untuk malam itu. Tsar ingin tinggal di kamarnya dan berdoa untuk nyawa yang hilang, tetapi pamannya percaya bahwa ketidakhadirannya di bola akan membuat hubungan tegang dengan Prancis, khususnya Aliansi Prancis-Rusia tahun 1894. Jadi Nicholas menghadiri pesta itu; akibatnya rakyat yang berkabung melihat Nicholas sebagai orang yang sembrono dan tidak peduli.

Nicholas sebagai Tsesarevich pada tahun 1892

Selama musim gugur setelah penobatan, Nicholas dan Alexandra melakukan tur keliling Eropa. Setelah melakukan kunjungan ke kaisar dan permaisuri Austria-Hongaria, Kaisar Jerman, dan kakek-nenek serta kerabat Nicholas dari Denmark, Nicholas dan Alexandra mengambil alih kapal pesiar baru mereka, the Standart, yang telah dibangun di Denmark. Dari sana, mereka melakukan perjalanan ke Skotlandia untuk menghabiskan waktu bersama Ratu Victoria di Kastil Balmoral. Sementara Alexandra menikmati reuninya dengan neneknya, Nicholas mengeluh dalam sepucuk surat kepada ibunya tentang dipaksa pergi syuting dengan pamannya, Pangeran Wales, dalam cuaca buruk, dan menderita sakit gigi yang parah.

Tahun-tahun pertama pemerintahannya melihat sedikit lebih dari kelanjutan dan pengembangan kebijakan yang diambil oleh Alexander III. Nicholas membagikan uang untuk pameran Seluruh Rusia tahun 1896. Pada tahun 1897 pemulihan standar emas oleh Sergei Witte, Menteri Keuangan, menyelesaikan serangkaian reformasi keuangan, yang dimulai lima belas tahun sebelumnya. Pada tahun 1902, Kereta Api Trans-Siberia hampir selesai; ini membantu perdagangan Rusia di Timur Jauh tetapi jalur kereta api masih membutuhkan banyak pekerjaan.

-       Pemahkotaan

Nicholas selalu percaya bahwa Tuhan memilihnya untuk menjadi tsar dan karena itu keputusan tsar mencerminkan kehendak Tuhan dan tidak dapat dibantah. Dia yakin bahwa orang-orang Rusia yang sederhana memahami hal ini dan mencintainya, seperti yang ditunjukkan oleh tampilan kasih sayang yang dia rasakan ketika dia tampil di depan umum. Keyakinannya yang kuno membuat seorang penguasa yang sangat keras kepala menolak batasan konstitusional atas kekuasaannya. Itu membuat tsar berbeda dengan konsensus politik yang muncul di antara elit Rusia. Hal itu semakin terbantahkan oleh posisi subordinasi Gereja dalam birokrasi. Hasilnya adalah ketidakpercayaan baru antara tsar dan hierarki gereja dan antara hierarki itu dan rakyat. Dengan demikian, basis dukungan tsar mengalami konflik.

monogram kekaisaran

Pada tahun 1903, Nicholas terjun ke dalam krisis gerejawi sehubungan dengan kanonisasi Seraphim dari Sarov. Tahun sebelumnya, telah disarankan bahwa jika dia dikanonisasi, pasangan kekaisaran akan melahirkan seorang putra dan pewaris takhta. Sementara Alexandra menuntut pada Juli 1902 agar Seraphim dikanonisasi dalam waktu kurang dari seminggu, Nicholas menuntut agar dia dikanonisasi dalam waktu satu tahun. Terlepas dari protes publik, Gereja tunduk pada tekanan kekaisaran yang kuat, menyatakan Seraphim layak untuk kanonisasi pada Januari 1903. Musim panas itu, keluarga kekaisaran pergi ke Sarov untuk kanonisasi.

-       Inisiatif dalam urusan luar negeri

Kaisar Franz Joseph dari Austria-Hongaria melakukan kunjungan kenegaraan pada bulan April 1897 yang sukses. Itu menghasilkan "kesepakatan tuan-tuan" untuk mempertahankan status quo di Balkan, dan komitmen yang agak mirip berlaku untuk Konstantinopel dan Selat. Hasilnya adalah tahun-tahun damai yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Kartu pos suvenir manuver Prancis tahun 1901 yang dihadiri oleh Nikolay II dan Alexandra

Nicholas mengikuti kebijakan ayahnya, memperkuat Aliansi Prancis-Rusia dan mengejar kebijakan pengamanan umum Eropa, yang berpuncak pada konferensi perdamaian Den Haag yang terkenal. Konferensi ini, yang diusulkan dan dipromosikan oleh Nikolay II, diselenggarakan dengan tujuan mengakhiri perlombaan senjata, dan menyiapkan mesin untuk penyelesaian perselisihan internasional secara damai. Hasil konferensi kurang dari yang diharapkan karena adanya saling ketidakpercayaan antara kekuatan besar. Namun demikian, konvensi Den Haag merupakan salah satu pernyataan formal pertama dari hukum perang. Nikolay II menjadi pahlawan bagi para murid perdamaian yang berdedikasi. Pada tahun 1901 ia dan diplomat Rusia Friedrich Martens dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian atas inisiatif mengadakan Konferensi Perdamaian Den Haag dan berkontribusi pada pelaksanaannya. Namun sejarawan Dan L. Morrill menyatakan bahwa "kebanyakan cendekiawan" setuju bahwa ajakan itu "disusun dalam ketakutan, disampaikan dalam penipuan, dan dibungkus dalam cita-cita kemanusiaan... Bukan dari paham kemanusiaan, bukan dari cinta untuk umat manusia."

-       Perang Rusia-Jepang

Bentrokan antara Rusia dan Kekaisaran Jepang hampir tak terhindarkan pada pergantian abad ke-20. Rusia telah berkembang di Timur Jauh, dan pertumbuhan pemukiman dan ambisi teritorialnya, karena jalur selatannya ke Balkan digagalkan, bertentangan dengan ambisi teritorial Jepang sendiri di daratan Asia. Nicholas mengejar kebijakan luar negeri yang agresif sehubungan dengan Manchuria dan Korea, dan sangat mendukung skema konsesi kayu di wilayah ini seperti yang dikembangkan oleh kelompok Bezobrazov.

Armada Baltik Rusia dimusnahkan oleh Jepang pada Pertempuran Tsushima.

Sebelum perang tahun 1901, Nicholas memberi tahu Pangeran Henry dari Prusia, "Saya tidak ingin merebut Korea tetapi dalam keadaan apa pun saya tidak dapat membiarkan Jepang berdiri kokoh di sana. Itu akan menjadi casus belli."

Perang dimulai pada Februari 1904 dengan serangan preemptive Jepang terhadap armada Rusia di Port Arthur, sebelum deklarasi perang resmi.

Dengan armada Timur Jauh Rusia yang terperangkap di Port Arthur, satu-satunya Armada Rusia lainnya adalah Armada Baltik; jaraknya setengah dunia, tetapi keputusan dibuat untuk mengirim armada dalam perjalanan sembilan bulan ke Timur. Britania Raya tidak mengizinkan angkatan laut Rusia untuk menggunakan Terusan Suez, karena aliansinya dengan Kekaisaran Jepang, dan karena insiden Dogger Bank di mana Armada Baltik secara keliru menembaki kapal penangkap ikan Inggris di Laut Utara. Armada Baltik melintasi dunia untuk mengangkat blokade di Port Arthur, tetapi setelah banyak kesialan di jalan, hampir dimusnahkan oleh Jepang dalam Pertempuran Selat Tsushima. Di darat Tentara Kekaisaran Rusia mengalami masalah logistik. Sementara komando dan perbekalan datang dari St. Petersburg, pertempuran terjadi di pelabuhan-pelabuhan Asia Timur dengan hanya Jalur Kereta Api Trans-Siberia untuk pengangkutan perbekalan serta pasukan dua arah.[59] Jalur rel sepanjang 9.200 kilometer (5.700 mil) antara St. Petersburg dan Port Arthur adalah jalur tunggal, tanpa jalur di sekitar Danau Baikal, yang hanya memungkinkan peningkatan pasukan secara bertahap di garis depan. Port Arthur yang terkepung jatuh ke tangan Jepang, setelah sembilan bulan melakukan perlawanan.

Saat Rusia menghadapi kekalahan yang akan segera terjadi oleh Jepang, seruan untuk perdamaian tumbuh. Ibu Nicholas, serta sepupunya Kaisar Wilhelm II, mendesak Nicholas untuk bernegosiasi demi perdamaian. Terlepas dari upaya tersebut, Nicholas tetap mengelak, mengirim telegram ke Kaiser pada 10 Oktober bahwa niatnya untuk terus berperang sampai Jepang diusir dari Manchuria. Baru pada tanggal 27–28 Mei 1905 dan penghancuran armada Rusia oleh Jepang, Nicholas akhirnya memutuskan untuk menuntut perdamaian. Nicholas II menerima mediasi Amerika, menunjuk kepala yang berkuasa penuh Sergei Witte untuk pembicaraan damai. Perang diakhiri dengan penandatanganan Perjanjian Portsmouth.

-       Keyakinan Tsar akan Kemenangan

Sikap Nicholas terhadap perang sangat berbeda dengan fakta yang jelas sehingga banyak pengamat yang bingung. Dia melihat perang sebagai kemenangan mudah yang diberikan Tuhan yang akan meningkatkan moral dan patriotisme Rusia. Dia mengabaikan dampak finansial dari perang jarak jauh. Rotem Kowner berpendapat bahwa selama kunjungannya ke Jepang pada tahun 1891, di mana Nicholas diserang oleh seorang polisi Jepang, dia menganggap orang Jepang bertubuh kecil, feminin, lemah, dan rendah diri. Dia mengabaikan laporan kehebatan tentara Jepang dalam Perang Tiongkok-Jepang (1894–95) dan laporan tentang kemampuan armada Jepang, serta laporan negatif tentang kurangnya kesiapan pasukan Rusia.

Sebelum serangan Jepang di Port Arthur, Nicholas memegang teguh keyakinan bahwa tidak akan ada perang. Terlepas dari permulaan perang dan banyak kekalahan yang diderita Rusia, Nicholas masih percaya, dan mengharapkan, kemenangan akhir, mempertahankan citra inferioritas rasial dan kelemahan militer Jepang. Sepanjang perang, tsar menunjukkan kepercayaan total pada kemenangan akhir Rusia. Penasihatnya tidak pernah memberinya gambaran yang jelas tentang kelemahan Rusia. Terlepas dari bencana militer yang terus menerus, Nicholas yakin kemenangan sudah dekat. Kehilangan angkatan lautnya di Tsushima akhirnya membujuknya untuk menyetujui negosiasi damai. Meski begitu, dia bersikeras pada opsi untuk membuka kembali permusuhan jika kondisi perdamaian tidak menguntungkan. Dia melarang negosiator utamanya, Count Witte, untuk menyetujui pembayaran ganti rugi atau kehilangan wilayah. Nicholas tetap teguh menentang konsesi apa pun. Perdamaian dibuat, tetapi Witte melakukannya dengan tidak mematuhi tsar dan menyerahkan Sakhalin selatan ke Jepang.

-       Pogrom anti-Yahudi tahun 1903–1906

Surat kabar Kishinev Bessarabets, yang menerbitkan materi anti-Semit, menerima dana dari Viacheslav Plehve, Menteri Dalam Negeri. Publikasi ini berfungsi untuk memicu pogrom (kerusuhan) Kishinev. Pemerintah Nicholas II secara resmi mengutuk kerusuhan tersebut dan memberhentikan gubernur daerah tersebut, dengan para pelakunya ditangkap dan dihukum oleh pengadilan. Kepemimpinan Gereja Ortodoks Rusia juga mengutuk pogrom anti-Semit. Seruan kepada umat yang mengutuk pogrom dibacakan secara terbuka di semua gereja di Rusia. Secara pribadi Nicholas mengungkapkan kekagumannya pada massa, memandang anti-Semitisme sebagai alat yang berguna untuk menyatukan orang-orang di belakang pemerintah; namun pada tahun 1911, setelah pembunuhan Pyotr Stolypin oleh revolusioner Yahudi Dmitry Bogrov, dia menyetujui upaya pemerintah untuk mencegah pogrom anti-Semit.

-       Minggu Berdarah (1905)

Beberapa hari sebelum Minggu Berdarah (9 (22) Januari 1905), pendeta dan pemimpin buruh Georgy Gapon memberi tahu pemerintah tentang prosesi yang akan datang ke Istana Musim Dingin untuk menyerahkan petisi pekerja kepada Tsar. Pada Sabtu, 8 (21) Januari, para menteri bersidang untuk mempertimbangkan situasi tersebut. Tidak pernah terpikirkan bahwa Tsar, yang telah meninggalkan ibu kota menuju Tsarskoye Selo atas saran para menteri, akan benar-benar bertemu dengan Gapon; saran agar beberapa anggota keluarga kekaisaran lainnya menerima petisi ditolak.

Akhirnya diberitahu oleh Prefek Polisi bahwa dia kekurangan orang untuk mencabut Gapon dari antara para pengikutnya dan menahannya, Menteri Dalam Negeri yang baru diangkat, Pangeran Sviatopolk-Mirsky, dan rekan-rekannya memutuskan untuk membawa pasukan tambahan untuk memperkuat kota. . Malam itu Nicholas menulis dalam buku hariannya, "Pasukan telah dibawa dari pinggiran untuk memperkuat garnisun. Sampai sekarang para pekerja masih tenang. Jumlah mereka diperkirakan mencapai 120.000. Pemimpin serikat mereka adalah semacam pendeta sosialis bernama Gapon. Mirsky datang malam ini untuk mempresentasikan laporannya tentang tindakan yang diambil."

Pada hari Minggu, 9 (22) Januari 1905, Gapon memulai perjalanannya. Mengunci senjata, para pekerja berbaris dengan damai melalui jalan-jalan. Beberapa membawa ikon dan spanduk keagamaan, serta bendera nasional dan potret Tsar. Sambil berjalan, mereka menyanyikan himne dan God Save The Tsar. Pukul 2 siang, semua prosesi konvergen dijadwalkan tiba di Istana Musim Dingin. Tidak ada konfrontasi tunggal dengan pasukan. Di seluruh kota, di jembatan di jalan raya yang strategis, para pawai menemukan jalan mereka diblokir oleh barisan infanteri, didukung oleh Cossack dan Hussars; dan tentara menembaki kerumunan.

Jumlah resmi korban adalah 92 tewas dan beberapa ratus luka-luka. Gapon menghilang dan para pemimpin pawai lainnya ditangkap. Diusir dari ibu kota, mereka beredar di seluruh kekaisaran, menambah korban jiwa. Saat peluru menembus ikon mereka, spanduk mereka, dan potret Nicholas mereka, orang-orang berteriak, "Tsar tidak akan membantu kita!" Di luar Rusia, calon Perdana Menteri Buruh Inggris Ramsay MacDonald menyerang Tsar, menyebutnya sebagai "makhluk berlumuran darah dan pembunuh biasa".

Malam itu Nicholas menulis dalam buku hariannya:

 

Hari yang sulit! Petersburg terjadi gangguan serius karena keinginan para pekerja untuk pergi ke Istana Musim Dingin. Pasukan harus menembak di berbagai tempat di kota, banyak yang tewas dan terluka. Tuhan, betapa menyakitkan dan buruknya!

Adik perempuannya, Grand Duchess Olga Alexandrovna, kemudian menulis:

Nicky mendapat laporan polisi beberapa hari sebelumnya. Sabtu itu dia menelepon ibuku di Anitchkov dan mengatakan bahwa dia dan aku harus segera berangkat ke Gatchina. Dia dan Alicky pergi ke Tsarskoye Selo. Sejauh yang saya ingat, Paman saya Vladimir dan Nicholas adalah satu-satunya anggota keluarga yang tersisa di St. Petersburg, tetapi mungkin ada yang lain. Saya merasa pada saat itu bahwa semua pengaturan itu sangat salah. Para menteri Nicky dan Kapolri melakukan semuanya. Ibu saya dan saya ingin dia tinggal di St. Petersburg dan menghadapi orang banyak. Saya yakin, meskipun suasana hati buruk beberapa pekerja, penampilan Nicky akan menenangkan mereka. Mereka akan menyampaikan petisi mereka dan kembali ke rumah mereka. Tapi insiden Epiphany yang menyedihkan itu membuat semua pejabat senior dalam keadaan panik. Mereka terus memberi tahu Nicky bahwa dia tidak berhak mengambil risiko sebesar itu, bahwa dia berhutang kepada negara untuk meninggalkan ibu kota, bahwa bahkan dengan tindakan pencegahan terbaik yang dilakukan mungkin selalu ada celah yang tersisa. Ibu saya dan saya melakukan semua yang kami bisa untuk membujuknya bahwa nasihat para menteri itu salah, tetapi Nicky memilih untuk mengikutinya dan dia adalah orang pertama yang bertobat ketika mendengar hasil yang tragis itu.

Dari tempat persembunyiannya Gapon mengeluarkan surat, yang menyatakan "Nicholas Romanov, sebelumnya Tsar dan saat ini adalah pembunuh jiwa kekaisaran Rusia. Darah pekerja yang tidak bersalah, istri dan anak-anak mereka terletak selamanya antara Anda dan rakyat Rusia ... Semoga semua darah yang harus ditumpahkan menimpa Anda, Anda Hangman. Saya menyerukan kepada semua partai sosialis Rusia untuk segera mencapai kesepakatan di antara mereka sendiri dan melakukan pemberontakan bersenjata melawan Tsarisme."

-       Revolusi 1905

Dihadapkan dengan oposisi yang berkembang dan setelah berkonsultasi dengan Witte dan Pangeran Sviatopolk-Mirsky, Tsar mengeluarkan ukase reformasi pada tanggal 25 Desember 1904 dengan janji yang tidak jelas. Dengan harapan menghentikan pemberontakan, banyak demonstran ditembak pada Minggu Berdarah (1905) ketika mereka mencoba berbaris ke Istana Musim Dingin di St. Dmitri Feodorovich Trepov diperintahkan untuk mengambil tindakan drastis untuk menghentikan aktivitas revolusioner. Grand Duke Sergei terbunuh pada bulan Februari oleh bom revolusioner di Moskow saat dia meninggalkan Kremlin. Pada tanggal 3 Maret Tsar mengutuk kaum revolusioner. Sementara itu, Witte merekomendasikan untuk mengeluarkan manifesto. Skema reformasi akan diuraikan oleh Goremykin dan sebuah komite yang terdiri dari perwakilan terpilih dari zemstvo dan dewan kota di bawah kepresidenan Witte. Pada bulan Juni kapal perang Potemkin, bagian dari Armada Laut Hitam, memberontak.

 

Sekitar Agustus/September, setelah keberhasilan diplomasinya dalam mengakhiri Perang Rusia-Jepang, Witte menulis kepada Tsar menekankan perlunya reformasi politik di dalam negeri. Tsar tetap tenang dan sabar; dia menghabiskan sebagian besar perburuan musim gugur itu. Dengan kekalahan Rusia oleh kekuatan non-Barat, prestise dan otoritas rezim otokratis turun secara signifikan. Tsar Nicholas II, yang terkejut dengan kejadian tersebut, bereaksi dengan marah dan bingung. Dia menulis kepada ibunya setelah berbulan-bulan kekacauan:

Nikolay II mengunjungi Resimen Pengawal Finlandia, 1905

Aku muak membaca beritanya! Tidak ada apa-apa selain pemogokan di sekolah dan pabrik, polisi yang terbunuh, Cossack dan tentara, kerusuhan, kekacauan, pemberontakan. Tetapi para menteri, alih-alih bertindak dengan keputusan cepat, hanya berkumpul di dewan seperti banyak ayam yang ketakutan dan berkotek tentang memberikan tindakan menteri yang bersatu ... hari-hari tenang yang tidak menyenangkan dimulai, memang sepi karena ada ketertiban lengkap di jalan-jalan, tetapi di jalan-jalan. pada saat yang sama semua orang tahu bahwa sesuatu akan terjadi — pasukan sedang menunggu sinyal, tetapi pihak lain tidak mau memulai. Seseorang memiliki perasaan yang sama, seperti sebelum badai petir di musim panas! Semua orang gelisah dan sangat gugup dan tentu saja, ketegangan semacam itu tidak bisa berlangsung lama.... Kita berada di tengah revolusi dengan aparatur administratif yang sama sekali tidak terorganisir, dan di sinilah letak bahaya utamanya.

Pidato pembukaan Nikolay II di hadapan dua kamar Duma Negara di Istana Musim Dingin, 1906.

Pada bulan Oktober pemogokan kereta api berkembang menjadi pemogokan umum yang melumpuhkan negara. Di kota tanpa listrik, Witte memberi tahu Nicholas II "bahwa negara itu berada di ambang revolusi dahsyat". Tsar menerima draf tersebut, yang dengan tergesa-gesa dibuat oleh Aleksei D. Obolensky. Kaisar dan Otokrat Seluruh Rusia dipaksa untuk menandatangani Manifesto Oktober yang menyetujui pembentukan Duma Kekaisaran, dan menyerahkan sebagian dari otokrasinya yang tidak terbatas. Klausul kebebasan beragama membuat marah Gereja karena memungkinkan orang untuk beralih ke Protestan evangelis, yang mereka kecam sebagai bid'ah.

Selama enam bulan berikutnya, Witte menjadi Perdana Menteri. Menurut Harold Williams: "Pemerintah itu hampir lumpuh sejak awal." Pada tanggal 26 Oktober (O.S.), Tsar menunjuk Trepov sebagai Penguasa Istana (tanpa berkonsultasi dengan Witte), dan berhubungan setiap hari dengan Kaisar; pengaruhnya di pengadilan sangat penting. Pada tanggal 1 November 1905 (O.S.), Putri Milica dari Montenegro mempersembahkan Grigori Rasputin kepada Tsar Nicholas dan istrinya (yang saat itu memiliki seorang putra penderita hemofilia) di Istana Peterhof.

-       Hubungan dengan Duma

Pidato pembukaan Nikolay II di hadapan dua kamar Duma Negara di Istana Musim Dingin, 1906.

Di bawah tekanan dari percobaan Revolusi Rusia 1905, pada tanggal 5 Agustus tahun itu Nicholas II mengeluarkan sebuah manifesto tentang pertemuan Duma Negara, yang dikenal sebagai Duma Bulygin, yang awalnya dianggap sebagai badan penasehat. Dalam Manifesto Oktober, Tsar berjanji untuk memperkenalkan kebebasan sipil dasar, memberikan partisipasi luas dalam Duma Negara, dan memberi Duma kekuasaan legislatif dan pengawasan. Namun, dia bertekad untuk mempertahankan otokrasinya bahkan dalam konteks reformasi. Hal ini diisyaratkan dalam teks konstitusi 1906. Dia digambarkan sebagai otokrat tertinggi, dan mempertahankan kekuasaan eksekutif, juga dalam urusan gereja. Menteri kabinetnya tidak diizinkan untuk mengganggu atau membantu satu sama lain; mereka hanya bertanggung jawab kepadanya.

Hubungan Nicholas dengan Duma buruk. Duma Pertama, dengan mayoritas Kadet, segera berkonflik dengannya. Hampir 524 anggota duduk di Istana Tauride ketika mereka merumuskan 'Alamat ke Tahta'. Itu menuntut hak pilih universal, reformasi tanah radikal, pembebasan semua tahanan politik dan pemecatan menteri yang ditunjuk oleh Tsar demi menteri yang dapat diterima Duma. Grand Duchess Olga, saudara perempuan Nicholas, kemudian menulis:

Koin perak: 1 rubel Nikolai II_Romanov Dynasty – 1913 – Di bagian depan koin menampilkan dua penguasa: Kaisar Nikolas II kiri berseragam militer penjaga kehidupan resimen infanteri ke-4 keluarga Kekaisaran, kanan Michael I dengan jubah Kerajaan dan Monomakh Topi. Potret yang dibuat dalam bingkai melingkar di sekitar ornamen Yunani.

Ada kesuraman di Tsarskoye Selo. Saya tidak mengerti apa-apa tentang politik. Saya hanya merasa semuanya salah dengan negara dan kita semua. Konstitusi Oktober tampaknya tidak memuaskan siapa pun. Saya pergi dengan ibu saya ke Duma pertama. Saya ingat sekelompok besar deputi dari kalangan petani dan pekerja pabrik. Para petani tampak cemberut. Tapi para pekerja lebih buruk: mereka tampak seolah-olah membenci kami. Aku ingat kesedihan di mata Alicky.

Menteri Pengadilan Hitung Vladimir Frederiks berkomentar, "Para Deputi, mereka memberi kesan sekelompok penjahat yang hanya menunggu sinyal untuk melemparkan diri ke arah para menteri dan memotong leher mereka. Saya tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di antara orang-orang itu ." Janda Permaisuri memperhatikan "kebencian yang tidak bisa dipahami".

Satu koin perak rubel Nikolay II, tertanggal 1898, dengan lambang Kekaisaran di bagian belakang. Prasasti Rusia berbunyi: B[ozheyu] M[ilostyu] Nikolay Imperator i Samoderzhets Vse[ya] Ross[ii].[iyskiy]. Terjemahan bahasa Inggrisnya adalah, "Dengan rahmat Tuhan, Nikolay II, Kaisar dan Otokrat Seluruh Rusia."

Meskipun Nicholas awalnya memiliki hubungan yang baik dengan perdana menterinya, Sergei Witte, Alexandra tidak mempercayainya karena dia telah memicu penyelidikan terhadap Grigori Rasputin dan, karena situasi politik memburuk, Nicholas membubarkan Duma. Duma dihuni oleh orang-orang radikal, banyak dari mereka ingin mendorong melalui undang-undang yang antara lain akan menghapuskan kepemilikan properti pribadi. Witte, tidak mampu memahami masalah reformasi Rusia dan monarki yang tampaknya tidak dapat diatasi, menulis kepada Nicholas pada 14 April 1906 untuk mengundurkan diri dari jabatannya (namun, laporan lain mengatakan bahwa Witte dipaksa mengundurkan diri oleh Kaisar). Nicholas tidak tidak ramah kepada Witte dan sebuah Reskrip Kekaisaran diterbitkan pada tanggal 22 April menciptakan Witte seorang Ksatria Ordo Saint Alexander Nevsky dengan berlian (dua kata terakhir ditulis dengan tangan Kaisar sendiri, diikuti dengan "Saya tetap tidak dapat diubah kepada Anda dan dengan tulus berterima kasih, untuk lebih banyak lagi Nicholas.").

Duma kedua bertemu untuk pertama kalinya pada bulan Februari 1907. Partai-partai kiri—termasuk Sosial Demokrat dan Sosial Revolusioner, yang telah memboikot Duma Pertama—telah memenangkan 200 kursi di Duma Kedua, lebih dari sepertiga jumlah anggota. Sekali lagi Nicholas menunggu dengan tidak sabar untuk melepaskan diri dari Duma. Dalam dua surat kepada ibunya, dia membiarkan kepahitannya mengalir:

Utusan aneh datang dari Inggris untuk menemui anggota liberal Duma. Paman Bertie memberi tahu kami bahwa mereka sangat menyesal tetapi tidak dapat mengambil tindakan untuk menghentikan kedatangan mereka. "Kebebasan" mereka yang terkenal, tentu saja. Betapa marahnya mereka jika utusan dari kami pergi ke Irlandia untuk mendoakan mereka sukses dalam perjuangan mereka melawan pemerintah mereka.

Beberapa saat kemudian dia menulis lebih lanjut:

Semuanya akan baik-baik saja jika semua yang dikatakan di Duma tetap berada di dalam temboknya. Setiap kata yang diucapkan, bagaimanapun, keluar di koran hari berikutnya yang dengan rajin dibaca oleh semua orang. Di banyak tempat rakyat kembali bergolak. Mereka mulai berbicara tentang tanah sekali lagi dan menunggu untuk melihat apa yang akan dikatakan Duma tentang pertanyaan itu. Saya menerima telegram dari mana-mana, mengajukan petisi kepada saya untuk memerintahkan pembubaran, tetapi masih terlalu dini untuk itu. Seseorang harus membiarkan mereka melakukan sesuatu yang sangat bodoh atau jahat dan kemudian - tampar! Dan mereka pergi!

Nicholas II, Stolypin dan delegasi Yahudi selama kunjungan Tsar ke Kiev pada tahun 1911

Setelah Duma Kedua menghasilkan masalah serupa, perdana menteri baru Pyotr Stolypin (yang digambarkan Witte sebagai "reaksioner") secara sepihak membubarkannya, dan mengubah undang-undang pemilihan untuk memungkinkan Dumas di masa depan memiliki konten yang lebih konservatif, dan didominasi oleh Partai Oktobris liberal-konservatif Alexander Guchkov. Stolypin, seorang politikus yang terampil, memiliki rencana reformasi yang ambisius. Ini termasuk menyediakan pinjaman bagi kelas bawah untuk memungkinkan mereka membeli tanah, dengan maksud membentuk kelas petani yang setia kepada kerajaan. Namun demikian, ketika Duma tetap bermusuhan, Stolypin tidak ragu untuk menggunakan Pasal 87 Undang-Undang Dasar, yang memberdayakan Tsar untuk mengeluarkan 'keputusan darurat yang mendesak dan luar biasa' selama reses Duma Negara '. Tindakan legislatif Stolypin yang paling terkenal, perubahan kepemilikan tanah petani, diumumkan berdasarkan Pasal 87.

Duma ketiga tetap merupakan badan independen. Kali ini para anggota melanjutkan dengan hati-hati. Alih-alih menyerang pemerintah, pihak lawan di dalam Duma bekerja untuk mengembangkan tubuh secara keseluruhan. Dengan cara klasik Parlemen Inggris, Duma meraih kekuasaan untuk merebut dompet nasional. Duma memiliki hak untuk menanyai para menteri secara tertutup mengenai pengeluaran yang diusulkan. Sesi-sesi ini, didukung oleh Stolypin, bersifat mendidik bagi kedua belah pihak, dan, pada waktunya, antagonisme timbal balik digantikan oleh rasa saling menghormati. Bahkan bidang pengeluaran militer yang sensitif, di mana Manifesto Oktober jelas-jelas telah mencadangkan keputusan untuk tahta, sebuah komisi Duma mulai beroperasi. Terdiri dari patriot agresif yang tidak kalah cemasnya dengan Nicholas untuk mengembalikan kehormatan senjata Rusia yang jatuh, komisi Duma sering merekomendasikan pengeluaran yang bahkan lebih besar dari yang diusulkan.

Seiring berjalannya waktu, Nicholas juga mulai percaya pada Duma. "Duma ini tidak dapat dicela dengan upaya merebut kekuasaan dan sama sekali tidak perlu bertengkar dengannya," katanya kepada Stolypin pada tahun 1909. Namun demikian, rencana Stolypin dilemahkan oleh kaum konservatif di pengadilan. Meskipun tsar pada awalnya mendukungnya, dia akhirnya memihak para kritikus terkemuka. Reaksioner seperti Pangeran Vladimir Nikolayevich Orlov tidak pernah lelah memberi tahu tsar bahwa keberadaan Duma itu sendiri adalah noda pada otokrasi. Stolypin, bisik mereka, adalah seorang pengkhianat dan revolusioner rahasia yang berkomplot dengan Duma untuk mencuri hak prerogatif yang diberikan Tuhan kepada Tsar. Witte juga terlibat dalam intrik terus-menerus melawan Stolypin. Meski Stolypin tidak ada hubungannya dengan kejatuhan Witte, Witte menyalahkannya. Stolypin tanpa disadari telah membuat marah Tsaritsa. Dia telah memerintahkan penyelidikan terhadap Rasputin dan menyerahkannya kepada Tsar, yang membacanya tetapi tidak melakukan apa-apa. Stolypin, atas otoritasnya sendiri, memerintahkan Rasputin untuk meninggalkan St. Alexandra memprotes dengan keras tetapi Nicholas menolak untuk mengesampingkan Perdana Menterinya, yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap Kaisar.

Pada saat pembunuhan Stolypin pada bulan September 1911, Stolypin telah bosan dengan beban jabatan. Bagi seorang pria yang lebih menyukai tindakan tegas yang jelas, bekerja dengan seorang penguasa yang percaya pada fatalisme dan mistisisme membuat frustrasi. Sebagai contoh, Nicholas pernah mengembalikan dokumen yang tidak ditandatangani dengan catatan:

Terlepas dari argumen yang paling meyakinkan yang mendukung pengambilan keputusan positif dalam masalah ini, suara hati terus bersikeras bahwa saya tidak menerima tanggung jawab untuk itu. Sejauh ini hati nurani saya tidak menipu saya. Oleh karena itu saya bermaksud dalam hal ini untuk mengikuti perintahnya. Saya tahu bahwa Anda juga percaya bahwa "hati Tsar ada di tangan Tuhan." Biarkan seperti itu. Untuk semua hukum yang saya tetapkan, saya memikul tanggung jawab besar di hadapan Tuhan, dan saya siap untuk menjawab keputusan saya kapan saja.

Alexandra, percaya bahwa Stolypin telah memutuskan ikatan yang menjadi sandaran hidup putranya, membenci Perdana Menteri. Pada bulan Maret 1911, dalam kemarahan yang menyatakan bahwa dia tidak lagi memerintahkan kepercayaan kekaisaran, Stolypin meminta untuk dibebastugaskan dari jabatannya. Dua tahun sebelumnya ketika Stolypin dengan santai menyebutkan pengunduran diri ke Nicholas dia diberitahu: "Ini bukan masalah kepercayaan atau kurangnya kepercayaan. Ini adalah keinginan saya. Ingatlah bahwa kita tinggal di Rusia, bukan di luar negeri ... dan karena itu saya tidak akan pertimbangkan kemungkinan pengunduran diri." Dia dibunuh pada bulan September 1911.

Pada tahun 1912, Duma keempat dipilih dengan keanggotaan yang hampir sama dengan yang ketiga. "Duma dimulai terlalu cepat. Sekarang lebih lambat, tapi lebih baik, dan lebih bertahan lama," kata Nicholas kepada Sir Bernard Pares.

  

Grigori Rasputin

Perang Dunia Pertama berkembang buruk bagi Rusia. Pada akhir 1916, keputusasaan keluarga Romanov mencapai titik di mana Adipati Agung Paul Alexandrovich, adik laki-laki Alexander III dan satu-satunya paman Tsar yang masih hidup, diutus untuk memohon kepada Nicholas agar memberikan konstitusi dan pemerintahan yang bertanggung jawab kepada Duma. Nicholas dengan tegas dan tegas menolak, mencela pamannya karena memintanya untuk melanggar sumpah penobatannya untuk mempertahankan kekuasaan otokratis bagi penerusnya. Di Duma pada tanggal 2 Desember 1916, Vladimir Purishkevich, seorang patriot yang bersemangat, monarki dan pekerja perang, mengecam kekuatan gelap yang mengelilingi tahta dalam pidato dua jam yang menggelegar yang disambut dengan tepuk tangan meriah. "Revolusi mengancam," dia memperingatkan, "dan seorang petani yang tidak jelas tidak akan memerintah Rusia lagi!"

-       Penyakit Tsarevich Alexei dan Rasputin

Masalah domestik yang lebih rumit adalah masalah suksesi. Alexandra melahirkan empat putri untuk Nicholas, Grand Duchess Olga pada tahun 1895, Grand Duchess Tatiana pada tahun 1897, Grand Duchess Maria pada tahun 1899, dan Grand Duchess Anastasia pada tahun 1901, sebelum putra mereka Alexei lahir pada tanggal 12 Agustus 1904. Hemofilia B, penyakit keturunan yang mencegah pembekuan darah dengan benar, yang pada saat itu tidak dapat diobati dan biasanya menyebabkan kematian sebelum waktunya. Sebagai cucu Ratu Victoria, Alexandra membawa mutasi gen yang sama yang menimpa beberapa keluarga kerajaan besar Eropa, seperti Prusia dan Spanyol. Oleh karena itu, hemofilia dikenal sebagai "penyakit kerajaan". Melalui Alexandra, penyakit itu diturunkan kepada putranya. Karena semua putri Nicholas dan Alexandra dibunuh bersama orang tua dan saudara laki-laki mereka di Yekaterinburg pada tahun 1918, tidak diketahui apakah ada di antara mereka yang mewarisi gen tersebut sebagai pembawa.

Sebelum kedatangan Rasputin, tsarina dan tsar telah berkonsultasi dengan banyak mistikus, dukun, "orang bodoh", dan pembuat keajaiban. Tingkah laku raja bukanlah suatu penyimpangan yang aneh, tetapi suatu kemunduran yang disengaja dari kekuatan sosial dan ekonomi sekuler pada masanya – suatu tindakan iman dan mosi percaya pada masa lalu spiritual. Mereka telah menempatkan diri mereka sebagai penasihat dan manipulator spiritual terbesar dalam sejarah Rusia.

Karena rapuhnya otokrasi saat ini, Nicholas dan Alexandra memilih merahasiakan kondisi Alexei. Bahkan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak mengetahui sifat sebenarnya dari penyakit Tsarevich. Awalnya Alexandra beralih ke dokter dan petugas medis Rusia untuk merawat Alexei; namun, perawatan mereka umumnya gagal, dan Alexandra semakin beralih ke mistikus dan orang suci (atau starets sebagaimana mereka dipanggil dalam bahasa Rusia). Salah satu bintang ini, seorang Siberia yang buta huruf bernama Grigori Rasputin, memperoleh kesuksesan yang luar biasa. Pengaruh Rasputin atas Permaisuri Alexandra, dan akibatnya Tsar sendiri, semakin kuat setelah tahun 1912 ketika Tsarevich hampir meninggal karena cedera. Pendarahannya semakin parah saat para dokter putus asa, dan para imam memberikan Sakramen Terakhir. Dalam keputusasaan, Alexandra memanggil Rasputin, dan dia menjawab, "Tuhan telah melihat air matamu dan mendengar doamu. Jangan bersedih. Si Kecil tidak akan mati. Jangan biarkan dokter terlalu mengganggunya." Pendarahan berhenti keesokan harinya dan bocah itu mulai pulih. Alexandra menganggap ini sebagai tanda bahwa Rasputin adalah seorang bintang dan bahwa Tuhan menyertainya; selama sisa hidupnya dia akan dengan gigih membelanya dan melampiaskan amarahnya terhadap siapa pun yang berani menanyainya.

-       Urusan Eropa

Pada tahun 1907, untuk mengakhiri kontroversi lama atas Asia Tengah, Rusia dan Britania Raya menandatangani Konvensi Anglo-Rusia yang menyelesaikan sebagian besar masalah yang dihasilkan selama beberapa dekade oleh The Great Game. Britania Raya telah memasuki Entente cordiale dengan Prancis pada tahun 1904, dan konvensi Anglo-Rusia mengarah pada pembentukan Triple Entente. Tahun berikutnya, pada Mei 1908, Nicholas dan Alexandra berbagi "Paman Bertie" dan "Bibi Alix", Raja Inggris Edward VII dan Ratu Alexandra, melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia, menjadi monarki Inggris pertama yang melakukannya. Namun, mereka tidak menginjakkan kaki di tanah Rusia. Sebaliknya, mereka tetap berada di kapal pesiar mereka, bertemu di lepas pantai Tallinn modern. Belakangan tahun itu, Nicholas dibuat lengah oleh berita bahwa menteri luar negerinya, Alexander Izvolsky, telah menandatangani perjanjian rahasia dengan menteri luar negeri Austro-Hungaria, Count Alois von Aehrenthal, menyetujui bahwa, sebagai ganti akses angkatan laut Rusia ke Dardanella dan Selat Bosporus, Rusia tidak akan menentang aneksasi Austria atas Bosnia dan Herzegovina, sebuah revisi dari Perjanjian Berlin tahun 1878. Ketika Austria-Hongaria mencaplok wilayah ini pada bulan Oktober, hal itu memicu krisis diplomatik. Ketika Rusia memprotes aneksasi tersebut, Austria mengancam akan membocorkan komunikasi rahasia antara Izvolsky dan Aehernthal, mendorong Nicholas untuk mengeluh dalam sebuah surat kepada kaisar Austria, Franz Joseph, tentang pelanggaran kepercayaan. Pada tahun 1909, setelah kebaktian Anglo-Rusia, keluarga kekaisaran Rusia melakukan kunjungan ke Inggris, tinggal di Isle of Wight selama Cowes Week. Pada tahun 1913, selama Perang Balkan, Nicholas secara pribadi menawarkan untuk menengahi antara Serbia dan Bulgaria. Namun, Bulgaria menolak tawarannya. Juga pada tahun 1913, Nicholas, meskipun tanpa Alexandra, mengunjungi Berlin untuk pernikahan putri Kaiser Wilhelm II, Putri Victoria Louise, dengan sepupu dari pihak ibu Nicholas, Ernest Augustus, Adipati Brunswick. Nicholas juga ditemani oleh sepupunya, Raja George V dan istrinya, Ratu Mary.

-       Tiga ratus tahun

Pada bulan Februari 1913, Nicholas memimpin perayaan tiga abad Dinasti Romanov. Pada tanggal 21 Februari, Te Deum berlangsung di Katedral Kazan, dan resepsi kenegaraan di Istana Musim Dingin. Pada bulan Mei, Nicholas dan keluarga kekaisaran melakukan ziarah melintasi kekaisaran, menelusuri kembali rute menyusuri Sungai Volga yang dibuat oleh remaja Michael Romanov dari Biara Ipatiev di Kostroma ke Moskow pada tahun 1613 ketika dia akhirnya setuju untuk menjadi Tsar.

Di Finlandia, Nicholas dikaitkan dengan langkah-langkah Russifikasi yang sangat tidak populer. Ini dimulai dengan Manifesto Februari yang diproklamirkan oleh Nicholas II pada tahun 1899, yang membatasi otonomi Finlandia dan memicu periode penyensoran dan represi politik. Petisi protes yang ditandatangani oleh lebih dari 500.000 orang Finlandia dikumpulkan terhadap manifesto tersebut dan dikirim ke St. Petersburg oleh delegasi yang terdiri dari 500 orang, tetapi tidak diterima oleh Nicholas. Langkah-langkah Rusifikasi diperkenalkan kembali pada tahun 1908 setelah penangguhan sementara setelah Revolusi 1905, dan Nicholas menerima sambutan dingin ketika dia melakukan kunjungan satu-satunya ke Helsinki pada 10 Maret 1915.

-       Perang Dunia Pertama

Pada tanggal 28 Juni 1914 Archduke Franz Ferdinand dari Austria, pewaris takhta Austria-Hongaria, dibunuh oleh seorang nasionalis Serbia Bosnia di Sarajevo, yang menentang aneksasi Austria-Hongaria atas Bosnia-Herzegovina. Pecahnya perang tidak dapat dihindari, tetapi para pemimpin, diplomat, dan aliansi abad kesembilan belas menciptakan iklim konflik skala besar. Konsep Pan-Slavisme dan berbagi agama menciptakan simpati publik yang kuat antara Rusia dan Serbia. Konflik teritorial menciptakan persaingan antara Jerman dan Prancis dan antara Austria-Hongaria dan Serbia, dan akibatnya jaringan aliansi berkembang di seluruh Eropa. Jaringan Triple Entente dan Triple Alliance ditetapkan sebelum perang. Nicholas tidak ingin meninggalkan Serbia pada ultimatum Austria, atau memprovokasi perang umum. Dalam serangkaian surat yang dipertukarkan dengan Wilhelm dari Jerman ("korespondensi Willy–Nicky"), keduanya menyatakan keinginan mereka untuk berdamai, dan masing-masing berusaha membuat yang lain mundur. Nicholas menginginkan agar mobilisasi Rusia hanya melawan Austria-Hongaria, dengan harapan mencegah perang dengan Jerman.

Pada tanggal 25 Juli 1914, di dewan menterinya, Nicholas memutuskan untuk ikut campur dalam konflik Austro-Serbia, sebuah langkah menuju perang umum. Dia membuat tentara Rusia "waspada" pada 25 Juli. Meskipun ini bukan mobilisasi umum, ini mengancam perbatasan Jerman dan Austro-Hongaria dan terlihat seperti persiapan militer untuk perang. Namun, pasukannya tidak memiliki rencana darurat untuk mobilisasi parsial, dan pada tanggal 30 Juli 1914 Nicholas mengambil langkah yang menentukan untuk mengonfirmasi perintah mobilisasi umum, meskipun sangat dinasihati untuk menentangnya.

Pada 28 Juli, Austria-Hongaria secara resmi menyatakan perang melawan Serbia. Pada tanggal 29 Juli 1914, Nicholas mengirim telegram ke Wilhelm dengan saran untuk menyerahkan masalah Austro-Serbia ke Konferensi Den Haag (di pengadilan Den Haag). Wilhelm tidak membahas pertanyaan tentang Konferensi Den Haag dalam jawabannya selanjutnya. Count Witte memberi tahu Duta Besar Prancis, Maurice Paléolog bahwa dari sudut pandang Rusia perang adalah kegilaan, solidaritas Slavia hanyalah omong kosong dan Rusia tidak dapat mengharapkan apa pun dari perang tersebut. Pada tanggal 30 Juli, Rusia memerintahkan mobilisasi umum, tetapi tetap bersikukuh tidak akan menyerang jika pembicaraan damai akan dimulai. Jerman, bereaksi terhadap penemuan mobilisasi parsial yang diperintahkan pada 25 Juli, mengumumkan postur pra-mobilisasinya sendiri, Bahaya Perang yang Akan Segera Terjadi. Jerman meminta agar Rusia melakukan demobilisasi dalam dua belas jam ke depan. Di Saint Petersburg, pada pukul 7 malam, dengan ultimatum ke Rusia telah berakhir, duta besar Jerman untuk Rusia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Sazonov, menanyakan tiga kali apakah Rusia akan mempertimbangkan kembali, dan kemudian dengan berjabat tangan, menyampaikan catatan menerima perang Rusia menantang dan menyatakan perang pada 1 Agustus. Kurang dari seminggu kemudian, pada 6 Agustus, Franz Joseph menandatangani deklarasi perang Austro-Hongaria di Rusia.

Pecahnya perang pada 1 Agustus 1914 membuat Rusia sangat tidak siap. Rusia dan sekutunya menaruh kepercayaan pada pasukannya, 'mesin giling Rusia' yang terkenal. Kekuatan regulernya sebelum perang adalah 1.400.000; mobilisasi menambahkan 3.100.000 cadangan dan jutaan lainnya siap mendukung mereka. Namun, dalam segala hal lainnya, Rusia tidak siap untuk perang. Jerman memiliki rel kereta api sepuluh kali lebih banyak per mil persegi, dan sementara tentara Rusia menempuh jarak rata-rata 1.290 kilometer (800 mil) untuk mencapai garis depan, tentara Jerman menempuh jarak kurang dari seperempat jarak itu. Industri berat Rusia masih terlalu kecil untuk melengkapi pasukan besar yang dapat dikumpulkan oleh Tsar, dan cadangan amunisinya sangat kecil; sementara tentara Jerman pada tahun 1914 memiliki perlengkapan yang lebih baik daripada yang lain, orang demi orang, Rusia sangat kekurangan senjata artileri, peluru, kendaraan bermotor, dan bahkan sepatu bot. Dengan Laut Baltik yang dihalangi oleh U-boat Jerman dan Dardanella oleh senjata sekutu Jerman, Kekaisaran Ottoman, Rusia awalnya dapat menerima bantuan hanya melalui Archangel, yang membeku pada musim dingin, atau melalui Vladivostok, yang berjarak lebih dari 6.400 kilometer ( 4.000 mil) dari garis depan. Pada tahun 1915, sebuah jalur kereta api dibangun ke utara dari Petrozavodsk ke Teluk Kola dan hubungan ini menjadi dasar bagi pelabuhan bebas es yang kemudian disebut Murmansk. Komando Tinggi Rusia juga sangat dilemahkan oleh penghinaan timbal balik antara Vladimir Sukhomlinov, Menteri Perang, dan Adipati Agung Nicholas Nikolayevich yang tidak kompeten yang memimpin pasukan di lapangan. Terlepas dari semua ini, serangan langsung diperintahkan terhadap provinsi Prusia Timur Jerman. Jerman dimobilisasi di sana dengan sangat efisien dan benar-benar mengalahkan dua tentara Rusia yang telah menyerang. Pertempuran Tannenberg, di mana seluruh tentara Rusia dimusnahkan, membayangi masa depan Rusia. Rusia sukses besar melawan tentara Austro-Hungaria dan Ottoman sejak awal perang, tetapi mereka tidak pernah berhasil melawan kekuatan Angkatan Darat Jerman. Pada bulan September 1914, untuk menghilangkan tekanan terhadap Prancis, Rusia terpaksa menghentikan serangan yang berhasil melawan Austria-Hongaria di Galicia untuk menyerang Silesia yang dikuasai Jerman.

Pada tanggal 25 Juli 1914, di dewan menterinya, Nicholas memutuskan untuk ikut campur dalam konflik Austro-Serbia, sebuah langkah menuju perang umum. Dia membuat tentara Rusia "waspada" pada 25 Juli. Meskipun ini bukan mobilisasi umum, ini mengancam perbatasan Jerman dan Austro-Hungaria dan terlihat seperti persiapan militer untuk perang.[105] Namun, pasukannya tidak memiliki rencana darurat untuk mobilisasi parsial, dan pada tanggal 30 Juli 1914 Nicholas mengambil langkah yang menentukan untuk mengonfirmasi perintah mobilisasi umum, meskipun sangat dinasihati untuk menentangnya.

Pada 28 Juli, Austria-Hongaria secara resmi menyatakan perang melawan Serbia. Pada tanggal 29 Juli 1914, Nicholas mengirim telegram ke Wilhelm dengan saran untuk menyerahkan masalah Austro-Serbia ke Konferensi Den Haag (di pengadilan Den Haag). Wilhelm tidak membahas pertanyaan tentang Konferensi Den Haag dalam jawabannya selanjutnya. Count Witte memberi tahu Duta Besar Prancis, Maurice Paléolog bahwa dari sudut pandang Rusia perang adalah kegilaan, solidaritas Slavia hanyalah omong kosong dan Rusia tidak dapat mengharapkan apa pun dari perang tersebut. Pada tanggal 30 Juli, Rusia memerintahkan mobilisasi umum, tetapi tetap bersikukuh tidak akan menyerang jika pembicaraan damai akan dimulai. Jerman, bereaksi terhadap penemuan mobilisasi parsial yang diperintahkan pada 25 Juli, mengumumkan postur pra-mobilisasinya sendiri, Bahaya Perang yang Akan Segera Terjadi. Jerman meminta agar Rusia melakukan demobilisasi dalam dua belas jam ke depan. Di Saint Petersburg, pada pukul 7 malam, dengan ultimatum ke Rusia telah berakhir, duta besar Jerman untuk Rusia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Sazonov, menanyakan tiga kali apakah Rusia akan mempertimbangkan kembali, dan kemudian dengan berjabat tangan, menyampaikan catatan menerima perang Rusia menantang dan menyatakan perang pada 1 Agustus. Kurang dari seminggu kemudian, pada 6 Agustus, Franz Joseph menandatangani deklarasi perang Austro-Hongaria di Rusia.

 

Pecahnya perang pada 1 Agustus 1914 membuat Rusia sangat tidak siap. Rusia dan sekutunya mempercayai pasukannya, 'mesin giling Rusia' yang terkenal.[110] Kekuatan regulernya sebelum perang adalah 1.400.000; mobilisasi menambahkan 3.100.000 cadangan dan jutaan lainnya siap mendukung mereka. Namun, dalam segala hal lainnya, Rusia tidak siap untuk perang. Jerman memiliki rel kereta api sepuluh kali lebih banyak per mil persegi, dan sementara tentara Rusia menempuh jarak rata-rata 1.290 kilometer (800 mil) untuk mencapai garis depan, tentara Jerman menempuh jarak kurang dari seperempat jarak itu. Industri berat Rusia masih terlalu kecil untuk melengkapi pasukan besar yang dapat dikumpulkan oleh Tsar, dan cadangan amunisinya sangat kecil; sementara tentara Jerman pada tahun 1914 memiliki perlengkapan yang lebih baik daripada yang lain, orang demi orang, Rusia sangat kekurangan senjata artileri, peluru, kendaraan bermotor, dan bahkan sepatu bot. Dengan Laut Baltik yang dihalangi oleh U-boat Jerman dan Dardanella oleh senjata sekutu Jerman, Kekaisaran Ottoman, Rusia awalnya dapat menerima bantuan hanya melalui Archangel, yang membeku pada musim dingin, atau melalui Vladivostok, yang berjarak lebih dari 6.400 kilometer ( 4.000 mil) dari garis depan. Pada tahun 1915, sebuah jalur kereta api dibangun ke utara dari Petrozavodsk ke Teluk Kola dan hubungan ini menjadi dasar bagi pelabuhan bebas es yang kemudian disebut Murmansk. Komando Tinggi Rusia juga sangat dilemahkan oleh penghinaan timbal balik antara Vladimir Sukhomlinov, Menteri Perang, dan Adipati Agung Nicholas Nikolayevich yang tidak kompeten yang memimpin pasukan di lapangan. Terlepas dari semua ini, serangan langsung diperintahkan terhadap provinsi Prusia Timur Jerman. Jerman dimobilisasi di sana dengan sangat efisien dan benar-benar mengalahkan dua tentara Rusia yang telah menyerang. Pertempuran Tannenberg, di mana seluruh tentara Rusia dimusnahkan, membayangi masa depan Rusia. Rusia sukses besar melawan tentara Austro-Hungaria dan Ottoman sejak awal perang, tetapi mereka tidak pernah berhasil melawan kekuatan Angkatan Darat Jerman. Pada bulan September 1914, untuk menghilangkan tekanan terhadap Prancis, Rusia terpaksa menghentikan serangan yang berhasil melawan Austria-Hongaria di Galicia untuk menyerang Silesia yang dikuasai Jerman.

Lambat laun perang gesekan terjadi di Front Timur yang luas, tempat Rusia menghadapi pasukan gabungan tentara Jerman dan Austria-Hongaria, dan mereka menderita kerugian yang mengejutkan. Jenderal Denikin, yang mundur dari Galicia menulis, "Artileri berat Jerman menyapu seluruh barisan parit, dan para pembela mereka bersama mereka. Kami hampir tidak menjawab. Tidak ada yang dapat kami jawab. Resimen kami, meskipun benar-benar kelelahan, mengalahkan satu serang demi satu dengan bayonet ... Darah mengalir tanpa henti, barisan menjadi semakin tipis dan semakin tipis. Jumlah kuburan berlipat ganda." Pada tanggal 5 Agustus, dengan mundurnya tentara Rusia, Warsawa jatuh. Kekalahan di garis depan menimbulkan kekacauan di rumah. Awalnya, targetnya adalah Jerman, dan selama tiga hari di bulan Juni toko, toko roti, pabrik, rumah pribadi, dan perkebunan milik orang-orang dengan nama Jerman dijarah dan dibakar. Massa yang meradang kemudian menyerang pemerintah, menyatakan Permaisuri harus dikurung di biara, Tsar digulingkan dan Rasputin digantung. Nicholas sama sekali tidak tuli terhadap ketidakpuasan ini. Sesi darurat Duma dipanggil dan Dewan Pertahanan Khusus dibentuk, anggotanya diambil dari Duma dan menteri Tsar.

Pada Juli 1915, Raja Christian X dari Denmark, sepupu pertama Tsar, mengirim Hans Niels Andersen ke Tsarskoye Selo dengan tawaran untuk bertindak sebagai mediator. Dia melakukan beberapa perjalanan antara London, Berlin dan Petrograd dan pada bulan Juli melihat Janda Permaisuri Maria Fyodorovna. Andersen memberitahunya bahwa mereka harus mencapai perdamaian. Nicholas memilih untuk menolak tawaran mediasi Raja Christian, karena dia merasa akan menjadi pengkhianatan bagi Rusia untuk membentuk perjanjian damai terpisah dengan Blok Sentral ketika sekutunya Inggris dan Prancis masih berperang.

Jenderal Alexei Polivanov yang energik dan efisien menggantikan Sukhomlinov sebagai Menteri Perang, yang gagal memperbaiki situasi strategis. Setelah Retret Besar dan hilangnya Kerajaan Polandia, Nicholas mengambil peran sebagai panglima tertinggi setelah memberhentikan sepupunya, Grand Duke Nicholas Nikolayevich, pada bulan September 1915. Ini adalah sebuah kesalahan, karena Tsar datang ke secara pribadi terkait dengan kerugian terus di depan. Dia juga berada jauh di markas terpencil di Mogilev, jauh dari pemerintahan langsung kekaisaran, dan ketika revolusi pecah di Petrograd dia tidak dapat menghentikannya. Pada kenyataannya langkah itu sebagian besar bersifat simbolis, karena semua keputusan militer penting dibuat oleh kepala stafnya Jenderal Michael Alexeiev, dan Nicholas tidak lebih dari meninjau pasukan, memeriksa rumah sakit lapangan, dan memimpin makan siang militer.

Duma masih menyerukan reformasi politik dan kerusuhan politik berlanjut sepanjang perang. Terputus dari opini publik, Nicholas tidak dapat melihat bahwa dinasti itu goyah. Dengan Nicholas di garis depan, masalah rumah tangga dan kendali ibu kota diserahkan kepada istrinya Alexandra. Namun, hubungan Alexandra dengan Grigori Rasputin, dan latar belakang Jermannya, semakin mendiskreditkan otoritas dinasti. Nicholas telah berulang kali diperingatkan tentang pengaruh destruktif Rasputin tetapi gagal menyingkirkannya. Desas-desus dan tuduhan tentang Alexandra dan Rasputin muncul silih berganti; Alexandra bahkan dituduh menyimpan simpati pengkhianatan terhadap Jerman. Kemarahan atas kegagalan Nicholas untuk bertindak dan kerusakan ekstrem yang dilakukan pengaruh Rasputin terhadap upaya perang Rusia dan monarki menyebabkan pembunuhan Rasputin oleh sekelompok bangsawan, yang dipimpin oleh Pangeran Felix Yusupov dan Adipati Agung Dmitri Pavlovich, sepupu Tsar , dini hari Sabtu 17 Desember 1916 (O.S.) / 30 Desember 1916 (N.S.).

-       Runtuh

Karena pemerintah gagal menghasilkan pasokan, kesulitan yang meningkat mengakibatkan kerusuhan dan pemberontakan besar-besaran. Dengan Nicholas jauh di garis depan dari tahun 1915 hingga 1916, otoritas tampaknya runtuh dan ibu kota diserahkan ke tangan para pemogok dan tentara yang memberontak. Terlepas dari upaya Duta Besar Inggris Sir George Buchanan untuk memperingatkan Tsar bahwa ia harus memberikan reformasi konstitusional untuk menangkis revolusi, Nicholas terus mengubur dirinya sendiri di Markas Besar Staf (Stavka) 600 kilometer (400 mil) jauhnya di Mogilev, meninggalkan ibukotanya. dan pengadilan terbuka untuk intrik dan pemberontakan.

Nicholas dengan anggota Stavka di Mogilev pada April 1916.

Secara ideologis, dukungan terbesar tsar datang dari kaum monarki sayap kanan, yang baru-baru ini memperoleh kekuatan. Namun mereka semakin diasingkan oleh dukungan tsar terhadap reformasi Westernisasi Stolypin yang diambil pada awal Revolusi 1905 dan terutama oleh kekuatan politik yang diberikan tsar kepada Rasputin.

Pada awal 1917, Rusia berada di ambang kehancuran moral total. Diperkirakan 1,7 juta tentara Rusia tewas dalam Perang Dunia I. Perasaan gagal dan bencana yang akan segera terjadi ada di mana-mana. Tentara telah mengambil 15 juta orang dari pertanian dan harga makanan melonjak. Sebutir telur harganya empat kali lipat harganya pada tahun 1914, mentega lima kali lipat harganya. Musim dingin yang parah membuat jalur kereta api, yang terbebani oleh pengiriman darurat batu bara dan perbekalan, merupakan pukulan yang melumpuhkan.

Rusia memasuki perang dengan 20.000 lokomotif; pada tahun 1917, 9.000 telah beroperasi, sementara jumlah gerbong kereta api yang dapat diservis telah menyusut dari setengah juta menjadi 170.000. Pada bulan Februari 1917, 1.200 lokomotif meledak ketel uapnya dan hampir 60.000 gerbong tidak dapat bergerak. Di Petrograd, persediaan tepung dan bahan bakar hampir habis. Larangan alkohol pada masa perang diberlakukan oleh Nicholas untuk meningkatkan patriotisme dan produktivitas, tetapi malah merusak pendanaan perang, karena perbendaharaan sekarang dicabut dari pajak alkohol.

Pada tanggal 23 Februari 1917 di Petrograd, kombinasi cuaca dingin yang sangat parah dan kekurangan pangan yang akut menyebabkan orang masuk ke toko dan toko roti untuk mendapatkan roti dan kebutuhan lainnya. Di jalan-jalan, spanduk merah muncul dan massa meneriakkan "Ganyang wanita Jerman! Hancurkan Protopopov! Hancurkan perang! Hancurkan Tsar!"

Polisi menembaki massa yang memicu kerusuhan. Pasukan di ibu kota memiliki motivasi yang buruk dan perwira mereka tidak memiliki alasan untuk setia kepada rezim, dengan sebagian besar loyalis tsar pergi berperang dalam Perang Dunia I. Sebaliknya, tentara di Petrograd marah, penuh semangat revolusioner dan memihak. dengan penduduk.

Kabinet Tsar memohon kepada Nicholas untuk kembali ke ibu kota dan menawarkan untuk mengundurkan diri sepenuhnya. Tsar, 800 kilometer (500 mil) jauhnya, mendapat informasi yang salah dari Menteri Dalam Negeri Alexander Protopopov bahwa situasinya terkendali, memerintahkan agar tindakan tegas diambil terhadap para demonstran. Untuk tugas ini, garnisun Petrograd sangat tidak cocok. Krim tentara reguler lama telah dihancurkan di Polandia dan Galicia. Di Petrograd, 170.000 rekrutan, anak desa atau pria tua dari pinggiran kelas pekerja di ibukota itu sendiri, tersedia di bawah komando perwira di garis depan dan taruna yang belum lulus dari akademi militer. Unit-unit di ibu kota, meskipun banyak yang menyandang nama resimen Pengawal Istana yang terkenal, pada kenyataannya adalah batalion belakang atau cadangan dari resimen ini, unit reguler berada jauh di depan. Banyak unit, yang kekurangan perwira dan senapan, tidak pernah menjalani pelatihan formal.

Jenderal Khabalov berusaha untuk menerapkan instruksi Tsar pada pagi hari Minggu, 11 Maret 1917. Meskipun poster besar memerintahkan orang untuk menjauh dari jalan, kerumunan besar berkumpul dan hanya dibubarkan setelah sekitar 200 orang ditembak mati, meskipun sekelompok orang Resimen Volinsky menembak ke udara daripada ke massa, dan kompi Penjaga Kehidupan Pavlovsky menembak petugas yang memberi perintah untuk melepaskan tembakan. Nicholas, yang diberitahu tentang situasi tersebut oleh Rodzianko, memerintahkan bala bantuan ke ibu kota dan menangguhkan Duma. Namun, sudah terlambat.

Pada tanggal 12 Maret, Resimen Volinsky memberontak dan segera diikuti oleh Semenovsky, Ismailovsky, Penjaga Kehidupan Litovsky, dan bahkan Resimen Pengawal Kekaisaran Preobrazhensky yang legendaris, resimen tertua dan paling gigih yang didirikan oleh Pyotr yang Agung. Gudang senjata dijarah dan Kementerian Dalam Negeri, gedung Pemerintahan Militer, markas polisi, Pengadilan Hukum, dan sejumlah gedung polisi dibakar. Menjelang siang, benteng Peter dan Paul, dengan artileri beratnya, berada di tangan para pemberontak. Menjelang malam, 60.000 tentara telah bergabung dengan revolusi.

Ketertiban rusak dan Perdana Menteri Nikolai Golitsyn mengundurkan diri; anggota Duma dan Soviet membentuk Pemerintahan Sementara untuk mencoba memulihkan ketertiban. Mereka mengeluarkan tuntutan bahwa Nicholas harus turun tahta. Dihadapkan dengan permintaan ini, yang digemakan oleh para jenderalnya, kehilangan pasukan setia, dengan keluarganya yang berada di tangan Pemerintahan Sementara, dan takut melancarkan perang saudara dan membuka jalan bagi penaklukan Jerman, Nicholas tidak punya banyak pilihan selain menyerah. .

-       Revolusi

Nicholas menderita oklusi koroner hanya empat hari sebelum turun tahta.

-       Turun tahta (1917)

Pada akhir "Revolusi Februari", Nicholas II memilih untuk turun tahta pada tanggal 2 Maret (O.S.) / 15 Maret (N.S.) 1917. Dia pertama kali turun tahta demi Alexei, tetapi beberapa jam kemudian berubah pikiran setelah nasihat dari dokter itu Alexei tidak akan hidup cukup lama jika dipisahkan dari orang tuanya, yang akan dipaksa ke pengasingan. Nicholas kemudian turun tahta atas nama putranya, dan membuat manifesto baru yang menamai saudaranya, Adipati Agung Michael, sebagai Kaisar seluruh Rusia berikutnya. Dia mengeluarkan pernyataan tetapi ditekan oleh Pemerintahan Sementara. Michael menolak untuk menerima tahta sampai orang-orang diizinkan untuk memilih melalui Majelis Konstituante untuk kelangsungan monarki atau republik. Pelepasan Nicholas II dan penangguhan Michael untuk menerima tahta mengakhiri tiga abad pemerintahan dinasti Romanov. Jatuhnya otokrasi Tsar membawa kegembiraan bagi kaum liberal dan sosialis di Inggris dan Prancis. Amerika Serikat adalah pemerintah asing pertama yang mengakui Pemerintahan Sementara. Di Rusia, pengumuman pengunduran diri Tsar disambut dengan banyak emosi, termasuk kegembiraan, kelegaan, ketakutan, kemarahan, dan kebingungan.

-       Kemungkinan pengasingan

Baik Pemerintah Sementara dan Nicholas ingin keluarga kerajaan pergi ke pengasingan setelah pengunduran dirinya, dengan Britania Raya menjadi pilihan yang lebih disukai. Pemerintah Inggris dengan enggan menawarkan suaka keluarga pada 19 Maret 1917, meskipun disarankan agar Romanov lebih baik pergi ke negara netral. Berita tentang tawaran tersebut memicu kegemparan dari Partai Buruh dan banyak kaum Liberal, dan duta besar Inggris Sir George Buchanan menasihati pemerintah bahwa ekstrim kiri akan menggunakan kehadiran mantan Tsar "sebagai alasan untuk membangkitkan opini publik terhadap kami". Perdana Menteri Liberal David Lloyd George lebih suka keluarga itu pergi ke negara netral, dan ingin tawaran itu diumumkan atas permintaan pemerintah Rusia. Tawaran suaka ditarik pada bulan April menyusul keberatan dari Raja George V, yang bertindak atas saran sekretarisnya Arthur Bigge, Baron Stamfordham ke-1, khawatir bahwa kehadiran Nicholas dapat memicu pemberontakan seperti Pemberontakan Paskah tahun sebelumnya di Irlandia. Namun, kemudian raja menentang sekretarisnya dan pergi ke upacara peringatan Romanov di Gereja Rusia di London. Pada awal musim panas 1917, pemerintah Rusia mendekati pemerintah Inggris mengenai masalah suaka dan diberi tahu bahwa tawaran tersebut telah ditarik karena pertimbangan politik internal Inggris.

Pemerintah Prancis menolak untuk menerima Romanov mengingat meningkatnya kerusuhan di Front Barat dan di front rumah sebagai akibat dari perang yang sedang berlangsung dengan Jerman. Duta Besar Inggris di Paris, Lord Francis Bertie, memberi tahu Menteri Luar Negeri bahwa Romanov tidak akan diterima di Prancis karena mantan Permaisuri dianggap pro-Jerman.

Bahkan jika tawaran suaka datang, akan ada kendala lain yang harus diatasi. Pemerintahan Sementara tetap berkuasa melalui aliansi yang tidak nyaman dengan Petrograd Soviet, sebuah pengaturan yang dikenal sebagai "Kekuatan Ganda". Rencana awal untuk mengirim keluarga kerajaan ke pelabuhan utara Murmansk harus dibatalkan ketika diketahui bahwa pekerja kereta api dan tentara yang menjaga mereka setia kepada Petrograd Soviet, yang menentang pelarian tsar; proposal selanjutnya untuk mengirim Romanov ke pelabuhan netral di Laut Baltik melalui Kadipaten Agung Finlandia menghadapi kesulitan yang sama.

-       Hukuman penjara

Pada tanggal 20 Maret 1917, Pemerintah Sementara memutuskan bahwa keluarga kerajaan harus ditahan di Istana Alexander di Tsarskoye Selo.

-       Tsarskoye Selo

Nikolay II dijaga di halaman Tsarskoye Selo pada musim panas 1917.

Nicholas bergabung dengan anggota keluarga lainnya di sana dua hari kemudian, setelah melakukan perjalanan dari markas besar masa perang di Mogilev. Keluarga memiliki privasi total di dalam istana, tetapi jalan-jalan di pekarangan diatur dengan ketat. Anggota staf rumah tangga mereka diizinkan tinggal jika mereka mau dan standar kuliner dipertahankan. Kolonel Eugene Kobylinsky ditunjuk untuk memimpin garnisun militer di Tsarskoye Selo, yang semakin harus dilakukan melalui negosiasi dengan komite atau soviet yang dipilih oleh tentara.

-       Tobolsk

Rumah Gubernur di Tobolsk, tempat keluarga Romanov ditahan antara Agustus 1917 dan April 1918

Musim panas itu, kegagalan Serangan Kerensky terhadap pasukan Austro-Hongaria dan Jerman di Galicia menyebabkan kerusuhan anti-pemerintah di Petrograd, yang dikenal sebagai Hari Juli. Pemerintah khawatir gangguan lebih lanjut di kota dapat dengan mudah mencapai Tsarskoye Selo dan diputuskan untuk memindahkan keluarga kerajaan ke lokasi yang lebih aman. Alexander Kerensky, yang telah menjabat sebagai perdana menteri, memilih kota Tobolsk di Siberia Barat, karena jauh dari kota besar mana pun dan berjarak 150 mil (240 km) dari stasiun kereta api terdekat. Beberapa sumber menyatakan bahwa ada niat untuk mengirim keluarga tersebut ke luar negeri pada musim semi tahun 1918 melalui Jepang, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa ini hanyalah rumor Bolshevik. Keluarga tersebut meninggalkan Istana Alexander pada akhir tanggal 13 Agustus, mencapai Tyumen dengan kereta api empat hari kemudian dan kemudian dengan dua feri sungai akhirnya mencapai Tobolsk pada tanggal 19 Agustus. Di sana mereka tinggal di bekas Rumah Gubernur dengan sangat nyaman. Namun, pada bulan Oktober 1917, kaum Bolshevik merebut kekuasaan dari Pemerintahan Sementara Kerensky; Nicholas mengikuti peristiwa di bulan Oktober dengan penuh minat tetapi belum dengan rasa khawatir. Boris Soloviev, suami dari Maria Rasputin, berusaha mengatur penyelamatan dengan faksi-faksi monarki, tetapi tidak berhasil. Desas-desus terus beredar bahwa Soloviev bekerja untuk kaum Bolshevik atau Jerman, atau keduanya. Persiapan terpisah untuk penyelamatan oleh Nikolai Yevgenyevich Markov digagalkan oleh aktivitas Soloviev yang tidak efektif. Nicholas terus meremehkan kepentingan Lenin. Sementara itu ia dan keluarganya menyibukkan diri dengan membaca buku, berolahraga dan bermain game; Nicholas sangat menikmati memotong kayu bakar. Namun, pada Januari 1918, komite detasemen penjaga semakin tegas, membatasi waktu yang dapat dihabiskan keluarga di halaman dan melarang mereka berjalan ke gereja pada hari Minggu seperti yang telah mereka lakukan sejak Oktober. Dalam insiden selanjutnya, tentara merobek tanda pangkat dari seragam Kobylinsky, dan dia meminta Nicholas untuk tidak mengenakan seragamnya di luar karena takut memprovokasi kejadian serupa.

Nicholas dan Alexei menggergaji kayu di Tobolsk pada akhir 1917; hiburan favorit.

Pada Februari 1918, Dewan Komisaris Rakyat (disingkat "Sovnarkom") di Moskow, ibu kota baru, mengumumkan bahwa subsidi negara untuk keluarga akan dikurangi secara drastis, mulai 1 Maret. Ini berarti berpisah dengan dua belas pelayan yang setia dan melepaskan mentega dan kopi sebagai barang mewah, meskipun Nicholas menambah dana dari sumber dayanya sendiri. Nicholas dan Alexandra dikejutkan oleh berita tentang Perjanjian Brest-Litovsk, di mana Rusia setuju untuk menyerahkan Polandia, Finlandia, Negara Baltik, sebagian besar Belarusia, Ukraina, Krimea, sebagian besar Kaukasus, dan sebagian kecil Rusia termasuk daerah sekitar Pskov dan Rostov-on-Don. Yang menjaga semangat keluarga adalah keyakinan bahwa bantuan sudah dekat. Keluarga Romanov percaya bahwa berbagai plot sedang dilakukan untuk membebaskan mereka dari penangkaran dan menyelundupkan mereka ke tempat yang aman. Sekutu Barat kehilangan minat pada nasib Romanov setelah Rusia keluar dari perang. Pemerintah Jerman menginginkan monarki dipulihkan di Rusia untuk menghancurkan kaum Bolshevik dan menjaga hubungan baik dengan Blok Sentral.

Situasi di Tobolsk berubah menjadi lebih buruk pada tanggal 26 Maret, ketika 250 Pengawal Merah yang tidak disiplin tiba dari ibu kota daerah, Omsk. Tidak mau kalah, soviet di Yekaterinburg, ibu kota wilayah tetangga Ural, mengirim 400 Pengawal Merah untuk mengerahkan pengaruh mereka di kota itu. Gangguan antara kelompok saingan ini dan kurangnya dana untuk membayar detasemen penjaga menyebabkan mereka mengirim delegasi ke Moskow untuk mengajukan kasus mereka. Hasilnya adalah Sovnarkom menunjuk komisaris mereka sendiri untuk memimpin Tobolsk dan memindahkan Romanov ke Yekaterinburg, dengan maksud untuk membawa Nicholas ke persidangan pertunjukan di Moskow. Pria yang dipilih adalah Vasily Yakovlev, seorang veteran Bolshevik, Merekrut sekumpulan pria setia dalam perjalanan, Yakovlev tiba di Tobolsk pada 22 April; dia memaksakan otoritasnya pada faksi-faksi Pengawal Merah yang bersaing, membayar dan mendemobilisasi detasemen penjaga, dan menempatkan pembatasan lebih lanjut pada Romanov. Keesokan harinya, Yakovlev memberi tahu Kobylinsky bahwa Nicholas akan dipindahkan ke Yekaterinburg. Alexei terlalu sakit untuk bepergian, jadi Alexandra memilih untuk pergi bersama Nicholas bersama Maria, sementara putri lainnya akan tetap di Tobolsk sampai mereka dapat melakukan perjalanan.

-       Yekaterinburg

Pada pukul 3 pagi tanggal 25 April, ketiga Romanov, pengiring mereka, dan pengawal detasemen Yakovlev, meninggalkan Tobolsk dengan konvoi sembilan belas tarantas (gerbong roda empat), karena sungai masih membeku sebagian sehingga mencegah penggunaan feri. . Setelah perjalanan yang sulit yang mencakup dua perhentian semalam, mengarungi sungai, sering mengganti kuda, dan plot yang digagalkan oleh Pengawal Merah Yekaterinburg untuk menculik dan membunuh para tahanan, rombongan tiba di Tyumen dan naik kereta yang diminta. Yakovlev dapat berkomunikasi dengan aman dengan Moskow melalui teleprinter Hughes dan memperoleh persetujuan untuk mengubah tujuan mereka ke Omsk, di mana diperkirakan kepemimpinannya cenderung tidak merugikan Romanov. Meninggalkan Tyumen lebih awal pada tanggal 28 April, kereta berangkat menuju Yekaterinburg, tetapi dengan cepat berubah arah menuju Omsk. Hal ini membuat para pemimpin Yekaterinburg percaya bahwa Yakovlev adalah seorang pengkhianat yang mencoba membawa Nicholas ke pengasingan melalui Vladivostok; pesan telegraf dikirim, dua ribu orang bersenjata dikerahkan dan sebuah kereta dikirim untuk menangkap Yakovlev dan Romanov. Kereta Romanov dihentikan di stasiun Omsk dan setelah pertukaran kabel yang panik dengan Moskow, disepakati bahwa mereka harus pergi ke Yekaterinburg dengan imbalan jaminan keselamatan bagi keluarga kerajaan; mereka akhirnya tiba di sana pada pagi hari tanggal 30 April.

Mereka dipenjarakan di Rumah Ipatiev berlantai dua, rumah insinyur militer Nikolay Nikolayevich Ipatiev, yang kemudian disebut sebagai "rumah tujuan khusus". Di sini keluarga Romanov ditahan dalam kondisi yang lebih ketat; pengiring mereka semakin dikurangi dan harta benda mereka digeledah. Menyusul tuduhan pencurian dari rumah tangga kerajaan, Yakov Yurovsky, mantan anggota polisi rahasia Cheka, ditunjuk untuk memimpin detasemen penjaga, beberapa di antaranya diganti dengan anggota Latvia tepercaya dari "detasemen layanan khusus" Yekaterinburg. Romanov yang tersisa meninggalkan Tobolsk dengan kapal uap pada tanggal 20 Mei dan tiba di Yekaterinburg tiga hari kemudian.[160] Pada minggu-minggu pertama bulan Juni, kaum Bolshevik dikejutkan oleh Pemberontakan Legiun Cekoslowakia, yang pasukannya mendekati kota dari timur. Hal ini memicu gelombang eksekusi dan pembunuhan terhadap orang-orang di wilayah tersebut yang diyakini kontra-revolusioner, termasuk Adipati Agung Michael, yang dibunuh di Perm pada 13 Juni.

Meskipun kepemimpinan Bolshevik di Moskow masih bermaksud untuk mengadili Nicholas, karena situasi militer memburuk, Leon Trotsky dan Yakov Sverdlov mulai mengelak secara terbuka tentang kemungkinan nasib mantan tsar. Pada 16 Juli, kepemimpinan Yekaterinburg memberi tahu Yurovsky bahwa telah diputuskan untuk mengeksekusi Romanov segera setelah persetujuan tiba dari Moskow, karena Ceko diharapkan segera mencapai kota. Telegram berkode tiba di Moskow dari Yekaterinburg malam itu; setelah Lenin dan Sverdlov berunding, balasan dikirim, meskipun tidak ada jejak dokumen itu yang pernah ditemukan. Sementara itu, Yurovsky telah mengatur regu tembaknya dan mereka menunggu sepanjang malam di Rumah Ipatiev untuk sinyal untuk bertindak.

-       Eksekusi

Ada beberapa laporan tentang apa yang terjadi dan para sejarawan belum menyetujui ruang lingkup peristiwa yang solid dan terkonfirmasi. Menurut laporan perwira Bolshevik Yakov Yurovsky (kepala algojo), pada dini hari tanggal 17 Juli 1918, keluarga kerajaan dibangunkan sekitar pukul 2 pagi, berpakaian, dan dibawa ke ruang setengah bawah tanah di belakang rumah Ipatiev. Dalih untuk langkah ini adalah keamanan keluarga, mis. bahwa pasukan anti-Bolshevik mendekati Yekaterinburg, dan rumah itu mungkin akan ditembaki.

Nicholas bersama keluarganya (kiri ke kanan): Olga, Maria, Nicholas II, Alexandra Fyodorovna, Anastasia, Alexei, dan Tatiana. Istana Livadia, 1913.

Hadir bersama Nicholas, Alexandra dan anak-anak mereka adalah dokter mereka dan tiga pelayan mereka, yang secara sukarela memilih untuk tetap bersama keluarga: dokter pribadi Tsar Eugene Botkin, pembantu istrinya Anna Demidova, dan koki keluarga, Ivan Kharitonov, dan bujang , Alexey Trupp. Sebuah regu tembak telah dibentuk dan sedang menunggu di ruangan sebelah, terdiri dari tujuh tentara Komunis dari Eropa Tengah, dan tiga orang Bolshevik setempat, semuanya di bawah komando Yurovsky.

Nicholas sedang menggendong putranya. Ketika keluarga tiba di ruang bawah tanah, mantan Tzar bertanya apakah kursi bisa dibawa masuk untuk diduduki istri dan putranya. Yurovsky memerintahkan untuk membawa dua kursi, dan ketika permaisuri dan ahli waris duduk, para algojo berbaris ke dalam ruangan. Yurovsky mengumumkan kepada mereka bahwa Deputi Pekerja Soviet Ural telah memutuskan untuk mengeksekusi mereka. Nicholas yang tertegun bertanya, "Apa? Apa yang kamu katakan?" dan menoleh ke arah keluarganya. Yurovsky dengan cepat mengulangi perintah itu dan Nicholas berkata, menurut Peter Ermakov, "Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan."

Para algojo mengeluarkan pistol dan mulai menembak; Nicholas adalah yang pertama mati. Yurovsky mendapat pujian setelah itu karena melepaskan tembakan pertama yang membunuh Tsar, tetapi anak didiknya - Grigory Nikulin - mengatakan bertahun-tahun kemudian bahwa Mikhail Medvedev telah melepaskan tembakan yang membunuh Nicholas. "Dia melepaskan tembakan pertama. Dia membunuh Tsar," katanya pada tahun 1964 dalam pernyataan rekaman radio. Nicholas ditembak beberapa kali di dada (kadang-kadang secara keliru dikatakan ditembak di kepalanya, tetapi tengkoraknya tidak memiliki luka tembak ketika ditemukan pada tahun 1991). Anastasia, Tatiana, Olga, dan Maria selamat dari hujan peluru pertama; para suster mengenakan lebih dari 1,3 kilogram berlian dan permata berharga yang dijahit ke pakaian mereka, yang memberikan perlindungan awal dari peluru dan bayonet. Mereka kemudian ditusuk dengan bayonet dan akhirnya ditembak dari jarak dekat di kepala mereka.

Sebuah pengumuman dari Presidium Soviet Regional Ural dari Pemerintah Buruh dan Tani menekankan bahwa konspirasi telah terungkap untuk membebaskan mantan tsar, bahwa kekuatan kontra-revolusioner menekan wilayah Soviet Rusia, dan bahwa mantan tsar bersalah atas kejahatan yang tak termaafkan terhadap bangsa.

Mengingat kedekatan musuh dengan Yekaterinburg dan pengungkapan oleh Cheka tentang plot serius Pengawal Putih dengan tujuan menculik mantan Tsar dan keluarganya… Mengingat pendekatan kelompok kontrarevolusioner menuju ibu kota Merah Ural dan kemungkinan tentang algojo yang dimahkotai melarikan diri dari persidangan oleh rakyat (komplot di antara Pengawal Putih untuk mencoba menculik dia dan keluarganya terungkap dan dokumen kompromi akan diterbitkan), Presidium Soviet Regional Ural, memenuhi keinginan Revolusi, memutuskan untuk menembak mantan Tsar, Nikolai Romanov, yang bersalah atas tindakan kekerasan yang tak terhitung jumlahnya, berdarah, terhadap rakyat Rusia.

Mayat dibawa ke hutan terdekat, digeledah dan dibakar. Jenazahnya direndam dalam asam dan akhirnya dibuang ke mineshaft bekas. Keesokan harinya, anggota keluarga Romanov lainnya termasuk Grand Duchess Elizabeth Feodorovna, saudara perempuan permaisuri, yang ditahan di sebuah sekolah di Alapayevsk, dibawa ke lubang tambang lain dan dilempar hidup-hidup, kecuali Adipati Agung Sergei Mikhailovich yang ditembak ketika dia mencoba melawan.

-       Identifikasi

Pada tahun 1979, jenazah Tsar Nicholas II, Tsaritsa Alexandra, tiga putri mereka, dan empat anggota non-keluarga yang terbunuh bersama mereka, ditemukan di dekat Sverdlovsk (Yekaterinburg) oleh arkeolog amatir Alexander Avdonin. Pada bulan Januari 1998, sisa-sisa yang digali dari bawah jalan tanah dekat Yekaterinburg secara resmi diidentifikasi sebagai milik Nicholas II dan keluarganya, tidak termasuk satu putri (baik Maria atau Anastasia) dan Alexei. Identifikasi—termasuk perbandingan dengan kerabat yang masih hidup, yang dilakukan oleh ilmuwan Rusia, Inggris, dan Amerika secara terpisah menggunakan analisis DNA—setuju dan ternyata konklusif.

Rumah Ipatiev, Yekaterinburg, (kemudian Sverdlovsk) pada tahun 1928

Pada Juli 2007, seorang sejarawan amatir menemukan tulang di dekat Yekaterinburg milik seorang anak laki-laki dan perempuan muda. Jaksa membuka kembali penyelidikan atas kematian keluarga kekaisaran dan, pada April 2008, tes DNA yang dilakukan oleh laboratorium Amerika membuktikan bahwa pecahan tulang yang digali di Pegunungan Ural adalah milik dua anak Nicholas II, Alexei dan seorang putri. Pada hari yang sama diumumkan oleh otoritas Rusia bahwa jenazah dari seluruh keluarga telah ditemukan.

"Gereja di Atas Darah" Yekaterinburg, dibangun di tempat di mana Rumah Ipatiev pernah berdiri

Pada 1 Oktober 2008, Mahkamah Agung Rusia memutuskan bahwa Nikolay II dan keluarganya menjadi korban penganiayaan politik dan harus direhabilitasi. Pada bulan Maret 2009, hasil tes DNA dipublikasikan, mengkonfirmasikan bahwa dua mayat yang ditemukan pada tahun 2007 adalah milik Alexei dan salah satu saudara perempuannya.

Pada akhir 2015, atas desakan Gereja Ortodoks Rusia, penyelidik Rusia menggali jenazah Nikolay II dan istrinya, Alexandra, untuk pengujian DNA tambahan,[186] yang memastikan bahwa tulang-tulang tersebut adalah pasangan tersebut.

-       Upacara pemakaman

Setelah tes DNA tahun 1998, jenazah Kaisar dan keluarga dekatnya dikebumikan di Katedral St. Peter dan Paul, Saint Petersburg, pada tanggal 17 Juli 1998, pada ulang tahun kedelapan puluh pembunuhan mereka. Upacara tersebut dihadiri oleh Presiden Rusia Boris Yeltsin, yang mengatakan, "Hari ini adalah hari bersejarah bagi Rusia. Selama bertahun-tahun, kami diam tentang kejahatan mengerikan ini, tetapi kebenaran harus diungkapkan."

Keluarga Kerajaan Inggris diwakili di pemakaman oleh Pangeran Michael dari Kent, dan lebih dari dua puluh duta besar untuk Rusia, termasuk Sir Andrew Wood, Uskup Agung John Bukovsky, dan Ernst-Jörg von Studnitz, juga hadir.

-       Kesucian

Pada tahun 1981, Nicholas dan keluarga dekatnya diakui sebagai orang suci martir oleh Gereja Ortodoks Rusia di Luar Rusia. Pada 14 Agustus 2000, mereka diakui oleh sinode Gereja Ortodoks Rusia. Kali ini mereka tidak disebut sebagai martir, karena kematian mereka tidak langsung diakibatkan oleh iman Kristen mereka; sebaliknya, mereka dikanonisasi sebagai pembawa nafsu. Menurut pernyataan sinode Moskow, mereka dimuliakan sebagai orang suci karena alasan berikut:

Dalam raja Rusia Ortodoks terakhir dan anggota keluarganya, kita melihat orang-orang yang dengan tulus berusaha untuk mewujudkan perintah Injil dalam hidup mereka. Dalam penderitaan yang ditanggung oleh Keluarga Kerajaan di penjara dengan kerendahan hati, kesabaran, dan kelemahlembutan, dan dalam kematian para martir mereka di Yekaterinburg pada malam tanggal 17 Juli 1918 terungkap terang iman Kristus yang mengalahkan kejahatan.

Namun, kanonisasi Nicholas kontroversial. Gereja Ortodoks Rusia di Luar Negeri terpecah karena masalah ini pada tahun 1981, beberapa anggota berpendapat bahwa kaisar adalah penguasa yang lemah dan telah gagal menggagalkan kebangkitan Bolshevik. Ditunjukkan oleh seorang pendeta bahwa kesyahidan di Gereja Ortodoks Rusia tidak ada hubungannya dengan tindakan pribadi martir, melainkan terkait dengan mengapa dia dibunuh.

Gereja Ortodoks Rusia di dalam Rusia menolak klasifikasi keluarga tersebut sebagai martir karena mereka tidak dibunuh karena keyakinan agama mereka. Pemimpin agama di kedua gereja juga keberatan untuk mengkanonisasi keluarga Tsar karena mereka menganggap dia sebagai kaisar yang lemah yang ketidakmampuannya menyebabkan revolusi dan penderitaan rakyatnya dan membuatnya ikut bertanggung jawab atas pembunuhannya sendiri dan pembunuhan istri, anak-anak dan istrinya. pelayan. Bagi para penentang ini, fakta bahwa Tsar, dalam kehidupan pribadinya, adalah seorang pria yang baik hati dan seorang suami dan ayah yang baik atau seorang pemimpin yang menunjukkan kepedulian yang tulus terhadap kaum tani tidak mengesampingkan pemerintahannya yang buruk di Rusia.

Terlepas dari penentangan awal, Gereja Ortodoks Rusia di dalam Rusia akhirnya mengakui keluarga tersebut sebagai "pembawa nafsu", atau orang yang menemui ajalnya dengan kerendahan hati Kristiani. Sejak akhir abad ke-20, orang percaya mengaitkan kesembuhan dari penyakit atau pertobatan ke Gereja Ortodoks dengan doa mereka kepada anak-anak Nicholas, Maria dan Alexei, serta anggota keluarga lainnya.

-       Warisan

Evaluasi kontemporer terhadap Nicholas menggambarkannya sebagai seorang pemimpin yang bermaksud baik tetapi ragu-ragu, yang tindakannya sebagai raja sangat dipengaruhi oleh para penasihatnya. Sejarawan Raymond Esthus menyatakan:

Penilaian kontemporer Nicholas sangat seragam. Dia digambarkan sebagai orang yang pemalu, menawan, lembut dalam watak, takut akan kontroversi, ragu-ragu, memanjakan kerabatnya, dan sangat berbakti kepada keluarganya. Aleksandr Mosolov, yang mengepalai Kanselir Pengadilannya selama enam belas tahun, menulis bahwa Nicholas, meskipun cerdas dan terpelajar, tidak pernah mengambil sikap tegas dan energik dan benci membuat keputusan di hadapan orang lain. Sergei Witte, yang melayani Nicholas dan ayahnya selama sebelas tahun sebagai Menteri Keuangan, berkomentar bahwa Tsar adalah anak yang bermaksud baik, tetapi tindakannya sepenuhnya bergantung pada karakter para penasihatnya, yang kebanyakan buruk.

Selama periode Soviet, warisan Nicholas II dikritik secara luas di Rusia, meskipun diskusi sangat dipengaruhi oleh propaganda negara, yang menggambarkannya sebagai seorang tiran yang haus darah. Pavel Bykov, yang menulis kisah lengkap pertama tentang kejatuhan Tsar untuk pemerintahan Soviet yang baru, mencela Nicholas sebagai "tiran, yang membayar dengan nyawanya untuk penindasan kuno dan pemerintahan sewenang-wenang nenek moyangnya atas rakyat Rusia, atas negara yang miskin dan berlumuran darah". Sejarawan era Soviet menggambarkan Nicholas II tidak layak untuk memerintah, dengan alasan bahwa dia memiliki kemauan yang lemah dan dimanipulasi oleh pasukan petualang. Dia juga dikritik karena mengipasi nasionalisme dan chauvinisme, dan rezimnya dikutuk karena penggunaan tentara, polisi, dan pengadilan secara ekstensif untuk menghancurkan gerakan revolusioner. Selama masa pemerintahannya, Nicholas dikenal sebagai "Nicholas si Berdarah" karena perannya dalam Tragedi Khodynka dan penindasan Revolusi 1905.

Untuk sebagian besar abad ke-20, Nicholas secara umum dianggap oleh para sejarawan tidak kompeten dalam tugas kolosal memerintah Kekaisaran Rusia yang sangat besar, meskipun pengaruh propaganda Soviet pada pendapat umum harus dipertimbangkan. Barbara Tuchman memberikan evaluasi yang memberatkan pemerintahannya dalam bukunya tahun 1962 The Guns of August, menggambarkan satu-satunya fokusnya sebagai berdaulat sebagai "untuk mempertahankan keutuhan monarki absolut yang diwariskan kepadanya oleh ayahnya", dan menulis bahwa, "kurang intelek, energi atau pelatihan untuk pekerjaannya", Nicholas "kembali ke favorit pribadi, tingkah, kebodohan sederhana, dan perangkat lain dari otokrat berkepala kosong ... ketika sebuah telegram dibawa kepadanya yang mengumumkan pemusnahan armada Rusia di Tsushima, dia membacanya, memasukkannya ke dalam sakunya, dan terus bermain tenis."

Sejarawan Robert K. Massie memberikan dakwaan serupa tentang ketidakmampuannya, meskipun dia menekankan moralitas pribadi Nicholas, menggambarkannya sebagai sosok yang tragis:

... masih ada orang yang karena alasan politik atau lainnya terus bersikeras bahwa Nicholas adalah "Nicholas Berdarah". Paling umum, dia digambarkan sebagai orang yang dangkal, lemah, bodoh—sosok satu dimensi yang memimpin dengan lemah di hari-hari terakhir sistem yang korup dan runtuh. Ini, tentu saja, adalah citra publik yang berlaku dari tsar terakhir. Sejarawan mengakui bahwa Nicholas adalah "orang baik"—bukti sejarah tentang pesona pribadi, kelembutan, cinta keluarga, keyakinan agama yang dalam, dan patriotisme Rusia yang kuat terlalu berlebihan untuk disangkal—tetapi mereka berpendapat bahwa faktor pribadi tidak relevan; yang penting adalah bahwa Nicholas adalah tsar yang buruk .... Intinya, tragedi Nicholas II adalah dia muncul di tempat yang salah dalam sejarah.

Menyusul runtuhnya Uni Soviet, sejarawan Rusia saat ini memberikan penilaian yang lebih positif kepada Nicholas, terutama ketika mengevaluasi reformasi yang dilakukan oleh negara Rusia selama masa pemerintahannya.

-       Judul, gaya, kehormatan dan senjata

Gelar lengkap Nikolay II sebagai Kaisar, sebagaimana diatur dalam Pasal 59 Konstitusi 1906, adalah: "Dengan Rahmat Tuhan, Kami Nikolas, Kaisar dan Otokrat Seluruh Rusia, Moskow, Kiev, Vladimir, Novgorod; Tsar Kazan , Tsar Astrakhan, Tsar Polandia, Tsar Siberia, Tsar Tauric Chersonesus, Tsar Georgia; Penguasa Pskov, dan Pangeran Agung Smolensk, Lituania, Volhynia, Podolia, dan Finlandia; Pangeran Estonia, Livonia, Courland, dan Semigalia , Samogitia, Bielostok, Karelia, Tver, Yugor, Perm, Vyatka, Bogar dan lainnya; Sovereign dan Grand Prince Nizhni Novgorod, Chernigov, Ryazan, Polotsk, Rostov, Jaroslavl, Beloozero, Udoria, Obdoria, Kondia, Vitebsk, Mstislav, dan Penguasa seluruh negara Severian; Penguasa dan Penguasa Iveria, Kartalinia, tanah Kabardian dan provinsi Armenia: Penguasa turun-temurun dan Pemilik Pangeran Sirkasia dan Pegunungan dan lainnya; Penguasa Turkestan, Pewaris Norwegia, Adipati Schleswig-Holstein, Stormarn, Dithmarschen, dan Oldenb urg, dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya."

-       Kehormatan

Tanah Kaisar Nicholas II (bahasa Rusia: Земля Императора Николая II, Zemlya Imperatora Nikolaya II) ditemukan pada tahun 1913 oleh Ekspedisi Hidrografi Samudra Arktik yang dipimpin oleh Boris Vilkitsky atas nama Dinas Hidrografi Rusia. Masih belum sepenuhnya disurvei, wilayah baru tersebut secara resmi dinamai untuk menghormati Kaisar atas perintah Sekretaris Angkatan Laut Kekaisaran pada tahun 1914. Kepulauan ini berganti nama menjadi "Severnaya Zemlya" pada tahun 1926 oleh Presidium Komite Eksekutif Pusat Uni Soviet.

                              i.        Lokal

Ø  Knight of St. Andrew, 1 Juni 1868

Ø  Ksatria St Alexander Nevsky, 1 Juni 1868

Ø  Ksatria Elang Putih, 1 Juni 1868

Ø  Ksatria St. Anna, Kelas 1, 1 Juni 1868

Ø  Knight of St. Stanislaus, Kelas 1, 1 Juni 1868

Ø  Ksatria St. Vladimir, Kelas 4, 11 September 1890

Ø  Knight of St. George, Kelas 4, 7 November 1915

 

                             ii.        Luar Negeri

Ø  Austria-Hongaria: Salib Agung Ordo St. Stephen Kerajaan Hongaria, 18 Mei 1884

Ø    Belgia: Grand Cordon dari Ordo Leopold, 18 Mei 1884

Ø   Kekaisaran Brasil: Salib Agung Salib Selatan, 1 Oktober 1884

Ø    Emirat Bukhara:

Ordo Bukhara Mulia, 14 November 1885; dalam Diamonds, 11 Maret 1889

Order of the Crown of Bukhara, in Diamonds, 3 Desember 1893

Orde Matahari Alexander, 30 Mei 1898

Ø    Kepangeranan Bulgaria:

Salib Agung St. Alexander, 18 Mei 1884

Knight of Saints Cyril dan Methodius, 23 Februari 1910

Ø    Denmark:

Ksatria Gajah, 18 Mei 1884

Salib Kehormatan Ordo Dannebrog, 11 September 1891

Medali Peringatan Pernikahan Emas Raja Christian IX dan Ratu Louise, 1892

Panglima Besar Dannebrog, 26 November 1894

Ø    Kekaisaran Ethiopia: Salib Besar Meterai Sulaiman, 12 Juli 1895

Ø    Prancis: Salib Agung Legiun Kehormatan, 18 Mei 1884

Ø    Kekaisaran Jerman:

Ksatria Elang Hitam, 6 Mei 1884; dengan Collar, 25 Januari 1893

Salib Komandan Agung Ordo Rumah Kerajaan Hohenzollern, 31 Agustus 1890

Ø    Baden:

Knight of the House Order of Fidelity, 1883

Ksatria Ordo Berthold yang Pertama, 1883

Ø    Bayern: Ksatria St. Hubert, 1884

Ø  Kadipaten Agung Hesse Hesse dan oleh Rhine:

Ø  Salib Agung Ordo Ludwig, 15 Juni 1884

Ø  Ksatria Singa Emas, dengan Kerah, 26 November 1894

Ø    Mecklenburg: Salib Agung Mahkota Wendish, dengan Mahkota di Bijih, 21 Januari 1879

Ø    Oldenburg: Salib Agung Ordo Adipati Peter Friedrich Ludwig, dengan Mahkota Emas, 27 April 1881

Ø    Saxe-Weimar-Eisenach: Grand Cross of the White Falcon, 1881

Ø  Kerajaan Sachsen Sachsen: Knight of the Rue Crown, 1896

Ø    Württemberg: Salib Agung Mahkota Württemberg, 1884[214]

Ø  Yunani Kerajaan Yunani: Salib Agung Penebus, 18 Mei 1884

Ø    Kerajaan Italia:

Knight of the Annunciation, 29 April 1884

Salib Agung Santo Maurice dan Lazarus, 18 Mei 1884

Medali Emas Keberanian Militer, 4 September 1916

Ø  Bendera Kota Vatikan (2 oleh 3).svg Tahta Suci: Salib Agung Makam Suci Yerusalem, 18 Mei 1884

Ø  Orde Militer Berdaulat Malta Orde Militer Malta: Salib Besar Kehormatan dan Pengabdian Jurusita

Ø    Kekaisaran Jepang:

Grand Cordon Ordo Krisan, 17 Juni 1882; Kerah, 3 Maret 1896

Grand Cordon of the Rising Sun, dengan Bunga Paulownia, 16 September 1882

Ø    Monako: Salib Agung St. Charles, 16 Mei 1896

Ø    Mongolia: Order of the Precious Rod, 1913

Ø    Kepangeranan Montenegro: Salib Agung Ordo Pangeran Danilo I

Ø    Belanda:

Salib Besar Singa Belanda, 27 Maret 1881

Medali Peringatan Konferensi Perdamaian Den Haag Kedua, 1907

Ø    Kekaisaran Ottoman: Ordo Osmanieh, Kelas 1, 9 Agustus 1884

Ø    Kekaisaran Persia: Orde Potret Agustus, 9 Agustus 1884

Ø    Kerajaan Portugal: Salib Agung Selempang Dua Ordo, 25 Mei 1881; Tiga Perintah, 9 April 1896

Ø    Dinasti Qing: Ordo Naga Ganda, Kelas I Tingkat I dalam Berlian, 4 Mei 1896

Ø    Kerajaan Rumania:

Salib Agung Bintang Rumania, 18 Mei 1884

Kerah Ordo Carol I, 15 Juni 1906

Ø    Kerajaan Serbia:

Salib Agung St. Sava

Salib Agung Bintang Karađorđe, 1910

Ø    Siam: Knight of the Order of the Royal House of Chakri, 20 Maret 1891[224]

Ø    Spanyol: Ksatria Bulu Emas, 12 April 1883

Ø    Swedia: Knight of the Seraphim, 19 Mei 1883; dengan Collar, 25 Mei 1908

Ø    Britania Raya:

Ø  Ksatria Asing dari Garter, 1 Juli 1893

Ø  Rantai Kerajaan Victoria, 6 September 1904

Ø  Salib Agung Kehormatan Pemandian (militer), 20 Oktober 1916

Nikolay II diberikan pangkat senior kehormatan di sejumlah tentara asing, sebagai balasannya dengan memberikan penghargaan serupa kepada sejumlah rekan rajanya. Ini termasuk tentara Kekaisaran Jerman, Spanyol, Italia, Denmark dan Inggris.

Dia adalah Kolonel-in-Chief dari Royal Scots Greys dari tahun 1894 sampai kematiannya. Saat menjadi Kolonel-in-Chief, dia menghadiahkan Resimen dengan kulit beruang putih, yang sekarang dikenakan oleh drummer bass dari Pipes and Drums of the Royal Scots Dragoon Guards. Lagu Kebangsaan Kekaisaran Rusia masih dimainkan pada malam makan malam di Mess Perwira, di mana terdapat potret Tsar berseragam Scots Grey. Sejak kematiannya, Resimen mengenakan alas hitam di balik lencana topinya sebagai simbol berkabung.

-       Lengan



Lambang Kecil Kekaisaran Rusia dan Lambang Kaisar Kecil

-       Anak-anak

Gambar

Nama

Lahir

Kematian

Catatan

 

 


 

 

Alexandra Feodorovna (Alix dari Hesse)

 

 

 

6 June 1872

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

17 Juli 1918

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dibunuh, bersama dengan orang tua mereka, di Yekaterinburg oleh kaum Bolshevik

 


 

 

 

Adipati Agung Olga Nikolaevna

 

 

15 November [O.S. 3 November] 1895

 


 

 

 

Adipati Agung Tatiana Nikolaevna

 

 

 

10 Juni [O.S. 29 Mei] 1897

 


 

Adipati Agung Maria Nikolaevna

 

26 June[O.S. 14 June] 1899

 


 

 

 

Adipati Agung Anastasia Nikolaevna

 

 

 

8 Juni [O.S. 5 Juni] 1901


 

 

Tsarevich Alexei Nikolaevich

 

 

12 Agustus [O.S. 30 Juli] 1904

E.    DAFTAR PEMAISURI

F.    DAFTAR MAHKOTA

G.   DAFTAR KASTIL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AR (Augmented Reality)

  A.     APA ITU AUGMENTED REALITY AR (Augmented Reality) adalah teknologi yang memperluas dunia fisik dengan cara menambahkan lapisan infor...

HALAMAN